Oleh: Faris Jihady, Lc
Tingkat minat dan kemampuan kita untuk membaca informasi, menyerapnya
dan kemudian mengolahnya sangat dipengaruhi sejauh mana level dan
kualitas informasi yang sering kita baca.
Karena itu ada baiknya
kita menempatkan prioritas bacaan kita dengan mendahulukan informasi
dengan tingkat validitas paling tinggi sebagai bahan bacaan kita. Ini
akan mempengaruhi tingkat emosi kita dalam membaca, menyerap dan
mengolah informasi.
Bagi seorang muslim bacaan atau informasi dengan tingkat validitas tertinggi
adalah wahyu (Al-Quran dan Sunnah), tentu yang dimaksud membaca di sini
selain membaca lafaz, juga membaca maknanya (tafsir dan syarah) dengan
tingkat kesadaran yang penuh serta memframing cara berpikir kita dengan
cara pandang wahyu.
Setelahnya,
adalah membaca informasi yang terangkum dalam buku (kitab) yang
tersusun dengan standar ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu tersebut.
Membaca dengan perlahan, memasang daya kritis terhadap informasi yang
dibaca. Kritis disini bukanlah berarti menolak atau menilai objek
informasi benar atau salah. Tapi menganalisis, memisahkan antara pokok
dan cabang pikiran. Ini akan melahirkan sikap berimbang, perlahan
sistematis serta memfilter informasi dengan baik.
Pada level
terakhir, membaca informasi berupa berita harian yang berseliweran di
sekitar kita. Informasi ini tingkat validitasnya tentu ada di level
terendah, selain kontennya bercampur antara opini dengan fakta, juga
mudah memancing dan mengaduk emosi dengan cepat. Karenanya porsi membaca
informasi harian ini cukup sekedarnya saja, tidak perlu sampai
mendominasi bacaan harian kita.
Jadi, mari kita tempatkan skala
prioritas dari 3 level bacaan tersebut, berikan porsi lebih banyak pada
bacaan dengan tingkat validitas tertinggi.