tag:blogger.com,1999:blog-74715326906480103932024-03-19T00:49:29.560-07:00Faris Jihadyمعا لنجدد العقول والأرواح
Perbaharui Akal dan Ruhfaris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.comBlogger46125tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-35940031676921942112016-11-28T10:25:00.000-08:002016-11-28T10:25:04.627-08:00Membaca Pemikiran KH Sahal Mahfudz<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sintesa antara Fiqh Syar’I dan Fiqh Ijtima’iy*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Nuansa Fiqh Sosial<br />Penulis : K.H. M.A.Sahal Mahfudh<br />Penerbit : LKIS<br />Tebal : xxvi + 390 halaman<br />Ukuran : 12 x 18 cm<br />Terbit : Cet I, 1994 </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic9LV9pdBc6xpkGrbZrvS7yA6lbWKtgIARzW9HeWze-KS7s9PH5sK-ixK_RZs4xTErSC_nE-YTFQ2wpjRuKyGn-B0rASjdSA2rcNsxhr9P0DYIwVnCImqj-_8IAyToq7GGXHZh1ZfCKTU/s1600/nuansa+fiqih+sosial.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic9LV9pdBc6xpkGrbZrvS7yA6lbWKtgIARzW9HeWze-KS7s9PH5sK-ixK_RZs4xTErSC_nE-YTFQ2wpjRuKyGn-B0rASjdSA2rcNsxhr9P0DYIwVnCImqj-_8IAyToq7GGXHZh1ZfCKTU/s1600/nuansa+fiqih+sosial.jpg" /></a><br /><br />Oleh: Faris Jihady, Lc</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Wafatnya
KH Sahal Mahfudz merupakan kehilangan besar bagi kaum Muslimin di
Indonesia. Ulama sepuh dan kharismatik berlatar Nahdlatul Ulama yang
merupakan tokoh langka yang dimiliki negeri ini. Beliau adalah sosok
tawadhu, memiliki kedalaman ilmu yang memadukan antara kefaqihan dengan
kontribusi sosial, namun yang sangat disayangkan, beliau tidak terlalu
popular di media sehingga pemikiran-pemikiran cemerlangnya semasa beliau
aktif tidak terlalu dikenal di masa kini. Di antara buku yang merekam
jejak pemikiran beliau adalah Nuansa Fiqih Sosial.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Buku ini merupakan
kumpulan atau bunga rampai berbagai makalah dan artikel yang KH Sahal
tulis yang tersebar di berbagai forum dan media massa pada era awal
90an. 37 Artikel terbagi dalam 4 sub-tema. Tulisan ini mencoba mengulas
secara ringkas keistimewaan buku ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Nuansa Fiqih Sosial, demikian
bagian pertama buku ini diberi judul. Ada 9 makalah dan artikel yang
disampaikan dalam berbagai forum era akhir 80an-awal 90an. Semuanya
terikat oleh satu kesamaan tema yaitu pandangan-pandangan orisinil KH
Sahal tentang Fiqih Islam. Meskipun artikel-artikel tersebut ditulis
lebih dari 20 tahun yang lalu, namun sampai hari ini tetap relevan untuk
diperbincangkan, sekaligus menggambar kedalaman aspek Fiqih Syar’I
dalam sosok KH Sahal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />Pada makalahnya “Nuansa Fiqih Sosial”, tampak
ketajaman pikiran KH Sahal yang mendahului jiwa zamannya. Beliau
berbicara tentang tema yang pada hari itu belum dibicarakan banyak
orang; Maqashid Syari’ah, yang lebih menarik; beliau mengaitkan antara
Maqashid Syar’iah dengan persoalan kependudukan. Beliau menekankan bahwa
dalam menyelesaikan masalah kependudukan, ada dua spirit utama yang
harus terpenuhi berdasarkan Maqashid Syar’iah; 1) memenuhi kebutuhan
dasar manusia (dharuriyat), sekunder (hajiyat), dan tersier (tahsinat)
2) menciptakan keseimbangan antara nilai imani dan aqidah dengan
aplikasi syariat secara actual dan rasional. Keduanya demi tujuan akhir
dari keberadaan manusia; sa’adatuddarain (kebahagiaan dunia dan
akhirat).<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />KH Sahal berpendapat, peran seorang faqih adalah kemestian
dalam kontribusi sosial. Beliau –mengutip Al-Ghazali- mengatakan bahwa
cirri utama yang melekat pada seorang ahli fiqih atau ‘alim adalah;
faqih fi mashalihil khalqi (sangat paham dalam hal yang membawa
kemaslahatan bagi makhluk). Hal ini berkonsekuensi fungsi seorang faqih
tak lagi semata pada motivasi keagamaan, namun juga harus mampu
mempengaruh public untuk meningkatkan kualitas hidup, materi dan
spiritual.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Mencermati gagasan KH Sahal tersebut, dapat dikatakan
bahwa beliau mengusulkan salah satu bentuk dari apa yang disebut hari
ini dengan tajdid al-faqih (memperbaharui sosok faqih), bukan lagi
semata-mata tajdid al-fiqh (memperbaharui fiqh). Satu gagasan cemerlang
yang trmelampau zaman sekaligus semestinya memecah kebekuan berpikir di
kalangan kaum muslimin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Gagasan KH Sahal pada aspek tajdid al-fiqh
(memperbaharui fiqih) sangat nampak pada artikel beliau “Fiqih yang
Kontekstual). Beliau menganalisa salah satu aspek kebekuan fiqih masa
kini adalah pemaknaan fiqih yang terkesan legal formalistic, sehingga
cenderung tidak terlihat dalam kehidupan sosial, padahal syari’at
semestinya menjadi pandangan hidup kaum muslimin. Sebagai solusi beliau
mengusulkan kontekstualisasi fiqih yang berarti focus pada nilai yang
menjiwai sebuah hukum fiqih, tak lagi semata pada aspek formalnya.
Beliau menekankan kontekstualisasi fiqih bukan berarti meninggalkan
fiqih secara mutlak, namun dengan menggunakan perangkat penalaran ushul
fiqih. Semisal dalam memaknai nash anjuran memperbanyak keturunan,
mestinya juga dimaknai dengan peningkatan kualitas hidup kaum muslimin,
sehingga aspek kehidupan dapat terjiwai oleh fiqih, dan fiqih pun dapat
dipahami dengan mudah oleh khalayak masyarakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Pada aspek lain,
kefaqihan KH Sahal juga nampak dalam pikirannya dalam “Menggali Hukum
Islam”, dimana beliau menganalisis metodologi pengambilan hukum dalam
tradisi mazhab Syafi’iyyah Jam’iyyah Nahdatul Ulama (NU). Beliau
mengatakan bahwa Istinbath (pengambilan kesimpulan) hukum dalam tradisi
NU bukan berarti mengambil hukum langsung dari Qur’an & Sunnah,
namun dari nash dari fuqaha (ahli fiqih) Syafi’iyyah yang kemudian
diturunkan ke realita secara dinamis. NU cenderung menghindari istilah
Istinbath karena konotasinya yang identik dengan ijtihad mutlak, yang
berkonsekuensi pendayagunaan seluruh sumber daya untuk menggali langsung
dari sumber primer. NU lebih cenderung kepada terminology bahtsul
masai’l (pembahasan masalah) yang berkonotasi istinbath dalam koridor
mazhab.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Penekanan KH Sahal pada tradisi fiqih NU tersebut memberi
pelajaran penting tentang metodologi pengambilan hukum, bahwa istinbath
dalam tradisi fiqih tidak menghilangkan aspek kerendahan hati,
kehati-hatian, serta penghormatan terhadap warisan pemikiran ulama
mazhab, dan tidak serampangan menyebrang lintas mazhab. Namun demikian,
demi menghilangkan kebekuan pikir dalam tradisi mazhab tersebut beliau
mengusulkan pentingnya keterpaduan lintas bidang dalam bahtsul masa’il
ketika membahas tema-tema mutakhir, dengan cara mengundang para pakar di
bidang masing-masing.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Pada bagian kedua buku ini yang terangkum
dalam tema; “Dakwah dan Pemberdayaan Rakyat”, KH Sahal membawa pembaca
tak lagi semata menyelami gagasan-gagasan Syar’I, namun juga kepada
kemestian inovasi dalam konsep dasar dakwah. Beliau berpendapat dakwah
harus memenuhi kebutuhan setiap kelompok dari masyarakat dan menggali
potensi manusia, menyesuaikan dengan teori Hierarchy of Needs-nya
Abraham Maslow. Inovasi dalam konsep dakwah ini berkonsekuensi
perencanaan yang matang dalam dakwah yang berbasis riset kebutuhan
lapangan (bottom up) tidak lagi top down (dari atas). Kebutuhan dakwah
yang berstrategi merupakan keharusan, karena dakwah bukan mengisi ruang
hampa di masyarakat, ia sudah berisi budaya, system nilai dan tradisi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Penegasan
gagasan di atas ditekankan kembali dalam “Dakwah Partisipatif”. KH
Sahal membedakan antara Dakwah dengan Di’ayah (propaganda) dan
indoktrinasi. Di’ayah (propanda) belum tentu substansinya baik, dan
indoktrinasi berarti dominannya unsure paksaan dalam menawarkan ide.
Sedangkan dakwah tentu saja substansinya harus baik, dan tidak ada
unsure paksaan. Ia harus menumbuhkan kesadaran pada dua level; kualitas
keagamaan dan kualitas perubahan sosial.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Pada bagian ketiga buku ini,
gagasan KH Sahal untuk membumikan nilai-nilai Ahl Sunnah wal Jama’ah
(aswaja) terekam dalam “Aktualisasi Nilai-nilai Aswaja”. Beliau
menegaskan karakter dasar nilai aswaja yang akomodatif yang tergambar
dalam keseimbangan antara dalil aqli dan naqli merupakan modal dasar
yang memungkinkan adanya akomodasi terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di masyrakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Kata kunci dalam gagasan di atas adalah
fleksibilitas. Beliau mengutip definisi Al-Ghazali tentang faqih, yang
bermakna; faqih fi mashalihil khalqi fid dunya (peka terhadap
permasalahan manusia dan kehidupan). Karenanya pembangunan manusia harus
mengakomodasi dua aspek ini; ‘ibadatullah dan imaratul ardhi
(memakmurkan bumi). Aswaja bukanlah semata sumber nilai etis, tapi juga
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, sesamanya, dan alam. Dengan
kata lain, KH Sahal menginginkan tidak adanya jarak antara gagasan etis
aswaja dengan pemecahan persoalan realitas kehidupan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Sedangkan dalam
“Islam dan Politik”, beliau menekankan gagasan tentang eratnya antara
Islam dan Politik, sebagai konsekuensi logis dari konsep Islam yang
syamil (menyeluruh). Politik menurut beliau adalah segala bentuk usaha
untuk merealisasikan kemaslahatan ummat. Inilah bangunan politik yang
seharusnya, berdasarkan kaidah fiqih tasharruf al-imam manuthun bil
maslahah (kebijakan pemimpin terkait erat dengan kemaslahatan), ini
berarti kelompok masyarakat sipil dan lembaga kekuasaan tidak bisa
berdiri sendiri-sendiri, karena kemaslahatan bermakna pelibatan semua
unsur publik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Di sisi lain KH Sahal juga mengingatkan bahaya
hilangnya pengaruh nilai agama terhadap perilaku politik, ini melahirkan
sekularisasi kultur politik. Ini lebih berbahaya dari pada sekadar
pemisahan agama dari politik structural. Karenanya mesti ada islamisasi
kultur politik, tidak lagi semata focus pada cara-cara tradisional
dengan menggunakan symbol-simbol agama. Namun islamisasi kultur terletak
pada optimalisasi SDM politik muslim yang bercakrawala luas, serta
memiliki kejelian analisis dalam memecahkan persoalan. Gagasan KH Sahal
merupakan gagasan unik di masa itu, dan juga sangat relevan di masa kini
terutama setelah era kebebasan politik paska-reformasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Cuplikan-cuplikan
buah pikir KH Sahal di atas hanyalah sekilas dari sekian banyak gagasan
beliau yang cemerlang dan melintasi semangat zaman. Jika dicermati
nyaris semua yang beliau sampaikan dalam 37 artikel dan makalah tersebut
umumnya masih relevan hingga masa kini. Cerminan seorang ‘alim yang
menggabungkan sintesa antara faqih syar’I dan faqih ijtima’iy.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Buku
ini dengan segala kelebihannya, tetaplah buah pikir manusia yang tak
sempurna. Kekurangannya terletak pada bahasa yang masih rumit dan tidak
bisa dipahami kecuali hanya kalangan intelektual, dan memang tampaknya
gagasan-gagasan beliau ini ditujukan kepada kaum intelektual dari
berbagai pemangku kepentingan masyarakat; ulama, pemerintah, ormas dan
institusi-institusi islam.<br /><br />___________</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">*resensi yang ditulis tak lama setelah wafatnya Almarhum Almaghfur lah KH Sahal Mahfudz di tahun 2014</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-29533459543304955142016-11-21T03:08:00.001-08:002016-11-28T10:28:10.997-08:00Menyelami Pemikiran Politik Al-Mawardi dalam Al-Ahkam AsSulthaniyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">oleh: Faris Jihady</span><b><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"> </span></b><br />
<br />
<b><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Sosok Al-Mawardi dan Realita Sosial Zaman</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Al-Mawardi; Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Bashri, adalah seorang faqih, qadhi (hakim), pemikir politik, sekaligus politisi besar. Ia menggabungkan antara kefaqihan dalam agama yang mendalam, bersintesa dengan kepahaman akan realita yang sedang berkembang. Ia memiliki gagasan yang utuh tentang cita-cita politik Islam, namun tetap mencoba berdamai dengan realita empirik kaum Muslimin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Datang dari keluarga yang dikenal sebagai pedagang minyak wangi (<i>Maa' Al-Ward</i>/Air Mawar), ia hidup di paruh kedua abad 4 Hijriah (lahir 364H) dan paruh pertama abad 5 Hijriah (wafat 450 H), saat yang bersamaan dengan melemahnya Khilafah Abbasiyah sebagai Otoritas Resmi Penguasa Kaum Muslimin. Di antara faktor melemahnya adalah berbagai tarikan kekuatan dari wilayah-wilayah pinggiran kekuasaan yang mulai merangsek ke pusat kekuasaan, Baghdad. Sebagian kekuatan-kekuatan tersebut ada yang menyatakan disintegrasi dari Kekhalifahan dengan mengklaim teritorinya sendiri, dan sebagian lagi semakin memperkuat cengkeramannya ke pusat Baghdad.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Di antara kekuatan yang semakin memperkuat cengkramannya adalah kelompok Dinasti Bani Buwaih, yang berasal dari Persia dan berideologi Syiah. Mereka bergerak dari Timur kekhalifahan hingga kemudian secara perlahan mencoba merampas legitimasi public dari kekhilafahan Abbasiyah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a> <br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Perlahan tapi pasti Khilafah Abbasiyah tak berdaya dan semakin melemah. Bahkan penunjukan beberapa nama khalifah justru atas rekomendasi Bani Buwaih. Bani Buwaih berupaya melegitimasikan dirinya dengan nama gelar Imarah (Amir) atau Penguasa Wilayah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Al-Mawardi terlibat langsung dalam pusaran peristiwa ini. Secara resmi ia terlibat menjadi Qadhi, kemudian Qadhi Al-Qudhah (Hakim Tertinggi) dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Ia menyertai era dua Khalifah Abbasiyah; yang pertama adalah Khalifah Al-Qadir Billah (wafat 422H), dan putranya Khalifah Al-Qaim Bi-Amrillah (wafat 467H).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Di era Khalifah Al-Qadir, ia mulai mendapat kepercayaan sebagai ahli hukum Islam yang dipercaya Khalifah. Ia diminta oleh Khalifah untuk menyusun fiqih ringkas dalam Mazhab Syafi'i, ia pun menulis Kitab Al-Iqna' ringkasan dari kitab besar Al-Hawi Al-Kabir –yang disusunnya juga- sebuah rujukan utama dalam mazhab Syafi'i. Peran politiknya sebagai penengah perselisihan antara pusat Kekhilafahan dengan Penguasa Bani Buwaih terlihat saat ia diutus oleh Al-Qadir untuk meminta komitmen loyalitas salah satu penguasa Bani Buwaih (Abu Kalijar) terhadap Khilafah. Ia berhasil dalam tugas tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Setelah Khalifah Al-Qadir, wafat, bintangnya semakin bersinar. Ia mendapat kepercayaan dalam Khalifah Al-Qaim sebagai salah satu tokoh yang dapat berdiplomasi untuk mengkompromikan berbagai kepentingan, khususnya antara Khalifah dengan Bani Buwaih. Dalam peristiwa bersejarah di tahun 429 H, ia dengan tegas mengecam permintaan Jalal Ad-Daulah (Amir Buwaih) yang menyuruh Khalifah Al-Qaim untuk menggelari dirinya sebagai Malik Al-Muluk (Raja Diraja), di saat Khalifah sendiri bahkan tak mampu menolak permintaan tersebut, dan banyak para ulama yang tidak mampu untuk mengecam. Al-Mawardi dengan keras –meski ia dekat dengan Jalal Ad-Daulah- mengecam permintaan gelar tersebut, dan berfatwa keharamannya, karena gelar tersebut berarti menandingi gelar yang melekat pada Allah Ta'ala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Sikap tegasnya ini menunjukkan bahwa meski mendapat kepercayaan dari penguasa, hal tersebut tidak berarti ia dapat dikendalikan oleh kekuasaan. Ia tetap dengan lantang menyuarakan apa yang diyakininya benar, selain tetap menjaga netralitas di tengah pusaran konflik yang multipolar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Di tengah situasi tersebut, kematangan berpikir politiknya melahirkan <i>Magnum Opus</i>-nya dalam pemikiran politik Islam; <b><i>Al-Ahkam As-Sulthaniyah</i></b> (selanjutnya disebut Al-Ahkam). Sebagian peneliti percaya bahwa Al-Ahkam ditulis setelah ia mengalami berbagai pergulatan politik dan kekuasaan dalam kapasitasnya sebagai 'alim (cendekiawan), faqih, dan politisi. ia menulis kitab tersebut sebagai salah satu karya terakhir yang ia tulis di akhir-akhir usianya setelah ia terlibat dalam kehidupan publik yang cukup panjang, dan secara khusus sebagai bentuk respon terhadap permintaan Khalifah Al-Qaim.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJtoUcBlWSofO8wPxv2R2-x2SfIX1a-ceXlO9iIPgHavCV9ADdZVWPVRjXpR0f6_JMRttYfTHNs1L6UJHen6tppwXgtWwZnzdNbPxcyazGB2nrCFAv0qnfAUgWVV3bZsjaDLw4IqxUOBk/s1600/ahkam+sultaniyah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJtoUcBlWSofO8wPxv2R2-x2SfIX1a-ceXlO9iIPgHavCV9ADdZVWPVRjXpR0f6_JMRttYfTHNs1L6UJHen6tppwXgtWwZnzdNbPxcyazGB2nrCFAv0qnfAUgWVV3bZsjaDLw4IqxUOBk/s1600/ahkam+sultaniyah.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /><br /><b>Kandungan Umum Al-Ahkam</b><br /> Secara umum Al-Mawardi menyusun kitab ini dalam 20 Bab. Ke-20 Bab ini secara tematik dapat disimpulkan dalam dua tema besar;<br />1. Teori Kepemimpinan dalam Islam; yang terangkum dalam 3 tema awal kitab ini; Imamah (Kepemimpinan), Wizarah (Kementerian/Pembantu Pemimpin), dan Imarah (Kekuasaan Terbatas)<br />2. Panduan administratif pengelolaan negara, yang berisi antara lain; wewenang kepemimpinan jihad, kehakiman, pengelolaan shalat jama'ah dan haji, penegakan hukum pidana, pengelolaan zakat, fai' dan ghanimah, hisbah dan lain-lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Al-Mawardi dengan kitabnya ini menjadi pelopor penyusunan panduan politik Islam yang mencakup berbagai aspeknya. Mulai dari teori dasar Imamah (kepemimpinan), hingga tawaran pengelolaan administrasi negara berdasarkan fiqih Islam. Umumnya, para ulama sebelum Al-Mawardi yang menulis tentang Imamah memfokuskan pembahasan pada aspek aqidah, sebagai respon terhadap kemunculan kelompok Syiah yang mencoba membangun ideologi berdasarkan teori Imamah yang mereka yakini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /><b>Al-Mawardi dan Filosofi Jabatan Pemimpin</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b> </b><br />Ia mengawali paparannya tentang teori jabatan pemimpin (Imam/Khalifah) dengan menyebutkan nilai filosofis yang mendasari kemestian adanya Imam, ia menyebut bahwa kewajiban adanya Imam adalah dalam rangka untuk mewarisi tugas profetik (kenabian); memelihara agama (hirasatuddin) dan siyasah ad-dunya (mengatur urusan dunia). Di ungkapannya yang lain ia menyatakan bahwa Imamah adalah keniscayaan agar setiap kebijakan pengurusan publik bersumber dari agama, dan agar masyarakat yang notabene beragam pandangan dapat bersatu di bawah satu pendapat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Ini berarti Al-Mawardi memandang jabatan kepemimpinan merupakan jabatan agama (<i>manshib diiniy</i>), sekaligus jabatan dunia (<i>manshib duniawiy</i>), ada unsur agama yang melekat secara inheren pada jabatan kepemimpinan, sekaligus ada pesan bahwa penegakan agama secara otomatis mesti membawa kemaslahatan dalam urusan publik. Agama dan Kekuasaan menjadi dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Memisahkannya dalam cara pandang kehidupan kaum Muslimin berarti mencerabut hal yang paling mendasar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Inilah kenapa Al-Mawardi hampir dalam setiap deskripsinya tentang jabatan-jabatan public menyertakan syarat al-'adalah (komitmen kuat pada agama).<br /><br /><b>Relasi Publik dan Pemimpin dalam Al-Ahkam</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Sebagaimana diketahui Al-Mawardi hidup dalam situasi kaum Muslimin yang tidak lagi ideal, khususnya dalam relasi antara publik dan pemimpin. Relasi ideal antara publik dengan pemimpin dalam sejarah kaum Muslimin tercerminkan dalam era Khilafah Rasyidah. Di saat itu hubungan antara kedua pihak setara, dan seimbang dalam pemenuhan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Pemimpin mencerminkan kehendak publik, ia dikontrol public, dan berupaya memenuhi hak publik secara adil, sebaliknya di saat yang sama publik memberikan ketaatan dan pembelaannya kepada pemimpin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Di era Al-Mawardi, situasi relasi ini sudah jauh dari ideal, para pemimpin tidak lagi dipilih dan berasal dari publik, para pemimpin secara simbolik memang Khalifah, tapi secara factual legitimasi mereka lemah, selain karena tradisi dinasti yang sudah berlangsung sejak pertengahan abad pertama Hijriyyah, juga karena adanya penguasa-penguasa kecil yang muncul yang berupaya merebut legitimasi kekuasaan dari Khalifah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Meski demikian Al-Mawardi tetap berupaya memelihara gagasan ideal tentang relasi ini dalam Al-Ahkam. Ia tetap menegaskan bahwa cara utama dalam pengangkatan pemimpin adalah melalui proses pemilihan (Al-Ikhtiar), yang dielaborasi oleh beliau melalui proses pemilihan oleh <i>Ahlul Ikhtiar</i> atau <i>Ahlul Halli wal Aqdi</i> yang merupakan perwakilan publik, selain itu –oleh Al-Mawardi- proses pengangkatan ini seringkali diistilahkan dengan 'aqd (kontrak). Ini berarti Al-Mawardi menegaskan teori pengangkatan pemimpin haruslah berdasarkan <i>AnNazhrah At-Ta'aqudiyyah</i> (teori kontrak).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Istilah aqad (kontrak), berarti menegaskan adanya hubungan antara kedua belah pihak, dalam hal ini public dan pemimpin secara setara. Public memilih siapa yang paling layak untuk mendapatkan mandat dan kepercayaannya, dan dari sana pemimpin mendapatkan legitimasinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Jika dikaitkan dengan situasi sosial politik yang berkembang di era Al-Mawardi, penegasan beliau tentang teori kontrak boleh jadi dikemukakan dalam rangka untuk;<br />a. Menjaga gagasan ideal tentang apa yang seharusnya dalam relasi public dengan pemimpin dalam kehidupan Muslim. Sekaligus menegaskan bahwa apa yang sudah terjadi sejak beberapa abad sebelum Al-Mawardi berupa teori penaklukkan (taghallub) atau kekuasaan yang diraih dari perebutan yang menjadi karakter kekhilafahan baik Abbasiyah maupun sebelumnya Umayyah, bukanlah teori yang ideal. Dengan kata lain, seandainya kaum Muslimin memiliki kesempatan untuk mendapat keleluasaan bebas dari perebutan kekuasaan melalui penaklukkan, maka teori ideal ini lah yang semestinya berlaku, dengan adanya partisipasi publik terhadap pengangkatan pemimpin.<br />b. Membendung usaha Dinasti Buwaih yang notabene berideologi Syiah yang sedang berupaya untuk mencengkeramkan kekuasaannya di jantung Baghdad, serta menjatuhkan symbol Kekhilafahan yang menjadi symbol pelindung Sunni yang merupakan mayoritas kaum Muslimin. Sebagaimana diketahui ideolog Syiah tentang kepemimpinan berakar pada bahwa pemimpin (Imam) haruslah dari kalangan Ahlul Bait secara turun temurun. Perlawanan Al-Mawardi dilakukan secara intelektual dan membangun kesadaran umum tentang gagasan ideal siapa yang seharusnya menjadi pemimpin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Relasi rakyat dengan pemimpin selain ditegaskan Al-Mawardi melalui Nazhrah Ta'aqudiyyah, juga digambarkan dalam pemaparannya tentang hak dan kewajiban pemimpin. Ia menyebutkan 10 kewajiban pemimpin, dan 2 hak pemimpin. Penyebutan kewajiban didahulukan sebelum penyebutan hak. <br />Jika dicermati lebih lanjut, pada dasarnya kewajiban pemimpin adalah hak-hak rakyat pada saat yang sama, dan secara tegas Al-Mawardi menyatakan, dalam hal pemimpin memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut, maka ia berhak untuk dipenuhi haknya oleh rakyat; ketaatan dan pembelaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Hal ini mencerminkan adanya <i>Al-Mu'adalah As-Siyasiyah</i> (Hubungan Politik Secara Seimbang) dalam relasi antara public dengan pemimpin. Sebagaimana dalam pemenuhan hak dan kewajiban mesti dilakukan secara timbal balik. Ini seakan memberi pandangan pada kaum Muslimin bahwa relasi politik antara rakyat dengan pemerintah tidaklah sesederhana yang disimpulkan dalam "kewajiban taat" atau "dilarang kritik terbuka", tanpa pernah atau jarang menyebut hak-hak public yang semestinya dipenuhi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /><b>Asas-asas Masyarakat Ideal dalam Pandangan Al-Mawardi</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Penulis ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengemukakakan pemikiran Al-Mawardi tentang masyarakat yang ideal dalam karyanya yang lain <i>Adab Ad-Dunya wa Ad-Diin</i> (Etika Dunia dan Agama). Tentu definisi ideal bukanlah berarti masyarakat tersebut suci atau tak memiliki kekurangan. Namun justru sebaliknya, Al-Mawardi mendasarkan gagasan ideal tentang masyarakat di atas konsep keterbatasan dan kelemahan manusia, yang karena itu memerlukan pemenuhan asas / fondasi yang menjadi faktor pengendali kehidupan masyarakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Asas-asas tersebut antara lain;<br />1. Agama yang diikuti (دين متبع) ; <br />2. Penguasa/pemimpin yang kuat (سلطان قاهر). <br />3. Keadilan yang merata (عدل شامل)<br />4. Rasa aman yang menyeluruh (أمن عام)<br />5. Tanah yang makmur (خصب دار) atau terpenuhnya kebutuhan ekonomi<br />6. Harapan positif tentang masa depan (أمل فسيح)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /><b>Penutup</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Tentu saja pemaparan di atas tidaklah mewakili seluruh unsur pemikiran politik Al-Mawardi, namun semata upaya analisis terhadap beberapa tema penting yang di mana Al-Mawardi menekankan pembahasan pada tema-tema tersebut. Selain itu patut digarisbawahi bahwa upaya ijtihad Al-Mawardi merupakan hasil kompromi dan interaksi pemikiran ideal beliau tentang politik dan masyarakat Islam dengan realita yang ia hadapi di zamannya. Penekanan terhadap hal-hal ideal memberi pelajaran pada manusia di masa kini untuk berupaya mengambil inspirasi dari hal-hal yang sebenarnya bisa diterapkan di lintas zaman, apapun situasi politik dan sosial yang sedang berkembang. Interaksi dengan zaman yang sedang berlangsung yang dicontohkan oleh Al-Mawardi juga mengajarkan bahwa diperlukan kecerdasan para fuqaha dan ulama yang memahami agama dalam memberi panduan kepada masyarakat dalam berinteraksi dengan situasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br />Wallahu a'lam. <br /><br />Beberapa bacaan lanjutan:<br />1. Al-Ahkam As-Sulthaniyah wal Wilayah Ad-Diniyyah, Al-Mawardi<br />2. Al-Fikr As-Siyasi 'inda Abil Hasan Al-Mawardi (Pemikiran Politik Al-Mawardi), Prof Dr Ahmad Mubarak Al-Baghdadi<br />3. Paparan pemerhati politik Riyadh Al-Musaibili dalam diskusi Asmaar wa Afkaar https://www.youtube.com/watch?v=NcMpkGMIcRs</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">4. <span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">At-Tarikh Al-<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">I<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">slami vol 6, Mahmud <span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Syakir</span></span></span></span> </span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-13394859474736578742016-03-26T04:44:00.001-07:002016-03-26T04:50:20.895-07:00Tentang Rahim Perempuan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Faris Jihady</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Perempuan adalah makhluk Allah yang begitu istimewa, dengannya kehidupan begitu lengkap, seimbang, indah dan sempurna.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Seringkali laki-laki tak begitu sadar betapa mestinya ia bersyukur dengan keberadaan perempuan, darinya kehidupan bermula, menjadi benteng bagi keluarga, sekolah bagi anak-anak, pemberi sentuhan emosi pada kehidupan yang terasa rapuh, dingin, dan semakin kini semakin kaku. Beban-beban berat dipikul, dan berbagai tugas dilakukan dalam satu waktu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Memahami kaum perempuan berarti memahami keistimewaan yang diberikan Pencipta kepadanya. Salah satu keistimewaan tersebut ketika Allah mengamanahkan kekokohan rahim di balik ringkuhnya fisik. Rahim itu begitu sempurna, ia elastis, kokoh, kuat, sekaligus menjadi sumber kasih sayang dan persaudaraan di atas muka bumi ini.</span><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Memahami rahim dalam pandangan manusiawi kita seringkali terbatas pada pemenuhan tugas biologis saja; mengandung dan melahirkan, atau dengan bahasa sederhana; memberikan keturunan. Dalam hal ini tugas biologis ini, jika direnungkan, manusia berserikat dengan makhluk Allah lainnya (hewan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ternyata, lebih daripada itu, rahim yang merupakan instrumen yang melekat sejalan dengan naluri keibuan perempuan tidaklah semata dimaknai sebagai tugas biologis semata. Di sana ada <b><i>mafhum ta'abbudi</i></b>; ia merupakan ekspresi penghambaan (ibadah) kepada Allah yang khas sebagai perempuan, dan darinya kewajiban menyambung tali rahim (shilaturrahim) melekat pada setiap hubungan yang bersumber dari rahim.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Betapa tidak, bukankah Sang Pencipta telah menjadikan rahim sebagai salah satu makhluk yang digunakanNya untuk bersumpah?setelah diiringkan dengan namaNya?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ia merupakan <b><i>mafhum qur'aaniy ashiil</i></b> (definisi murni dari AlQur'an), Maha Benar Ia tatkala berfirman:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div dir="rtl">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: large;">واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام</span></div>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"<i>Bertakwalah kalian kepada Allah yang kalian saling meminta dengan NamaNya, dan bertakwalah kalian dalam urusan (hubungan) rahim kalian</i>" (QS AnNisa: 1)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Dalam firmanNya yang lain ia mengingatkan manusia akan salah satu fase penciptaanNya:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div dir="rtl">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif; font-size: large;">فجعلناه في قرار مكين</span></div>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"<i>dan kami jadikan ia berada dalam tempat yang kokoh (rahim)</i>". (QS Al-Mursalat: 21)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Tak kurang Allah jadikan rahim itu bersumber dari namaNYA الرحمن)), pemilik segala kasih sayang (rahmah).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Dalam sebuah hadits Qudsi yang shahih, Allah berfirman;</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"> </span><span style="font-size: large;"><br /></span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: large;">قال الله تعالى: أنا خلقت الرحم وشققت لها اسما من اسمي، فمن وصلها وصلته، ومن قطعها قطعته</span>،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"<i>Aku telah ciptakan rahim, dan aku jadikan namanya bersumber dari namaKu, siapa yang menyambungkan (tali) rahim, aku akan menyambung dengannya, siapa yang memutuskan (tali) rahim, aku akan putuskan hubungan dengannya</i>" (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dari Abdurrahman ibn Auf)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Nabi junjungan kita, shallallahu 'alaihi wa sallam juga menuturkan;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: large;">"الرحم شجنة من الرحمن، قال الله تعالى: من وصلك وصلته، ومن قطعك قطعته</span>"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"<i>Rahim adalah satu ranting dari ArRahman (Allah Yang Maha Penyayang). Allah berfirman kepada rahim: "sesiapa yang menyambungkanmu, aku akan menyambung hubungan dengannya, sedangkan siapa yang memutusmu, aku akan memutus hubungan dengannya</i>" (HR Bukhari)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Subhanallah, yang segala keagungan adalah milikNya. Kita perhatikan, DIA jadikan rahim bersumber dari namanya yang maha Rahman, maka adakah kasih sayang yang lebih besar dan lebih dalam –setelah kasih sayang Allah- dari kasih sayang makhluk pemilik rahim itu? Yang kita memanggilnya IBU?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Mari kita renungkan, betapa agama ini telah memperluas cara pandang kita tentang rahim; dari sekedar selaput daging dalam perut perempuan untuk menyelimuti janin, menjadi sumber hubungan bernilai ibadah antar manusia yang disebut keluarga. Ia menjadi sumber kasih sayang, persaudaraan, bakti kepada mereka yang menjadi perantara kehidupan manusia (Ibu dan Ayah). Dan di atas hubungan rahim itulah tali jalinan kasih sayang (shilaturrahim) kepada siapapun yang terhubung dengan rahim menjadi wajib dilestarikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Sebab itulah, persembahkanlah cinta untuk setiap perempuan yang kita panggil ia dengan IBU…</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Maha Benar Allah Yang telah berkehendak menciptakan rahim dengan segala keagungan maknanya…</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Riyadh, 260316</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">*catatan ringan menanti detik-detik perjuangan istriku yang berjuang melaksanakan tugas penghambaannya. Sebagian catatan ini terinspirasi dari buku Ulama & Pemikir Besar Maroko, DR Farid Al-Anshari; "Siima Al-Mar'ah fil Islam" (Kekhasan Perempuan dalam Islam)</span></div>
</div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-90215142417968963402016-02-21T20:36:00.003-08:002016-02-21T20:36:38.776-08:00Tingkatan Membaca Bagi Seorang Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><strong>Oleh: Faris Jihady, Lc</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tingkat minat dan kemampuan kita untuk membaca informasi, menyerapnya
dan kemudian mengolahnya sangat dipengaruhi sejauh mana level dan
kualitas informasi yang sering kita baca.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Karena itu ada baiknya
kita menempatkan prioritas bacaan kita dengan mendahulukan informasi
dengan tingkat validitas paling tinggi sebagai bahan bacaan kita. Ini
akan mempengaruhi tingkat emosi kita dalam membaca, menyerap dan
mengolah informasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Bagi seorang muslim bacaan atau informasi dengan tingkat validitas t<span class="text_exposed_show">ertinggi
adalah wahyu (Al-Quran dan Sunnah), tentu yang dimaksud membaca di sini
selain membaca lafaz, juga membaca maknanya (tafsir dan syarah) dengan
tingkat kesadaran yang penuh serta memframing cara berpikir kita dengan
cara pandang wahyu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Setelahnya,
adalah membaca informasi yang terangkum dalam buku (kitab) yang
tersusun dengan standar ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu tersebut.
Membaca dengan perlahan, memasang daya kritis terhadap informasi yang
dibaca. Kritis disini bukanlah berarti menolak atau menilai objek
informasi benar atau salah. Tapi menganalisis, memisahkan antara pokok
dan cabang pikiran. Ini akan melahirkan sikap berimbang, perlahan
sistematis serta memfilter informasi dengan baik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pada level
terakhir, membaca informasi berupa berita harian yang berseliweran di
sekitar kita. Informasi ini tingkat validitasnya tentu ada di level
terendah, selain kontennya bercampur antara opini dengan fakta, juga
mudah memancing dan mengaduk emosi dengan cepat. Karenanya porsi membaca
informasi harian ini cukup sekedarnya saja, tidak perlu sampai
mendominasi bacaan harian kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Jadi, mari kita tempatkan skala
prioritas dari 3 level bacaan tersebut, berikan porsi lebih banyak pada
bacaan dengan tingkat validitas tertinggi.</span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-17964737223564301202016-02-21T20:34:00.005-08:002016-02-21T20:34:51.339-08:00Semangat Membaca Al-Quran<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h2 style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">قال ابن قدامة: ويُكره أن يؤخر ختمة القرآن أكثر من أربعين يومًا</span></h2>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ibnu Qudamah: “Dimakruhkan mengkhatamkan Al-Quran lebih dari 40 hari.”</span><br />
<br />
<br />
<h2 style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">“قال القرطبي: “والأربعين مدة الضعفاء وأولي الأشغال</span></h2>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Al-Qurtubi: “40 hari adalah durasi orang dhuafa (lemah) dan orang-orang sibuk.”</span><br />
<br />
<br />
<h2 style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">من بركة القرآن أن الله يبارك في عقل قارئه وحافظه</span></h2>
<h2 style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">(فعن عبد الملك بن عمير : (كان يقال أن أبْقَى الناس عقولا قُرَّاء القرآن</span></h2>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Di antara keberkahan Al-Quran Allah memberkahi akal pembaca dan penghafal Al-Quran.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Abdul Malik ibn Umair berkata: (Dahulu dikatakan bahwa manusia yang paling kekal akalnya adalah para pembaca Al-Quran).</span><br />
<br />
<h2 style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">“وفي رواية: “أنْقَّى الناس عقولا قُرَّاء القرآن</span></h2>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Riwayat lain darinya: “yang paling jernih akalnya.”</span><br />
<br />
<br />
<h2 style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">“وقال القرطبي: “من قرأ القرآن مُتّع بعقله وإن بلغ مئة</span></h2>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Al-Qurtubi berkata: “Sesiapa membaca Al-Quran akan terawat akalnya meski berusia 100 tahun.”</span><br />
<br />
<br />
<h2 dir="rtl" style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">قال أبو الزناد: كنت أخرج من السَّحَر إلى مسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم فلا أمر ببيت إلا وفيه قارئ</span></h2>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Abu Zinad berkata: Aku berjalan ke masjid nabawi, tidaklah aku melewati rumah kecuali ada seorang pembaca Al-Quran.</span><br />
<br />
<br />
<h2 style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">قال
شيخ الإسلام: ما رأيت شيئا يُغَذِّي العقل والروح ويحفظ الجسم ويضمن
السعادة أكثر من إدامة النظر في كتاب الله تعالى</span></h2>
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Syaikhul
Islam Ibn Taimiyah berkata: “Aku melihat tak ada apapun yang dapat
memberi asupan akal dan ruh, menjaga fisik, menjamin kebahagian selain
dari men-dawam-kan (terus menerus) membaca kitab Allah.”</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Terikatlah pada Al-Quran,niscaya kau dapati keberkahan.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><em>Sumber: <a href="https://telegram.me/amshehri">https://telegram.me/amshehri</a></em></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><em>Penerjemah: Faris Jihady</em></span></div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-28166741779333545032016-02-21T20:30:00.003-08:002016-02-21T20:42:23.485-08:00Muslim Menghadapi Musim Dingin<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Oleh:</b> <b>Faris Jihady, Lc</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Masyarakat
Dunia saat ini umumnya menghadapi perubahan cuaca yang cukup ekstrim,
sebagian besar kita sudah melewati perpindahan musim dari musim panas ke
musim dingin, khususnya di negara-negara non-tropis di sebelah utara
khatulistiwa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Perubahan musim tak mengecualikan kaum Muslimin
sebagai salah satu entitas terbesar ummat manusia yang secara rutin
melewati musim ini, khususnya pada penghujung tahun dan masuknya awal
tahun berikutnya. Perubahan musim berefek pada fisik, mental sekaligus
pola hidup manusia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Seorang muslim menghadap perubahan musim
khususnya memasuki cuaca yang dingin lagi ekstrim tentu saja memiliki
kekhasan dan karakter tersendiri yang menunjukkan kualitas pribadi
sebagai muslim.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ada beberapa hal yang patut menjadi tadzkirah (peringatan) dan renungan saat kita memasuki musim dingin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Momentum Bertafakkur</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Sudah
sepatutnya kita menjadikan pergantian musim ini sebagai sarana
bertafakkur (menggerakkan akal pikiran) dalam menyaksikan tanda-tanda
Allah yang terjadi secara nyata dan begitu terasa di hadapan kita. Kulit
yang sebelumnya terasa hangat sesaat kemudian harus beradaptasi dengan
dinginnya cuaca yang menusuk tulang. Angin kencang yang berhembus yang
Allah kirimkan mampu menyejukkan atau bahkan merobohkan bangunan
terkuat. Turunnya hujan deras sebagai tanda pergantian musim kemudian
diiringi dengan salju di sebagian tempat mengingatkan kita tentang
pentingnya air sebagai sumber kehidupan, ternyata ia telah dijadwalkan
turunnya oleh Allah Ta’ala, kapan dan dimana dia akan turun dan
membasahi bumi.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Musim dingin juga sarana bagi muslim agar hati dan
jiwanya selalu terkait dengan akhirat. Dalam sebuah hadits yang shahih,
Rasulullah saw menamai hembusan cuaca dingin ini dengan “nafasnya
neraka”; </span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><span style="font-size: large;">عن أبي هريرة قال: قال رسول
الله : { اشتكت النار إلى ربها فقالت: يا رب. أكل بعضي بعضاً فجعل لها
نفسين؛ نفس في الشتاء ونفس في الصيف فشدة ما تجدون من البرد من زمهريرها
وشدة ما تجدون من الحر من سمومها } رواه البخاري </span></span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"> </span></h2>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-weight: normal;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Rasulullah bersabda: “<i>neraka
mengadu –akibat panasnya yang begitu mendidih- kepada Rabb-Penciptanya;
wahai Rabb, sebagian diriku saling membakar satu dengan yang lain. Maka
Allah pun menghendaki neraka memiliki dua nafas; nafas di musim dingin,
dan nafas di musim panas. Kalian dapati dahsyatnya dingin yang
menggigit adalah bagian dari zamharir-nya neraka (hembusan dingin
menusuk tulang), sedangkan yang kalian dapati dari sengatan panas di
musim panas adalah bagian dari sumum-nya neraka (gejolak mendidih)</i>” (HR. Bukhari dan Muslim).</span></span></span></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Inilah barangkali hikmah dari penyebutan istilah yang sama tentang kenikmatan yang didapati ahli surga dalam QS Al-Insan: 13</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا – الإنسان : 13</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">“<i>mereka
bersandar di atas dipan-dipan, mereka tidak merasakan sengatan
matahari, dan tidak pula merasakan zamharir (hembusan dingin menusuk
tulang)</i>“.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Pergantian musim juga merupakan peringatan manusia
bahwa usia manusia pada dasarnya semakin berkurang, bukan semakin
bertambah. Barangkali manusia lupa sudah berapa kali musim dingin ia
lewati, berapa kali musim panas ia alami. Tak kurang seorang ulama
tabi’in besar Al-Hasan Al-Bashri berkata; “<i>wahai manusia, sesungguhnya
engkau tak lebih dari kumpulan hari-hari, jika berlalu sebagian hari,
berlalu pula sebagian dari dirimu</i>”.</span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b> </b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Musim Dingin dan Solidaritas</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Selain
dingin yang menusuk mesti mengingatkan kita pada Maha Pencipta Waktu,
Pengatur Musim, dan dinginnya azab neraka yang akan meremukkan
tulang-belulang kita, musim dingin juga menjadi sarana pengingat
solidaritas dan kepedulian terhadap saudara sesama manusia yang tak
dapat menghangatkan diri dengan selimut dan makanan yang cukup. Setiap
kali kita menyalakan penghangat dan makan makanan lezat, semestinya kita
perlu terus bersyukur dan kemudian menyisihkan sebagian yang kita punya
untuk mereka yang kesulitan terlebih di tengah dingin yang menggigit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Musim dingin sebagai salah satu fenomena alam adalah keniscayaan bagi
sebagian tempat di muka bumi. Padanya seharusnya seorang muslim
mendapatkan tadzkirah (peringatan), sekaligus jadi bahan renungan untuk
semakin mendekatkan diri pada Allah.</span><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Beberapa Hukum Yang Mesti Diperhatikan</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b></b>Musim
dingin identik dengan air yang dingin, karena itu seringkali kita
enggan memperkuat ibadah khususnya yang diawali dengan menyentuh air
(berwudhu). Ada beberapa panduan hukum yang bisa menjadi perhatian:</span></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Air hujan pada dasarnya suci dan mensucikan. Sehingga dapat digunakan untuk thaharah. Allah berfirman: </span></li>
</ol>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">وَأَنَزَلنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُوراً – الفرقان:48</span></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">“<i>Kami telah menurunkan dari langit, air yang suci dan mensucikan</i>”</span></div>
<ol start="2" style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Sangat
disunnahkan menyempurnakan wudhu meskipun dalam situasi dingin, selama
masih dalam batas kemampuan. Ia merupakan salah satu sarana penggugur
dosa.</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Banyak orang untuk menghangatkan badan, mereka menggunakan
kaos kaki atau sepatu tebal. Saat berwudhu ini cukup menyulitkan untuk
membasuh kaki, karena itu syariat memberi keringanan berupa bolehnya
cukup mengusap bagian atas alas kaki saat berwudhu. Ketentuannya adalah:</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ketika
memulai memakai alas kaki tebal, hendaknya sudah dalam keadaan thaharah
(berwudhu secara sempurna). Setelahnya baru diperbolehkan –ketika
hadats dan hendak berwudhu- untuk cukup membasuh bagian atas alas kaki
(bagian atas kaki yang tertutup)</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Bagi mukim masa berlaku mengusap alas kaki selama sehari semalam. Sedangkan bagi musafir berlaku selama 3 hari 3 malam.</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Cara mengusapnya adalah mengusap dari bagian depan atas kaki ditarik ke belakang. Tidak perlu mengusap bagian telapak kaki.</span></li>
</ol>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Beberapa doa yang disunnahkan saat musim dingin</b></span></span></h2>
<ol style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Saat menyaksikan angin kencang: </span></li>
</ol>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">اللهم إني أسألك خيرها وخير ما أرسلت به، وأعوذ بك من شرها وشر ما أرسلت به</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i> Allahumma inni as’aluka khairaha wa khaira ma arsalta bihi, wa a’udzu bika min syarriha wa syarri ma arsalta bihi</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">“Ya
Allah aku memohon pada Mu kebaikannya dan kebaikan dari apa yang telah
engkau kirimkan, dan aku berlindung pada Mu dari keburukannya, dan
keburukan yang Engkau kirimkan bersamanya”</span></div>
<ol start="2" style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Saat menyaksikan hujan: </span></li>
</ol>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">اللهم صيبا نافعا</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i> Allahumma shayyiban naafi’an</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ya Allah jadikan ia hujan yang bermanfaat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Saat hujan menjadi lebat dan deras: </span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">اللهم حوالينا ولا علينا، اللهم على الآكام والظرب وبطون الأودية ومنابت الشجر</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i> Allahumma hawaalaina walaa ‘alainaa, allahumma ‘alal aakaami wa zharbi wa buthunil audiyah wa manabit syajar</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ya Allah, turunkan ia di sekitar kami, jangan menimpa ke atas kami, turunkan ia lembah-lembah dan bertumbuhnya tanaman</span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b> </b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Musim Dingin; Momentum Panen Ibadah</b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Bagi
para salafusaleh, musim dingin adalah musim di mana mereka memanen
ibadah. Seiring dengan perubahan cuaca dan waktu yang mendukung untuk
meningkatkan kuantitas ibadah. Mereka menamakan musim dingin sebagai <i>ghanimah baridah</i> <b>غنيمة باردة</b> (harta berharga yang didapat tanpa susah payah).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Umar ibn Khattab ra berkata: </span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">الشتاء غنيمة العابدين</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">“Musim dingin adalah ghanimahnya para penghamba”</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Bahkan Abdullah bin Mas’ud ra menyambut musim dingin dengan spesial: </span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">مرحباً بالشتاء تتنزل فيه البركة ويطول فيه الليل للقيام، ويقصر فيه النهار للصيام</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">“<i>Marhaban
(selamat datang) musim dingin, saat di mana keberkahan turun, malam
menjadi panjang saat yang tepat untuk qiyam (shalat malam), siang
menjadi pendek saat yang tepat untuk shiyam (puasa)</i>”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Seorang salaf dari kalangan tabi’in, Ubaid ibn Umair berkata secara khusus mengingatkan para ahli Qur’an; </span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ طَالَ اللَّيْلُ لِصَلاَتِكُمْ ، وَقَصُرَ النَّهَارُ لِصِيَامِكُمْ فَاغْتَنِمُوا.</b></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">“<i>wahai ahlul Qur’an, malam telah memanjang untuk shalat kalian, dan siang telah memendek maka pergunakanlah</i>”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Semoga Allah beri kaum muslimin kekuatan untuk menghadapi musim dingin ini dengan kualitas ibadah terbaik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">*ditulis Januari 2016 </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-61249804525270764232016-02-21T20:15:00.001-08:002016-02-21T20:15:02.765-08:00Petunjuk Nabi Dalam Ibadah Qurban<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><strong>Oleh: Faris Jihady, Lc</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><strong>عَنْ
أَنَس بن مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: “ضَحَّى النَّبِيُّ – صلى
الله عليه وسلم – بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، ذَبَحَهُمَا
بِيَدِهِ، وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Diriwayatkan
dari Anas ibn Malik ra, ia berkata; “Rasulullah saw berqurban dengan
dua domba berwarna campuran hitam dan putih, kemudian menyembelihnya
dengan tangannya sendiri, menyebut nama Allah, bertakbir dan meletakkan
kaki beliau di atas sisi leher keduanya”. (Hadits Shahih, diriwayatkan
Bukhari, Muslim, Abu Daud, AnNasa’i, Ibn Majah, At-Tirmidzi dll).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Beberapa pelajaran hadits:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">1.
Anas ibn Malik –sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut-
mendeskripsikan hewan yang dijadikan kurban oleh Rasulullah saw dengan
dua deskripsi:<br /> – كبش Kabsy, yaitu domba (jenis kambing dengan bulu lebat) yang melewati satu tahun<br />
– أملح Amlah, yaitu yang warna bulunya putih dominan bercampur
dengan hitam, demikian mayoritas ahli bahasa mendefinisikannya<br /> – اقرن Aqran, yaitu memiliki dua tanduk yang bagus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">2.
Mengapa Rasulullah saw memilih hewan kurban dengan deskrips di atas?
Al-Mawardi dan ArRafi’i –dua ulama besar mazhab Syafi’i- mengatakan;
karena dua hal; tampilan luarnya bagus, dan kualitas dagingnya baik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">3. Dari deskripsi hadits di atas, dapat disimpulkan beberapa hukum terkait dengan ibadah qurban dan tatacaranya;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">a.
Pada dasarnya, hukum ibadah udhiyah / kurban adalah sunnah muakkadah,
demikian mazhab Imam AsSyafi’i dan pengikutnya, itu juga adalah pendapat
Imam Ahmad, Abu Yusuf dan Muhammad ibn Hasan –keduanya murid Abu
Hanifah-. Adapun Imam Abu Hanifah mewajibkannya bagi orang yang mukim
(bukan musafir).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">b. Disunnahkan
dalam ibadah kurban untuk mendahulukan jenis domba/kambing sebelum unta,
ini adalah pendapat ulama Malikiyah dan Syaf’iyyah, kecuali dalam
ibadah hadyu (hewan yang disembelih pada saat haji di tanah haram), maka
didahulukan jenis unta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">c.
Disunnahkan jumlah hewan kurban lebih dari satu, karena Rasulullah
berkurban dengan dua domba. Karena itu, ulama Syafi’iyyah mengatakan; 7
ekor kambing/domba lebih baik daripada seekor unta, karena darah yang
ditumpahkan lebih banyak, dan nilai taqarrub-nya lebih bertambah sesuai
dengan yang ditumpahkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">d. Disunnahkan berkurban dengan hewan yang bertanduk, meskipun yang tidak bertanduk juga diperbolehkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">e.
Disunnahkan memilih hewan dengan tampilan dan kualitas terbaik, karena
Rasulullah saw telah memilih dengan pilihan yang baik, sesuai dengan
deskripsi dalam hadits tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">f.
Disunnahkan bagi pemilik hewan kurban untuk menyembelih dengan
tangannya sendiri, namun jika tidak bisa, maka diperbolehkan untuk
mewakilkan dan dianjurkan untuk ikut menyaksikan penyembelihan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">g. Disyari’atkannya menyebut nama Allah dalam penyembelihan dan bertakbir; Bismillah, Allahu Akbar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">h.
Dalam penyembelihan, dianjurkan membaringkan hewan pada sisi kirinya,
kemudian penyembelih meletakkan kaki di atas sisi kanan. Apa pasal?
Karena ini lebih memudahkan bagi penyembelih dalam memegang pisau dan
mencengkram kepala hewan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Wallahu a’lam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /> *<em>diringkas dari kitab Al-I’lam bi Fawaid Umdatil Ahkam, Imam Ibn Al-Mulaqqin AsSyafi’i</em></span></div>
</div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-59028250268309516672016-02-21T20:10:00.003-08:002016-02-21T20:10:42.168-08:00Tadabbur Surah Al-Qadr<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><strong>Oleh : As Syahid Sayyid Qutb*</strong></span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><strong> </strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><strong>Alih Bahasa : Faris Jihady, Lc</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Malam
Lailatul Qadr, adalah malam <b>ketersambungan mutlak</b> antara dunia dengan
langit, momen bermulanya penyampaian AlQur’an ke hati nabi Muhammad saw,
momen yang penuh keagungan yang belum pernah dialami sebelumnya dalam
sejarah kehidupan manusia. Momen yang sangat agung, agung dalam
kandungan dan jejak pengaruhnya dalam kehidupan manusia seluruhnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Nash-nash
Al-Qur’an yang menyebutkan peristiwa agung ini begitu bercahaya dan
penuh dengan pencerahan dengan cahaya Allah yang benderang, seiring
dengan cahaya malaikat dan Jibril yang berpendaran sepanjang malam dalam
ruang antara langit dan bumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Malam
Lailatul Qadr yang dibicarakan surat ini adalah malam yang sama
sebagaimana disebutkan dalam Surat AdDukhan (3-5); “<i>sesungguhnya Kami
telah menurunkannya pada malam yang diberkahi, sungguh Kamilah yang
memberi peringatan, pada malam itu ditetapkan segala urusan yang penuh
hikmah, yaitu urusan dari sisi Kami</i>”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a>Sebagaimana
diketahui bahwasanya ia adalah satu malam dari malam-malam Ramadhan.
Dalam penentuan kapan jatuhnya malam Lailatul Qadr ada banyak hadits dan
atsar yang menjelaskan, pendapat yang paling kuat berdasarkan
hadits-hadits shahih ia diduga kuat jatuh pada malam-malam ganjil 10
hari terakhir Ramadhan.<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Nama malam ini
adalah “Lailatul Qadr”, yang memiliki dua kemungkinan makna; 1) <b>takdir</b>
dan <b>tadbir</b> (penentuan dan pengaturan, 2) <b>kemuliaan dan kedudukan</b>. Kedua
makna ini bersesuaian dengan momen peristiwa besar yang agung itu,
peristiwa wahyu dan risalah yang menyambungkan antara kehidupan makhluk
di atas muka bumi dengan kemuliaan langit, tak ada satu pun peristiwa di
atas muka bumi yang menyamai keagungan dan kemuliaan peristiwa wahyu
dan risalah tersebut, karena itulah ia lebih baik dari seribu bulan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Seribu
bulan, penyebutan angka di sini tidaklah berarti pembatasan jumlah,
namun dimaksudkan darinya kadar jumlah yang banyak sebagaimana kebiasaan
Al-Qur’an. Betapa banyaknya ribuan bulan dan tahun yang terlewat tanpa
meninggalkan jejak dalam kehidupan manusia, tidak sebagaimana jejak yang
telah ditinggalkan oleh peristiwa agung penuh berkah ini, Lailatul
Qadr.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hakikat keagungan malam ini
melampaui batas pemahaman manusia, karena itulah ia menyapa manusia, “<i>wa
maa adraka maa lailatul qadr, tahukah kamu apa malam lailatul qadr
itu?</i>”, sebab itulah keagungan malam ini tak memerlukan mitos-mitos yang
diada-adakan. Ia adalah malam yang agung karena Allah memilihnya sebagai
momen bermulanya diturunkan Al-Qur’an, bermulanya pencerahan eksistensi
makhluk dengan cahaya Al-Qur’an, dan penyelimutan kedamaian yang
tercurah dari Allah untuk kehidupan manusia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Keagungan
malam ini seiring dengan keagungan Al-Qur’an yang mengandung
nilai-nilai mulia yang mengubah manusia, baik pada aspek keyakinan,
persepsi, syari’ah, etika, yang semuanya itu mengandung kedamaian bagi
jiwa manusia di atas muka bumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Keagungan
malam ini juga dideskripsikan surah ini begitu menakjubkan, bagaikan
<i>mahrajan</i> (festival) yang diperindah dengan turunnya para malaikat, dan
secara khusus Jibril yang bertebaran antara langit dan bumi menyebarkan
kedamaian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Di malam ini ditetapkan
setiap takdir dan urusan dengan penuh hikmah. Diletakkan asas-asas,
nilai, dan timbangan-timbangan. Ditetapkan pula berbagai takdir yang
lebih besar dari takdir individu, yakni takdir berbagai bangsa, rakyat,
dan negara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Patut disayangkan, manusia
telah melalaikan keagungan malam Lailatul Qadr, melupakan hakikat
peristiwa agung itu, peristiwa risalah. Tersebab kelalaian dan kealpaan,
mereka kehilangan momen kebahagiaan dan kedamaian hakiki bagi jiwa,
rumah tangga, dan masyarakat, selain itu mereka juga kehilangan nikmat
Allah berupa momen terindah dalam hidup. Mereka begitu merugi, sangat
merugi, meski terpenuhi segala sarana produksi dan kebutuhan hidup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Bagi
mereka yang merugi, cahaya indah yang menyinari jiwanya telah redup,
momen kebahagiaan yang akan membawa mereka menuju kedudukan tinggi telah
luput, dan kedamaian yang telah mengguyur jiwa dan hati telah hilang.
Semua itu tak bisa ditukar dengan apapun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kita
–orang orang beriman- diperintahkan agar tak melalaikan momentum ini,
Lailatul Qadr. Rasulullah saw telah memberikan kita cara mudah untuk
menghidupkannya agar jiwa kita selalu tetap tersambung dengannya, juga
agar tetap tersambung dengan peristiwa semesta besar yang pernah terjadi
pada malalm itu, turunnya Al-Qur’an. Karena itulah beliau dorong kita
untuk menghidupkannya melalui Qiyam (shalat) malam itu, mencari-cari
malam itu, mengintip-intipnya pada 10 hari terakhir Ramadhan.
Sebagaimana dalam<i> shahihain</i>; “<i>carilah Lailatul Qadr itu di 10 hari
terakhir Ramadhan</i>”, dalam riwayat lain di shahihain; “<i>sesiapa yang Qiyam
(shalat) malam Lailatul Qadr karena iman dan ihtisaban (mengharapkan
balasan dari Allah) niscaya diampuni dosanya yang telah lampau</i>”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Islam
bukanlah penampilan lahiriah semata, karena itulah Rasulullah saw
menyatakan, “<b>imanan wa ihtisaban</b>”, agar Qiyam (shalat) malam tersebut
betul betul dalam rangka menghidupkan makna-makna agung yang dikandung
oleh Lailatul Qadr, agar terpenuhi <i>tajarrud</i> (totalitas) dan keikhlasan
semata kepada Allah. Dengan itu ada hakikat tertentu yang ikut berdetak
bersama jantung tatkala dilaksanakan Qiyam tersebut, hakikat yang
terikat dengan tujuan dari diturunkannya Al-Qur’an.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Manhaj
Islami (metode Islam) dalam tarbiyah (mendidik) adalah selalu
mengaitkan antara ritual ibadah dengan hakikat aqidah dalam nurani, dan
menjadikan ibadah sebagai wasilah (sarana) untuk menghidupkan
hakikat-hakikat tersebut, menjelaskannya, dan mengokohkannya serta
terjelmakan dalam gambaran yang hidup dan tidak berhenti semata pada
level pemikiran.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Telah terbukti inilah
manhaj satu-satunya yang paling layak untuk menghidupkan
hakikat-hakikat tersebut, memberikannya ruang untuk bergerak di alam
nurani dan perilaku. Sesungguhnya pemahaman teoritis semata akan
hakikat-hakikat tersebut tanpa dukungan ritual ibadah takkan
mengokohkannya, tidak pula menggerakkannya dengan gerakan yang
benar-benar berpengaruh dalam kehidupan pribadi dan jama’ah (komunitas).
Dan sesungguhnya pengaitan antara penyebutan momentum Lailatul Qadr
dengan anjuran untuk Qiyam saat itu dengan “<i>imanan wa ihtisaban</i>” adalah
bagian kecil dari manhaj Islami ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><em>*dialihbahasakan dari Tafsir Surat Al-Qadr dalam Fi Zhilalil Qur’an, dengan penyesuaian seperlunya</em></span></div>
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> </span><h2 class="post-box-title">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></h2>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-10624774935459147082016-02-21T20:04:00.002-08:002016-02-21T20:11:09.507-08:00Menyelami Rahasia “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in”<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Oleh: Faris Jihady, Lc</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Dua kata ini “<b>ibadah</b>” dan “<b>isti’anah</b>“,
adalah poros dari segala hal. Keduanya adalah rahasia dari penciptaan
dan perintah, hikmah dari diturunkannya kitab-kitab dan ditetapkannya
syariat, diaturnya pahala dan dosa. Keduanya adalah sentral dari
‘ubudiyah (penghambaan) dan Tauhid (pengesaan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Konon
dikatakan, Allah telah menurunkan sejumlah 104 buah kitab, semua
maknanya dihimpun dalam Taurat, Injil, dan AlQur’an. Kemudian semua
makna ketiga kitab ini dirangkum dalam AlQur’an, lalu seluruh makna
AlQur’an diringkas dalam AlMufasshal (Surat dengan ayat-ayat pendek),
kemudian makna keseluruhan Al-Mufasshal dipadatkan dalam Al-Fatihah, dan
keseluruhan makna Al-Fatihah disimpulkan dalam <b>إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Dua kalimat inilah yang membagi dua antara Rabb dengan hambaNya; “<b>IyyaKa Na’budu</b>” adalah untukNya, dan “<b>iyyaKa nasta’in</b>” adalah untuk hambaNya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ibadah menghimpun dua pokok penting; <b>puncak cinta</b> disertai <b>puncak ketundukan</b>.
Jika engkau mencintai seseorang dan tidak tunduk padanya, kau bukanlah
penghambanya, dan jika engkau tunduk padanya, kau takkan menjadi
penghambanya hingga kau mencintainya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Adapun ist’ianah (memohon pertolongan) menghimpun dua hal; <i><b>tsiqah</b></i> (percaya) pada Allah, dan <b>bersandar kepadaNya</b>.
Bisa jadi seseorang mempercayai kawannya, namun tidak menyandarkan
urusan kepadanya, karena merasa sudah cukup dan tidak butuh pada
kawannya. Dapat juga terjadi sebaliknya, seseorang menyandarkan urusan
pada kawannya, namun hakikatnya tidak percaya padanya, akibat kebutuhan
dan keterdesakan ia pun tak miliki pilihan. Isti’anah juga diungkapkan
dengan bahasa lain, yaitu <b>tawakkal</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Al-Qur’an dalam beberapa tempat menyebut tawakkal dan ibadah secara beriringan dalam berbagai konteks;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>إياك نعبد وإياك نستعين</b> adalah penyebutan yang <b>pertama</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Yang <b>kedua</b>; tatkala Allah berfirman melalui lisan Syua’ib;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>{وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ} [هود: 88]</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i>Tidaklah
aku mendapat petunjuk kecuali dari Allah, kepadaNya aku berserah
meminta pertolongan(tawakkal) dan kepadaNya aku berpulang</i> (Hud 88)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Yang <b>ketiga</b>; tatkala Allah berfirman</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">{<b>وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ} [هود: 123]</b></span> <span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i>Milik
Allah-lah ke-ghaiban langit dan bumi, kepadaNya kembali segala urusan,
maka sembahlah (ibadahilah) Dia dan tawakkal-lah padaNya</i> (Hud 123)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Yang <b>keempat</b>, ketika Allah menceritakan perkataan orang beriman</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">{<b>رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ} [الممتحنة: 4]</b></span> <span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i>Ya
Tuhan Kami, kepada Engkau kami bertawakkal, dan kepadaMu kami berpulang
(taubat), dan Engkaulah tempat kembali (Al-Mumtahanah 4)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Yang <b>kelima</b>, tatkala Allah perintahkan zikir dan tasbih</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">{<b>وَاذْكُرِ
اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا رَبُّ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا} [المزمل: 8]</b></span> <span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i>Dan
sebutlah nama Rabbmu, khusyu’lah kepadaNya dengan sebenar-benar. Dialah
Rabb Penguasa timur dan barat, Tiada Tuhan selain Dia, maka jadikanlah
Dia penolong/pelindungMu (Al-Muzzammil 8)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Inilah beberapa tempat dalam AlQur’an yang menghimpun dua simpul penting ini <b>إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Mengapa ibadah العبادة didahulukan sebelum meminta pertolongan الاستعانة</b> ?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">karena penyebutan tujuan <i>(ghayah)</i> penting didahulukan sebelum sarana (<i>wasilah</i>).
Karena ibadah adalah tujuan pokok dari penciptaan hamba, dan isti’anah
adalah sarana yang mengantarkan menuju tujuan tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ibadah diletakkan sebelum isti’anah, karena <b>إياك نعبد</b> terkait dengan <i>uluhiyah</i>Nya (hak Allah sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi), sedangkan <b>إياك نستعين</b> terkait dengan <i>rububiyah</i>Nya
(Dia satu-satuNya pencipta dan pengatur makhluk). Ini selaras dengan
rangkaian awal surat Al-Fatihah ini yang mendahulukan lafaz namaNya;
“Allah” sebelum penyebutan lafaz “Rabb”. <b>إياك نعبد</b> adalah bagian milikNya, sedangkan <b>إياك نستعين</b> adalah untuk hambaNya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ibadah secara mutlak mencakup isti’anah, namun tak selalu isti’anah mencakup ibadah. Setiap ‘<i>abid</i> (penghamba) yang sempurna sudah pasti peminta pertolonganNya, namun tidak setiap peminta pertolonganNya adalah ‘<i>abid</i> (penghambaNya) yang sempurna. Karena itulah ibadah (penghambaan) total selalu muncul dari seorang <i>mukhlish</i> (ikhlas/murni), sedangkan isti’anah boleh jadi muncul dari seorang mukhlish ataupun bukan mukhlish.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Ibadah
adalah hakNya yang harus kita penuhi yang telah Dia wajibkan atas kita,
sedangkan isti’anah adalah permintaan pertolongan untuk menegakkan
ibadah. Ibadah juga merupakan bentuk syukur pada setiap karunia yang
telah terlimpah. Jika kau masukkan dirimu dalam penghambaanNya, Dia akan
menolongmu, semakin kau mengikat komitmen dalam penghambaan semakin
terlimpah perlindungan dan pertolonganNya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Disadur dari:<br /> Madarij AsSalikin, Ibn Qayyim Al-Jauziyyah</span></div>
</div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-63949196701238523912015-04-07T23:30:00.000-07:002015-04-07T23:31:32.810-07:00Al-Qur’an dan Kelompok Syiah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oleh: Faris Jihady, Lc</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terpecahnya pemahaman keagamaan kaum Muslimin sejak awal sejarah Islam merupakan keniscayaan dan sunnatullah (kehendak Allah) yang bersifat takdir, sebagaimana diisyaratkan dalam berbagai nash (teks) AlQur’an dan Hadits.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terpecahnya pemahaman keagamaan ini bukan tanpa hikmah, ia merupakan ujian keimanan bagi setiap muslim dalam konsistensi dan komitmen mereka bepegang teguh pada Islam sebagaimana ia diwahyukan, karena pemegang teguh ajaran di era ramainya terjadi penyimpangan, sebagaimana kata Nabi, bagaikan penggenggam batu bara.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pemahaman keagamaan yang terpecah ini termanifestasikan dalam berbagai sekte atau kelompok yang seiring perkembangan sejarah memiliki nama masing-masing yang membedakan diri satu dengan lainnya. Hal yang merupakan kesamaan di antara berbagai kelompok Islam, atau yang menisbatkan diri kepada Islam, adalah upaya mereka untuk membangun konsep keagamaan yang utuh berdasarkan dalil dari AlQur’an dan Sunnah, baik itu benar atau salah dalam berdalil. Karenanya tak heran didapati bahwa setiap kelompok/sekte pasti mengklaim punya dalil baik AlQur’an atau pun Sunnah. Hal ini merupakan hal wajar disebabkan –paling tidak- dua hal;</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">a) Setiap ajaran keagamaan agar ia kokoh dan meyakinkan, membutuhkan legitimasi (baca: pembenaran) dari sumber-sumber agama (wahyu), karena secara alamiah ajaran agama yang tidak memiliki legitimasi dari wahyu tidak akan bertahan lama, karena kodrat manusia yang membutuhkan basis transendental yang melampaui keberadaan dan pengalaman kemanusiaan mereka sebagai tempat bersandar</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">b) Secara sosial, akan ada penerimaan luas dari kalangan umat Islam, jika kelompok/sekte tersebut mendasarkan ajaran keagamaannya pada wahyu, karena akan timbul perasaan satu komunitas, bahwa kelompok tersebut masih bagian dari umat Islam</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kelompok Syiah Imamiyah, Rafidhah, Itsna Asyariyah, adalah berbagai penamaan yang merujuk pada satu kelompok, yang pada hari ini merupakan sekte tua yang bangkit secara ideologis maupun politik. Mereka tak terkecualikan dari tabiat ini, menisbatkan diri kepada Islam, karenanya mereka pun berupaya membangun ajaran keagamaannya berdasar wahyu, tentu berdasar klaim mereka.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam menilai klaim ini, patut kiranya setiap muslim memiliki standar umum yang tegas, apakah klaim ini bisa diterima atau tidak? Apakah pemahaman mereka terhadap dalil berdasarkan metode yang benar atau tidak? Hal ini penting agar jelas mana yang dapat ditoleransi dan mana yang tidak dapat ditoleransi secara keyakinan. Dari sini paling tidak dapat kita menilai pada dua level kategori;</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1) Level referensi ajaran; apakah betul mereka menganggap wahyu sebagai sumber ajaran? Bagaimana pandangan mereka terhadap wahyu dalam hal ini AlQur’an?</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2) Level metodologi dalam memahami referensi ajaran; apakah metodologi mereka dalam memahami wahyu dapat diterima atau tidak?</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam berbagai referensi mereka, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya konsep mereka dalam masalah wahyu Al-Qur’an telah selesai dan utuh, sehingga dapat dilakukan penilaian atas konsep tersebut, terlepas dari keyakinan personal masing-masing pemeluk sekte.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara ringkas dapat disimpulkan keyakinan mereka adalah;</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1) Pada level referensi; mereka meyakini bahwa AlQur’an mengalami tahrif (distorsi), sebagian mengatakan, tidak lengkap dengan berpendapat sesungguhnya ayat AlQur’an berjumlah 17,000 ayat, sedangkan yang sekarang jumlah hanya 6236 ayat hanyalah sepertiga saja, itu pun mengalami distorsi. Adapun dua pertiganya, masih disimpan oleh para Imam yang ma’shum (terjaga dari kesalahan), dan pada hari akhir akan disampaikan semuanya oleh Imam yang terakhir versi ajaran mereka.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2) Pada level metodologi, mereka melakukan tahrif (distorsi) dalam penafsiran ayat-ayat AlQur’an sesuai dengan keinginan mereka, demi mendukung dan membenarkan aqidah mereka, yang secara lebih detail akan lebih jelas pada bagian berikut.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<strong style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Faktor Utama</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Faktor utama dari perilaku dan keyakinan mereka terhadap AlQur’an, karena adanya konsep Imamah yang merupakan keyakinan pokok dan sentral dalam keyakinan Syiah. Secara ringkas, konsep Imamah adalah keyakinan mereka bahwa kepemimpinan umat selepas Nabi <img alt="S.A.W" class="tie-appear" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Mohamed_peace_be_upon_him.svg/21px-Mohamed_peace_be_upon_him.svg.png" height="21" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 0px none; box-sizing: border-box; height: auto; list-style: none; margin: 0px; max-width: 100%; opacity: 1; outline: none; padding: 0px; transition: all 0.4s ease-in-out; vertical-align: middle;" width="21" /> wafat diwariskan secara tegas berdasarkan wahyu kepada keturunan beliau yang berjumlah 12 orang, atau 12 imam. Para Imam ini diyakini bersifat ma’shum (terjaga) dari kesalahan, dan setiap perkataan mereka setara dengan wahyu.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada tataran sikap terhadap AlQur’an sebagai sumber, jika diteliti secara mendetil pada referensi-referensi syi’ah secara umum, maka akan ditemukan sangat banyak pendapat ulama mereka, bahkan mendekati konsensus (ijma’) bahwa AlQur’an bukanlah hujjah, dan AlQur’an pada dasarnya diwariskan kepada Ali bin Thalib ra setelah Nabi Muhammad <img alt="S.A.W" class="tie-appear" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Mohamed_peace_be_upon_him.svg/21px-Mohamed_peace_be_upon_him.svg.png" height="21" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 0px none; box-sizing: border-box; height: auto; list-style: none; margin: 0px; max-width: 100%; opacity: 1; outline: none; padding: 0px; transition: all 0.4s ease-in-out; vertical-align: middle;" width="21" /> wafat, dan para sahabat penyalin teks AlQur’an telah melakukan perubahan terhadap teks wahyu.<br style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" />Seorang peneliti Syiah, Muhammad asSaif, menghitung sekitar 20 ulama yang merupakan rujukan utama Syiah sepanjang kurun sejarah, yang berpendapat bahwa AlQur’an mengalami perubahan dan pengurangan.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada tataran metodologis pemahaman terhadap AlQur’an sebagai referensi, ada beberapa konsep yang mereka pakai dalam memahami AlQur’an, atau dalam istilah ilmiah, Ushul Tafsir (pokok-pokok penafsiran) menurut Syiah.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pokok-pokok penafsiran tersebut antara lain;</span></div>
<ol style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin: 0px 0px 20px 15px; outline: none; padding: 0px;">
<li style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: decimal outside; margin: 0px 0px 5px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.5; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Otoritas penafsiran hanya milik para 12 Imam yang ma’shum (terjaga dari kesalahan), Kenapa? Karena AlQur’an ada yang kurang, karenanya yang menafsirkan harus orang yang tersambung dengan wahyu, yaitu para Imam. Ini melahirkan masalah bagi internal keyakinan mereka, karena warisan riwayat penafsiran para Imam ahlul bait jumlahnya sangat sedikit sekali, ini memaksa mereka untuk berdusta, kemudian mengarang riwayat-riwayat atas nama ahlul bait bahwa mereka menafsirkan ayat AlQur’an.</span></span></li>
<li style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: decimal outside; margin: 0px 0px 5px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Menolak penafsiran sahabat dan tabi’in secara mutlak. Kasyiful ghita’ –seorang ulama syiah- mengatakan; para sahabat tidak setara dalam pandangan syiah meskipun dibandingkan dengan sayap nyamuk. Ulama tafsir syiah lain, Muhammad Murtadha, mengatakan; tidak ada nilainya penafsiran para sahabat, karena mereka murtad setelah Nabi Muhammad <img alt="S.A.W" class="tie-appear" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Mohamed_peace_be_upon_him.svg/21px-Mohamed_peace_be_upon_him.svg.png" height="21" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 0px none; box-sizing: border-box; height: auto; list-style: none; margin: 0px; max-width: 100%; opacity: 1; outline: none; padding: 0px; transition: all 0.4s ease-in-out; vertical-align: middle;" width="21" /> wafat. Ada juga yang mengatakan karena mereka bukan manusia ma’shum. </span></li>
<li style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: decimal outside; margin: 0px 0px 5px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Al-Qur’an ada zahir dan batin. Mereka menggunakan metode ini, karena secara zahir tidak ada satu pun teks ayat AlQur’an yang memberikan pembenaran terhadap keyakinan mereka terhadap konsep Imamah, ini mendorong mereka untuk mengada-adakan penafsiran yang bersifat batiniah, bahwa para Imam yang ma’shum memahami makna batin ayat AlQur’an meskipun secara lahiriah ayat tersebut sama sekali tidak menunjuk pada makna tersebut. <span style="border: 0px none; box-sizing: border-box; line-height: 1.5; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Keyakinan adanya zahir dan batin dari teks AlQur’an, juga berimplikasi pada tuduhan bahwa Nabi <img alt="S.A.W" class="tie-appear" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Mohamed_peace_be_upon_him.svg/21px-Mohamed_peace_be_upon_him.svg.png" height="21" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 0px none; box-sizing: border-box; height: auto; list-style: none; margin: 0px; max-width: 100%; opacity: 1; outline: none; padding: 0px; transition: all 0.4s ease-in-out; vertical-align: middle;" width="21" /> tidak menyampaikan makna penjelasan qur’an kepada orang banyak, ada yang disembunyikan untuk orang tertentu, dengan kata lain Nabi Muhammad <img alt="S.A.W" class="tie-appear" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Mohamed_peace_be_upon_him.svg/21px-Mohamed_peace_be_upon_him.svg.png" height="21" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 0px none; box-sizing: border-box; height: auto; list-style: none; margin: 0px; max-width: 100%; opacity: 1; outline: none; padding: 0px; transition: all 0.4s ease-in-out; vertical-align: middle;" width="21" /> berkhianat atau menyembunyikan risalah. Di sisi lain, jika mereka mengatakan bahwa Nabi tidak mengetahui makna dari wahyu, sedangkan para Imam tahu, berarti para Imam lebih tinggi dari nabi.</span></span></li>
<li style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: decimal outside; margin: 0px 0px 5px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setiap ayat yang mengandung celaan tentang kufur, munafik dijatuhkan kepada musuh2 Ali bin Abi Thalib ra dan ahlul bait, sedangkan ayat-ayat yang mengandung pujian kebaikan, dijatuhkan kepada Ali dan ahlul bait. Ini disebut metode AlJaryu, dan dengan metode ini tampak jelas penafsiran ayat sesuai dengan kepentingan ideologis mereka.</span></li>
</ol>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Beberapa contoh penafsiran kelompok Syiah;</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">a) Pada ayat QS ArRahman; <br style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">“( 19 ) Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,( 20 ) antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. ( 21 ) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? ( 22 ) Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”</em>.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">AtTabatabai-seorang ulama syiah- mengutip riwayat palsu yang disandarkan kepada Ibn Abbas ra; bahwa makna dari “<em style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">dua lautan</em>” adalah Ali & Fatimah ra, dan “<em style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">batas</em>” adalah Nabi Muhammad <img alt="S.A.W" class="tie-appear" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Mohamed_peace_be_upon_him.svg/21px-Mohamed_peace_be_upon_him.svg.png" height="21" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 0px none; box-sizing: border-box; height: auto; list-style: none; margin: 0px; max-width: 100%; opacity: 1; outline: none; padding: 0px; transition: all 0.4s ease-in-out; vertical-align: middle;" width="21" />, sedangkan “<em style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">mutiara dan marjan</em>” adalah Hasan dan Husain ra. </span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">b) QS AlMaidah;<br style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /><em style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">”( 67 ) Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu</em>”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Muhammad Jawab Mughniyah, seorang penafsir Syiah kontemporer, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dengan perintah untuk menyampaikan, adalah informasi tentang kepemimpinan (imamah) Ali ibn Thalib ra setelah Nabi Muhammad <img alt="S.A.W" class="tie-appear" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c5/Mohamed_peace_be_upon_him.svg/21px-Mohamed_peace_be_upon_him.svg.png" height="21" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 0px none; box-sizing: border-box; height: auto; list-style: none; margin: 0px; max-width: 100%; opacity: 1; outline: none; padding: 0px; transition: all 0.4s ease-in-out; vertical-align: middle;" width="21" /> wafat.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">c) QS Al-A’raf;<br style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" />”<em style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">( 31 ) Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid</em>”</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">AtTabataba’i, mengutip riwayat lemah yang menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah perintah untuk mandi setiap bertemu dengan para Imam yang ma’shum.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<strong style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kesimpulan; relasi antara Syiah dengan AlQur’an</span></strong></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari paparan ringkas di atas, dapat disimpulkan bahwa relasi antara kelompok Syiah dengan Al-Qur’an sebagai wahyu dan dasar dalam beragama, tidak lebih adalah relasi yang dipaksakan, pada hakikatnya sangat jauh dan renggang hubungan antara keduanya. Ada upaya penyelewengan dan pemaksaan penafsiran yang sangat nampak terhadap AlQur’an, tanpa peduli dengan kaidah-kaidah yang benar. Benarlah ketika Ibn Taimiyah berkata: “kaum Rafidhah sama sekali tidak memiliki perhatian untuk menghafal Qur’an, mempelajari maknanya, dan tidak pula mempelajari petunjuk-petunjuk untuk memahami maknanya”.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu a’lam</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px none; box-sizing: border-box; color: #333333; font-size: 13px; line-height: 22px; list-style: none; margin-bottom: 20px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Beberapa bacaan lanjutan;<br style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" />• Al-Khututh Aridhah li AsSyiah (pokok pikiran syiah) , Muhibudin AlKhatib<br style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" />• AsSyiah wa tahriful Qur’an (syiah dan penyelewengan alqur’an), Muhammad AsSaif<br style="border: 0px none; box-sizing: border-box; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" />• Minhaj AsSunnah, ibn Taimiyah</span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-78198342830914163342015-01-06T09:06:00.001-08:002015-01-06T09:06:56.089-08:00ISLAM MEMANDANG MUSIBAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Faris Jihady, Lc</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Merealisasikan ibadah kepada Allah Ta’ala adalah tujuan akhir dari kehidupan. Siapa yang dapat mencapainya dengan sempurna dia-lah yang pemilik predikat terbaik, taqwa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dalam mencapai predikat terbaiknya, manusia dalam hidupnya diatur oleh Sunnatullah (hukum-hukum Allah yang berlaku di alam semesta), dan di antara sunnatullah yang merupakan kemestian dan keniscayaan adalah “hidup adalah ujian dan cobaan”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara riil kehidupan manusia di beberapa waktu terakhir ini –medio 2014- dikejutkan oleh berbagai peristiwa yang tidak mengenakkan, bahkan menyedihkan, mengejutkan, dan membuat kehilangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Peristiwa-peristiwa tersebut sebagian terjadi secara kolektif, massif dan terekam oleh memori masyarakat. Hal ini tentu saja memukul kesadaran dan kejiwaan manusia, meskipun ia bukan menjadi bagian dari korban peristiwa-peristiwa tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Rentetan peristiwa tersebut sudah seharusnya mengajak akal dan hati manusia muslim secara sadar untuk berpulang pada panduan Islam memandang kehidupan dan musibah. Kehidupan dan musibah, dua kata yang tidak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Islam memandang musibah adalah bagian dari sunnatullah (hukum Allah yang berlaku pasti di alam semesta) yang dianggap sebagai ujian dan cobaan, demi menaikkan derajat dan kualitas kehidupan manusia, baik secara spiritual (ketakwaan) maupun material.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hal ini ditegaskan AlQur’an; </span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“<i>dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan, agar menguji kalian siapa yang terbaik amalnya”</i> (QS AlMulk; 2)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari sini dapat dipahami, bahwa kematian dan kehidupan, kepemilikan atas sesuatu dan kehilangannya, senang dan sedih, adalah bagian dari proses pengujian siapa manusia dengan kualitas amal terbaik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada ayat lain, secara eksplisit disebutkan bentuk-bentuk ujian ini; </span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan)”</i>. (QS; AlBaqarah; 155) </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di antara karakteristik musibah yang menimpa manusia adalah, ia selalu terjadi di luar perkiraan dan jangkauan prediksi. Ini semestinya mengantarkan manusia pada satu pemahaman, bahwa sebaik apapun prediksi, ekspektasi, harapan dan perencanaan manusia, selalu mesti disisakan ruang ketidakpastian dan ketidaktahuan tentang apa yang akan terjadi, serta menyerahkan kepastian dan pengetahuan tentang hal tersebut kepada Allah Ta’ala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Deskripsi ruang ketidakpastian ini diisyaratkan dalam sebuah ayat</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata</i> (QS Yunus; 22)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Demikian AlQur’an mendeskripsikan ruang ketidakpastian, orang bergembira dalam perjalanan, serta memiliki harapan akan sampai pada tujuan, seketika situasi berubah, dan membalikkan seluruh suasana dan harapan, menjadi situasi di mana tiada tempat bersandar berharap keajaiban kecuali dari Pemilik Alam Semesta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terjadinya musibah dan bencana dalam kehidupan makhluk di alam semesta adalah Sunnah Kauniyah (ketetapan Allah yang pasti terjadi di alam semesta), karenanya menyisakan ruang ketidakpastian dan ketidaktahuan kepada Allah, merupakan Sunnah Syar’iyyah (tuntunan Syar’i) yang mesti dipahami dan diyakini setiap muslim. Di sinilah titik keseimbangan antara pemahaman akan sunnah kauniyah dan sunnah syar’iyyah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Menyisakan ruang ketidakpastian sudah semestinya membawa pada situasi terdekat antara makhluk dengan KhaliqNya. Bahkan situasi ini termasuk bagi siapapun yang menolak keberadaan Tuhan, justru memunculkan warna asli jiwa manusia, fitrah, sebagaimana dalam ayat tersebut ketika dikatakan; </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka seketika mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata”</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Namun demikian, adanya ruang ketidakpastian dan ketidaktahuan, semestinya tidak membuat muslim mengalami kekhawatiran, ketakutan ataupun trauma yang lebih. Terlebih pada saat ini musibah-musibah yang menimpa manusia terekam oleh memori publik, yang bisa berimplikasi terpukulnya kejiwaan masyarakat. Inilah kenapa Rasulullah saw memberikan panduan setiap ketika keluar rumah;</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">بسم اللَّهِ، توكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“dengan nama Allah, aku betawakkal (berserah diri) kepada Allah”</i> (HR Abu Daud, AtTirmidzi dari Anas ibn Malik”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Doa yang mencerminkan penyerahan diri, pengetahuan dan kepastian apa yang akan yang terjadi pada Allah Ta’ala. Doa ini akan melahirkan rasa aman, ketentraman, serta optimisme, karena perasaan positif takkan muncul kecuali jika ada tempat puncak untuk menggantungkan sandaran dan harapan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Adapun jika musibah dan bencana sudah terjadi; secara manusiawi pasti siapapun pasti terpukul. Kejiwaan manusia -oleh Imam Ibn Al-Qayyim dalam Madarij AsSalikin- digambarkan ada empat tingkatan ketika terkena musibah; </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tingkat pertama; keputusasaan, kemarahan, dan menolak kenyataan. Hal ini umumnya dilakukan oleh manusia yang tingkat kematangan jiwanya rendah, akal sehatnya lemah, dan pemahaman agamanya juga sedikit. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tingkat kedua; kesabaran. Baik kesabaran karena Allah, atau pun kesabaran karena demi menjaga akal sehat dan kehormatannya. Pada tahap ini, secara syari’at, sabar menjadi kewajiban, terlebih sabar karena Allah adalah sebuah keutamaan. Dan hakikat kesabaran adalah upaya luar biasa untuk mengendalikan jiwa, dengan tidak terucap dari lisan kata yang disukai Allah, tidak pula muncul tindakan yang dimurkaiNya, dan ujian kesabaran terletak pada benturannya yang pertama, sebagaimana sabda Nabi saw;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">إنما الصبر عند الصدمة الأولى</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“sesungguhnya kesabaran terletak pada benturan pertama”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tingkat ketiga; keridhaan dan kerelaan. Sebuah situasi kejiwaan dimana manusia tidak sekedar bersabar, namun meningkat ia pada tahap penguasaan jiwa yang penuh kerelaan, seakan tidak berpengaruh oleh musibah tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tingkat keempat; rasa syukur. Ini adalah puncak tertinggi suasana jiwa, di mana tarikan-tarikan perasaan manusiawi agar terpengaruh oleh musibah, dikalahkan oleh pandangan bahwa dengan adanya musibah ini, ia mendapatkan ganjaran besar dan peningkatan derajat di sisi Tuhannya, Allah Ta’ala, dan karena itu ia bersyukur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari berbagai tingkatan jiwa manusia yang dijelaskan tersebut, yang menjadi standar wajib muslim adalah tingkat kedua, sedangkan ketiga dan keempat merupakan fadhilah (keutamaan). Selain itu ada beberapa hal yang menjadi saran dan anjuran ketika manusia mendapat musibah;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ucapan إنا لله وإنا إليه راجعون, agar tertanam dalam jiwa keyakinan bahwa segala sesuatu milik Allah, dan akan kembali kepadaNya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Mengingatkan diri agar bersabar, ridha., serta merenungkan bahwa bukan hanya dirinya mendapat musibah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3)<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Memperkuat jiwa dengan meningkatkan ketaatan pada Allah, di antaranya melalui shalat. Karena shalat adalah sarana komunikasi terkuat dan terdekat antara dirinya dengan Allah, tempat mengadu dan bergantung.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Demikian beberapa sunnah syar’iyyah, yang menjadi panduan tatkala rententan bencana dan musibah menimpa, yang notabene merupakan sunnah kauniyah. Dengan demikian tercipta keselarasan antara keduanya, sunnah syar’iyyah dengan sunnah kauniyah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu a’lam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-6255769461296153862014-08-28T21:02:00.000-07:002014-08-28T21:02:46.680-07:00Mengenal I’jazul Qur’an (Kemukjizatan AlQur'an)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Faris Jihady, Lc</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kemukjizatan AlQur’an adalah
konsep dasar aksiomatis yang dipahami dan diyakini setiap muslim. Ia menjadi
pembahasan para cendekiawan sepanjang sejarah AlQur’an sejak diturunkannya
hingga masa modern.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Konsep dasar dari pembahasan
I’jaz AlQur’an (kemukjizatan AlQur’an) adalah bahwa AlQur’an menjadi bukti dari
kebenaran kenabian dan risalah Nabi Muhammad saw, dan tiada sesuatu pun atau
seorang pun yang dapat mendatangkan yang semisal dengannya, baik secara
keseluruhan atau sebagian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></b></div>
<a name='more'></a><b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Definisi mukjizat AlQur’an<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara etimologis; terambil dari
kata <span dir="RTL" lang="AR-SA">عجز </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> yang bermakna <span dir="RTL" lang="AR-SA">الضعف </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> (lemah). Dalam pemakaian kebahasaan istilah
ini umumnya merujuk pada makna ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu, lawan
kata dari <span dir="RTL" lang="AR-SA">القدرة.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara terminologis; mukjizat sebagaimana
definisi para cendekiawan;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">أمر خارق للعادة, مقرون بالتحدي, سالم من
المعارضة يجريه الله تعالى على يد نبيه شاهدا على صدقه</span><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“sesuatu yang
bertentangan dengan kebiasaan (luar biasa), diiringi dengan tahaddi
(tantangan), selamat dari perlawanan, yang ditunjukkan Allah melalui tangan
nabiNya, sebagai bukti atas kebenarannya”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Istilah mukjizat atau i’jaz secara redaksional yang merujuk makna yang dipahami
dalam kajian ilmu-ilmu Islam sebagaimana di atas tidak tercantum dalam AlQur’an
& Hadits. Istilah ini secara redaksional mulai muncul pada akhir abad 2
Hijriah dan awal abad 3 Hijriah seiring dengan mulainya proses kodifikasi
ilmu-ilmu Islam. <a href="file:///C:/Users/faris/Desktop/seminar%20malang/kemukjizatan%20alqur'an.docx#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Al Qur’an menggunakan
istilah-istilah lain untuk merujuk pada ‘i’jaz ini, di antaranya;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Ayat <span dir="RTL" lang="AR-SA">الآية </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>, sebagaimana
tercantum dalam Firman Allah tentang kisah unta nabi Shalih; <span dir="RTL" lang="AR-SA">هذه ناقة الله لكم آية (الأعراف: 73)</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Al bayyinah <span dir="RTL" lang="AR-SA">البينة </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>, sebagaimana
tercantum dalam perkataan Musa; <span dir="RTL" lang="AR-SA">قد جئتكم ببينة من
ربكم فأرسل معي بني إسرائيل (الأعراف 106(.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Al burhan, <span dir="RTL" lang="AR-SA">البرهان </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> sebagaimana dalam firman Allah; <span dir="RTL" lang="AR-SA">يا أيها الناس قد جاءكم برهان من ربكم وأنزلنا إليكم نورا مبينا
(النساء: 174)</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>As Sultan <span dir="RTL" lang="AR-SA">السلطان </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> sebagaimana dalam ayat; <span dir="RTL" lang="AR-SA">وما كان
لنا أن نأتيكم بسلطان إلا بإذن الله (إبراهيم: 11)</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedangkan dalam definisi para
cendekiawan, istilah <span dir="RTL" lang="AR-SA">اعجاز القرآن </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>(kemukjizatan AlQur’an) dimaksudkan;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span dir="LTR"><span style="font-size: large;">“</span></span><span lang="AR-SA"><span style="font-size: large;">عجز المخاطبين بالقرآن وقت نزوله ومن بعدهم إلى يوم القيامة عن
الإتيان بمثل هذا القرآن مع تمكنهم من البيان وتملكهم لأسباب الفصاحة والبلاغة
وتوفر الدواعي واستمرار البواعث"</span><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“ketidakmampuan para
pihak yang menjadi objek dari diturunkannya AlQur’an, pada saat turunnya, dan
hingga masa setelah mereka hingga kiamat, untuk mendatangkan yang semisal
dengan AlQur’an, meski mereka memiliki kemampuan bayan, fashahah, balaghah”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Meski secara redaksional istilah
i’jaz ataupun mukjizat tidak dibunyikan, penegasan tentang konsep I’jazul
Qur’an <span dir="RTL" lang="AR-SA">إعجاز القرآن </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span>bahwa AlQur’an merupakan mukjizat, dalam
AlQur’an ditegaskan secara berulang dan bertahap, dalam beberapa ayatnya; <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 36.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1. <span style="font-size: large;">
<!--[endif]--><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA">قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ
هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
(88) [الإسراء : 88</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>]<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 36.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">2.
<!--[endif]--><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA">أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ
وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (13) [هود
: 13</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>]<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 36.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">3.
<!--[endif]--><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA">وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا
بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ [البقرة : 23</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span></span><span dir="LTR"><span style="font-size: large;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>]</span><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sekilas dapat dipahami, konsep
I’jaz yang mengandung tantangan untuk mendatangkan yang semisal AlQur’an, diulangi
sedemikian rupa dan bertahap mulai dari yang paling tinggi (seluruh AlQur’an),
kemudian 10 Surat, kemudian 1 surat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di antara karakter khas konsep
I’jazul Qur’an adalah bahwa kemukjizatan AlQur’an bersifat abadi, ia tidak
terbatas oleh komunitas, kaum, tempat dan waktu. Ia berlaku sepanjang masa dan
setiap kaum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aspek-aspek kemukjizatan
AlQur’an<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Para cendekiawan berbeda pendapat
dalam mengklasifikasi berbagai aspek kemukjizatan AlQur’an, karena AlQur’an
memiliki kesempurnaan dan mengandung kemukjizatan dalam semua aspeknya. As-Suyuthi
(w 911 H), seorang cendekiawan AlQur’an, menghitung 35 aspek kemukjizatan
AlQur’an, namun para cendekiawan kontemporer menilai bahwa sebagian besarnya
berkait satu sama lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara umum para cendekiawan nyaris
sepakat dalam klasifikasi 3-4 aspek kemukjizatan AlQur’an;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">I’jaz Lughawi (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">الإعجاز اللغوي</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">), kemukjizatan dari aspek bahasa. ia juga
sering diistilahkan dengan istilah lain I’jaz Bayani, atau I’jaz Balaghi. Ini
adalah aspek terbesar dan paling utama nampak dari AlQur’an. Mayoritas
literatur para cendekiawan yang membahas tentang I’jaz umumnya membahas dan
mendalami aspek ini dengan berbagai cabang kajiannya. Secara umum aspek ini
dapat terklasifikasi menjadi beberapa cabang kajian;</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"> (a) Aspek balaghah dan
fashahah; tercakup di dalamnya bagaimana AlQur’an menggunakan
perangkat-perangkat kebahasaan, seperti tasybih, iijaaz, ithnab, dan
sebagainya. (b) </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">Aspek nazham (susunan
redaksi) AlQur’an; bagaimana AlQur’an serasi dalam susunan kalimatnya, nada dan
bunyi yang timbul dari pilihan kalimat, pemilhan untuk mewakili makna&
konteks yang dimaksud, serta keserasian antara ayat dengan ayat lain sebelum
dan sesudahnya, dan sebagainya.</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">I’jaz Ikhbari (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">الإعجاز الإخباري</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">), kemukjizatan pada aspek pemberitaan.
AlQur’an sangat banyak mengandung pemberitaan yang terkait hal-hal di luar
kebiasaan akal manusia, dan tidak mungkin diketahui kecuali dari sumber wahyu. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">Aspek ini mencakup antara lain; (a) </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">Pemberitaan tentang wilayah
ghaib yang mutlak, semisal tentang Dzat Allah Ta’ala, malaikat, surga dan neraka. (b) </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">Pemberitaan tentang masa
lampau, semisal; permulaan penciptaan makhluk, dan kisah umat terdahulu. (c) </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">Pemberitaan tentang masa
depan, baik apa yang akan terjadi pada masa nabi masih hidup, maupun masa depan
yang masih jauh. (d) </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">Pemberitaan tentang apa
yang tersimpan dalam jiwa dan hati manusia.</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">I’jaz Tasyri’i (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">الإعجاز التشريعي</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">), kemukjizatan pada
aspek syariat yang terkandung dalam AlQur’an, bahwa setiap ketentuan, aturan
dan ketetapan dalam AlQur’an mengandung hikmah, kebenaran, dan kemaslahatan
bagi makhluk.</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">I’jaz Ilmi (</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">الإعجاز العلمي</span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-indent: -18pt;">), kemukjizatan pada aspek isyarat dan
pembicaraan AlQur’an tentang sains dan alam. Inti dari kajian ini adalah bahwa
AlQur’an mengandung isyarat ataupun pembicaraan tentang sains dan alam yang
secara saintifik baru dibuktikan di kemudian hari jauh setelah turunnya
AlQur’an.</span></li>
</ol>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>I’jaz Ilmi (</b><b><span dir="RTL" lang="AR-SA">الإعجاز العلمي</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>); selayang pandang dan studi kritis<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Studi pada aspek ini mendapat
porsi perhatian besar terutama pada pasca abad 20, seiring dengan
penemuan-penemuan sains modern, dan kemunduran kaum muslimin pada level
pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban. Meskipun sebenarnya perhatian terhadap
aspek ini sudah dimulai sejak abad pertengahan. Tepatnya Fakhruddin ArRazi (w
606 H) dalam karyanya Mafatihul Ghaib sudah banyak membahas aspek ini. Namun
demikian, sepanjang sejarahnya kajian pada aspek ini tidak begitu mendapat
perhatian besar bahkan cenderung terjadi ikhtilaf para ulama apakah AlQur’an
benar-benar mengandung aspek I’jaz Ilmi.<span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Para cendekiawan yang mengkaji
aspek ini memiliki tujuan dasar untuk membuktikan kebenaran Islam dan AlQur’an,
serta membangkitkan ‘izzah (kebanggaan) kaum muslimin dengan agamanya. Derasnya
kajian pada bidang ini menimbulkan persoalan secara ilmiah, karena definisi,
rambu-rambu, dan koridornya malah belum begitu banyak dibahas sehingga belum
begitu jelas. Para peneliti dan cendekiawan justru lebih banyak berkutat pada
upaya pencocokan antara penemuan sains modern dengan ayat-ayat AlQur’an,
meskipun secara tafsiriah belum tentu ayat tersebut memaksudkan demikian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hal yang sering luput dalam
banyak kajian tentang I’jaz Ilmi (kemukjizatan ilmiah) adalah hubungan antara
Tafsir Ilmi (Tafsir Ilmiah) dengan I’jaz Ilmi (Kemukjizatan Ilmiah). Padahal
mestinya I’jaz Ilmi tidak mungkin berdiri sendiri tanpa Tafsir Ilmi, karena pembuktian
suatu penemuan modern bahwa ia diisyaratkan atau dibunyikan oleh AlQur’an
–dimana hal ini merupakan concern dari I’jaz Ilmi- harus lah dibangun di atas
Tafsir –penjelasan dan pemahaman akan makna ayat yang benar-, sehingga
betul-betul ada korelasi antara makna yang dimaksud oleh ayat dengan penemuan
sains modern yang sedang dibuktikan tersebut. Penekanan pada hal ini cukup
penting, karena upaya pencocokan tanpa definisi dan rambu-rambu jelas boleh
jadi blunder, karena nash AlQur’an pada dasarnya bersifat final, sedangkan
penemuan sains modern boleh jadi belum final dan masih mungkin terkoreksi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara kritis, pengaitan antara
istilah Tafsir dan I’jaz dengan istilah Ilmi (sains) juga tak luput dari
problem. Karena istilah tersebut baik Tafsir Ilmi maupun I’jaz Ilmi
menggambarkan pengaruh dikotomi antara ilmu sains dengan non sains. Seakan
tafsir yang tidak menggunakan pendekatan sains terapan tidaklah ilmiah. Karenanya para
cendekiawan tafsir yang melakukan studi kritis terhadap istilah ini menambahkan
istilah Tafsir Ilmi Tajribi <span dir="RTL" lang="AR-SA">التفسير العلمي التجريبي </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> (Tafsir Ilmiah Terapan) yang bermakna bahwa
yang dimaksud adalah pendekatan penafsiran AlQur’an berdasar ilmu-ilmu sains
terapan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Prof Fahd ArRumi, seorang Guru
Besar Ilmu AlQur’an pada King Saud University mendefinisikan Tafsir Ilmi
Tajribi;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">اجتهاد المفسر في كشف الصلة بين آيات القرآن الكريم الكونية ومكتشفات
العلم التجريبي على وجه يظهر به إعجاز القرآن</span><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“usaha seorang
mufassir dalam menyingkap korelasi antara ayat-ayat AlQur’an yang bersifat
kauniyah, dan penemuan sains terapan dalam rangka menampakkan kemukjizatan
AlQur’an”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Definisi di atas dikoreksi oleh
cendekiawan lain, Prof Adil AsSyiddi, Guru Besar Ilmu AlQur’an pada universitas
yang sama, karena semata-mata menyingkap korelasi bukanlah tafsir. Karenanya ia
mendefinisikannya;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">استخدام العلم التجريبي في زيادة إيضاح معاني الآيات القرآنية وتوسيع
مدلولاتها</span><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“penggunaan sains
terapan untuk menambah penjelasan makna ayat-ayat AlQur’an dan memperluas
kandungan-kandungannya”. Dari definisi tersebut nampak bahwa ilmu terapan lah
yang menjadi alat pembantu untuk memahami nash, dan bukan penilai kebenaran
nash tersebut. Dia juga menambahkan ketika hasil dari Tafsir Ilmi Tajribi
tersebut digunakan untuk membuktikan kebenaran risalah Muhammad saw, maka saat
itu ia menjadi I’jaz Ilmi Tajribi (kemukjizatan AlQur’an dalam aspek sains
terapan)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Patut digarisbawahi, inti dari
kajian I’jaz Ilmi Tajribi adalah keyakinan bahwa AlQur’an mengandung
isyarat-isyarat dan pembicaraan tentang alam dan ilmu pengetahuan, yang secara
realitas baru terbukti jauh setelah AlQur’an diturunkan, dan belum diketahui
pada masa nabi saw. Hal ini menunjukkan kebenaran AlQur’an, bahwa tak mungkin
ia buatan makhluk. Sebagaimana Allah menurunkan AlQur’an, Dia pula yang
menciptakan alam, tak mungkin ada kontradiksi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam upaya memahami korelasi
antara penemuan sains terapan dengan makna AlQur’an, perlu adanya rambu-rambu
agar tak melampaui batas. Karena secara riil banyak upaya yang justru malah
serampangan dan cenderung mencocok-cocokkan meski sebenarnya tak ada kaitan.
Rambu-rambu Tafsir Ilmi Tajribi antara lain;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1) <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Terpenuhinya syarat-syarat mufassir pada orang yang melakukan
upaya Tafsir Ilmi Tajribi, dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang sains
modern yang digunakan untuk menafsirkan AlQur’an<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2) <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Hendaknya Tafsir Ilmi Tajribi ini tidak menutupi aspek-aspek
lain dari pembahasan tafsir ayat-ayat yang sedang dibahas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">3) <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Tidak mem-finalkan bahwa Tafsir Ilmi Tajribi yang diyakininya
adalah satu-satunya tafsir yang maqbul (diterima)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">4) <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Mencukupkan penafsiran pada hakikat ilmiah yang sudah final,
bukan pada teori atau pun hipotesa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">5) <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Tidak memaksakan lafaz AlQur’an agar sesuai dengan penafsiran
sains yang diinginkan padahal secara bahasa tidak berkait<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l3 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">6) <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Tidak menjadikan aspek-aspek ghaib sebagai objek Tafsir Ilmi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terlepas dari diskursus di atas
tentang definisi I’jaz Ilmi Tajribi, secara faktual AlQur’an memang mengandung
isyarat-isyarat ilmiah –sebagaimana istilah Prof Quraish Shihab-, patut pula
digarisbawahi untuk tidak menganggap AlQur’an sebagai buku sains dalam standar
yang kita pahami. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">AlQur’an secara tegas
memerintahkan pembacanya untuk membaca tanda-tanda kekuasaannya yang ada dalam
kaun, misalnya<span dir="RTL" lang="AR-SA"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 54.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-
<!--[endif]--><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA">سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ
لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ [فصلت : 53]</span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 54.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l5 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt; unicode-bidi: embed;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-
<!--[endif]--><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA">أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ
اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ [الأعراف : 185]</span><span dir="LTR"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedangkan beberapa isyarat ilmiah
yang ditegaskan oleh AlQur’an dan secara Tafsir Ilmi dapat diterima antara
lain;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">a. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Ihwal penciptaan manusia, sebagaimana tercantum dalam beberapa
ayat yang terpisah, sebagian lain dalam satu rangkaian sebagaimana dalam
rangkaian ayat berikut;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 36.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span lang="AR-SA">وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ
مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا
فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) [المؤمنون : 12 – 14</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ayat- ayat
tersebut menjelaskan tentang tahapan penciptaan manusia, dan sains modern pun
membuktikan secara faktual hal demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">b. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Ihwal kejadian alam semesta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 36.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span lang="AR-SA">أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا [الأنبياء : 30]</span><span dir="LTR"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“tidakkah orang-orang kafir memperhatikan
bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu, kemudian Kami
memisahkannya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">AlQur’an tidak menjelaskan bagaimana
terjadinya pemisahan itu, namun apa yang dikemukakan tentang keterpaduan kemudian terpisah
dibenarkan oleh observasi para ilmuwan. Observasi Edwin P Hubble (w 1953) pada
tahun 1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta, “the expanding universe”.
Agaknya inilah yang dimaksud dalam ayat tersebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">c. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Ihwal awan dan hujan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 36.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="AR-SA"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا
ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ
خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ
بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ
بِالْأَبْصَارِ [النور : 43]<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“tidakkah kamu melihat bagaimana Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkannya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kamu melihat
hujan keluar dari celah-celahnya. Dia juga menurunkan (butiran-butiran) es
bermula dari langit (dari gumpalan awan)
seperti gunung-gunung”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">d. <!--[endif]--><span dir="LTR"></span>Ihwal pengelupasan kulit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-bottom: 10.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 36.0pt; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span lang="AR-SA">إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ
نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا
لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ [النساء : 56</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ayat di atas menjelaskan
tentang azab neraka bagi orang-orang kafir berupa dibakarnya kulit mereka
hingga mengelupas kemudian jika terkelupas, diganti dengan kulit yang baru. Hal
ini ditegaskan secara medis bahwa rasa panas terbakar dan sakit sebatas pada
permukaan kulit, jika sudah sampai ke dalam daging maka rasa sakitnya bekurang,
karena itu ditumbuhkanlah kulit yang baru agar rasa sakitnya terus berulang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Antara Tafsir llmi
dan Manhaj Ilmi</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-weight: bold;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: left; text-indent: -0.35in;">Tafsir
Ilmi hendaknya jangan menjadi semata-mata upaya mengait-ngaitkan antara temuan
sains dengan ayat AlQur’an, apalagi orang lain yang menemukan kita yang
mencocok-cocokkan, seorang cendekiawan AlQur'an, Prof Adnan Zarzur mengatakan kegemaran mencocok-cocokkan malah menunjukkan keengganan dan kemalasan berpikir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: left; text-indent: -0.35in;">Keilmiahan
AlQur’an ataupun “modernitas”nya bukanlah terletak pada apa dan berapa isyarat
ilmiah yang dikandungnya, namun terletak pada manhaj ilmi (metode ilmiah) yang
diserukan olehnya untuk diterapkan oleh kita sebagai manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: left; text-indent: -0.35in;">Penyebutan
isyarat-isyarat ilmiah bukanlah maksud utama, namun ia semata perantara. Karenanya penyebutan isyarat-isyarat ilmiah selalu sebagai tahap akhir setelah perintah tentang penggunaan metode ilmiah
(manhaj ilmi) dalam berpikir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: left; text-indent: -0.35in;">Di antara bentuk manhaj ilmi yang dipandu oleh AlQur'an adalah; Penghapusan
warisan-warisan mitos masa lalu, atau pun hambatan lingkungan sosial (jumud dan taqlid) yang menghambat
proses berpikir. Juga membangun persepsi tentang h</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; text-align: left; text-indent: -0.35in;">ubungan
antara alam dengan manusia adalah hubungan <i>taskhir</i> (penundukan) oleh Allah,
karenanya hendaknya ia tidaklah semena-mena atau pun sebaliknya menjadi hamba
bagi alam. Ia adalah hamba Allah, dan pengelola yang memakmurkan alam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<!--[if !supportFootnotes]--><hr size="1" style="text-align: justify;" width="33%" />
<!--[endif]-->
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><a href="file:///C:/Users/faris/Desktop/seminar%20malang/kemukjizatan%20alqur'an.docx#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span></a> Adalah
AnNazzham ( w 231 H) seorang pemuka mazhab Mu’tazilah yang diketahui
menggunakan redaksi i’jaz pertama kali. Setelahnya adalah, Ahmad ibn Hanbal (w
241 H) seorang ulama pelopor mazhab Hanbali. Sedangkan karya tulis pertama yang
menggunakan judul I’jazul Qur’an ditulis oleh Muhammad ibn Zaid AlWasity (w 306
H).</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">* catatan ini semata ringkasan pikiran yang disampaikan dalam Seminar AlQur'an di UIN Malang, 27 Agustus 2014. belum disempurnakan sebagaimana mestinya</span></div>
</div>
</div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-26207455664744639842014-08-24T19:12:00.002-07:002014-08-24T19:19:01.309-07:00Tadabbur #tentang kuasa<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">oleh: Faris Jihady</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">{قل اللهم مالك الملك تؤتي الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيء قدير} [آل عمران : 26]</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ayat yang sering membasahi lisan kita tiap harinya, bermakna perintah pada nabi (dan pengikutnya) untuk mendeklarasikan hal ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ia adalah zikir, alarm, tentang hakikat sebenar siapa Pemilik Kuasa, bagaimana Dia mempergunakan kuasa, & memecah-mempergilirkan kuasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dia adalah Pemilik Kuasa Tunggal, Kuasa Tertinggi tanpa tiada sesuatu pun yang membersamaiNya dalam kuasa tersebut. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dia mempergunakan kuasa sekehendakNya, sesuai dengan kebijaksanaanNya, ia pecah & pergilirkan kekuasaan2 yang terbatas oleh tempat & waktu itu pada siapapun yang Dia kehendaki. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Dia muliakan siapapun, atau hinakan siapapun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kuasa Dia berikan pada siapa yang memenuhi sebab-akibatnya meski tak menghambaNya, atau Dia cabut dari siapapun meski mengaku menghambaNya karena tak memenuhi sebab-akibatnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Menarik adalah tatkala Dia tutup rangkaian kalamNya dengan ungkapan;</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">بيدك الخير</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">"Di tangan-Mu lah segala kebaikan"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ya, siapapun yang diberikan kuasa oleh-Nya adalah kebaikan yang dikehendakiNya. Bagi mukmin tatkala kuasa tidak dikuasakan ke tangannya, ia adalah kebaikan, karena ia belajar, bertahan, bersabar, bersyukur. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebaliknya tatkala dikuasakan kepadanya, ia juga kebaikan, ia bersabar dari jebakan kuasa, bersabar dari tekanan orang banyak yang tak terpuaskan, ia berupaya keras agar kuasa membawa manfaat bagi seluas-luasnya kemaslahatan sesama makhluk, ia belajar membuat terobosan2 khidmah-pelayanan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu a'lam..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Depok, 220814</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-74341756072338593152014-07-19T10:20:00.001-07:002014-07-19T10:20:42.501-07:00Tadabbur Surah Al-Ikhlas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="EN-US"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari Tauhid
menuju Cinta</span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pengembaraan
manusia dalam proses mengenali Tuhannya adalah proses yang dinamis, ia tak
pernah berhenti begitu saja, karena kecenderungan beriman kepada Tuhan adalah
inheren dan natural sejak ia dilahirkan, fitrah, sebagaimana agama
menyebutkannya demikian.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Seorang cendekiawan
besar Andalusia abad pertengahan, As-Syatibi (w 790 H), pernah bertutur; “<i>manusia
pada umumnya tak berselisih tentang keberadaan Yang Mengatur mereka, Yang
Menciptakan mereka, namun mereka berselisih dalam mendefinisikannya; siapa.
Sebagian mereka mendefinisikannya dalam hitungan dua atau lima, alam atau masa,
atau benda-benda di langit, ada pula yang menuhankan manusia, pohon, bebatuan,
bahkan apa yang dipahat oleh tangan mereka sendiri</i>”. Kecenderungan akan
keberadaan Tuhan –bahkan seorang yang mengaku atheis pun- takkan bisa
mengingkarinya, sebagaimana Charles Darwin berkata; “dalam puncak pergolakan
hatiku, tak pernah sekalipun aku atheis
dalam arti ingkari wujud Tuhan”. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span lang="EN-US"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span lang="EN-US">Mendefinisikan
Tuhan </span>–Ma’rifatullah- <span lang="EN-US">adalah tujuan utama dari diutusnya para Rasul dan diturunkannya
kitab-kitab. Karena mendefinisikan Tuhan tak bisa dijelaskan kecuali oleh Tuhan
itu sendiri, sebab manusia hanya bisa mendeskripsikan dan membayangkan apa yang
pernah dilihatnya. Sedangkan hakikat Tuhan tak pernah dilihat oleh makhlukNya
karena</span> itu Dia<span lang="EN-US"> tak bisa
dideskripsikan dalam versi apapun imajinasi manusia, karenanya Dia tetapkan
kaidah; “Laisa Kamitslihi Syai’” </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">ليس كمثله شيء</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>, tak
ada sesuatu pun yang menyerupaiNya”.
Al-Ikhlas adalah wahyu Allah Ta’ala yang Dia turunkan untuk menjawab
secara lugas dan tegas akan pencarian tentang definisi diri-Nya. Mayoritas riwayat
menyatakan rangkaian ayat-ayat suci ini dilatari oleh pertanyaan-pertanyaan orang
Quraisy tentang definisi Tuhan; “Wahai Muhammad, sebutkan nasab Tuhanmu!?”
turunlah rangkaian ayat ini sebagai jawaban ringkas, lugas dan tegas tentang
definisi Tuhan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span lang="EN-US"></span></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span lang="EN-US">Rangkaian ayat
ini dimulai dengan perkataan </span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>"قل</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="EN-US"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> Qul”, yang bermakna perintah yang mengatakan dan menyampaikan
sebagaimana adanya ia diwahyukan, </span>juga
menihilkan segala bentuk rekaan, kira-kira, khayal dan imajinasi akal manusiawi
tentang definisi-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Surah ini mengoreksi beberapa persepsi keliru yang
selama direka oleh akal manusia tentang definisi Tuhan; pertama, tentang
jumlah-Nya, kedua, tentang ketidakbutuhan-Nya pada selain-Nya, ketiga, tentang
berlepas-Nya Dia dari apa yang diistilahkan manusia dengan pasangan dan anak,
keempat, ketiadaan siapapun dan apapun yang setara dengan-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kelancangan Manusia dalam mendefinisikanNya<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Persepsi keliru manusia dalam mendefinisikan
Tuhan, Allah Ta’ala, adalah akibat upaya mereka-reka dan mengira-ngira, yang berujung
pada persepsi salah dan fatal tentangNya yang berujung pada penisbatan
kepadaNya keturunan; anak, keluarga dan akhirnya berkonsekuensi adanya
pluralitas jumlah Tuhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara khusus, persepsi keliru di atas diyakini
sebagai akidah oleh Yahudi & Nasrani. Yahudi menyatakan bahwa ‘Uzair adalah
anak Allah, sementara Isa Al-Masih diyakini oleh Nasrani sebagai anak Allah.
Keyakinan ini pun tak luput direka oleh Musyrikin Arab, yang meyakini malaikat
adalah anak-anak perempuan Allah, meski mereka sendiri menganggap anak
perempuan sebagai aib. Keyakinan tentang adanya anak dan keluarga bagi Allah,
dalam keyakinan Islam dianggap sebagai perkataan yang sangat lancang, dan
kedustaan tertinggi terhadap Allah Ta’ala. Dalam sebuah Hadits Qudsi yang
shahih;<span style="font-size: 16pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allah
berfirman; “<i>anak Adam mendustakan Aku, dan selayaknya mereka tidak berkata
demikian, mereka juga melecehkan dan berkata lancang kepadaKu, dan selayaknya
mereka tidak berkata demikian. Dusta mereka tatkala mereka berkata; ((takkan
membangkitkanku sebagaimana telah menciptakanku, sedangkan kelancangannya
tatkala ia berkata; Allah memiliki anak)). Padahal Akulah Al-Ahad As-Shamad
(Esa, tempat bergantung segala sesuatu), tak beranak tak pula diperanakkan, tak
ada pula yang setara denganNya</i>”. (HR Bukhari dari Abu Hurairah)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam
mengoreksi keyakinan menyimpang di atas, Allah Ta’ala mengawali surat ini
dengan mendeskripsikan diriNya dengan ungkapan “Ahad”. Ungkapan kunci yang
merupakan simpul utama dari koreksi terhadap keyakinan-keyakinan cabang yang
muncul akibat tak meyakini ke-Ahad-anNya. Tak meyakiniNya sebagai “Ahad”, berimplikasi pada penisbatan anak
kepadaNya, penisbatan anak berkonsekuensi penisbatan pasangan, selain tentu
saja penisbatan sifat ketuhanan kepada –apa yang dianggap- sebagai keturunan
Tuhan, penisbatan pasangan berkonsekuensi kesetaraan antarpasangan, yang berarti
kebutuhan Rabb kepada selainNya. Jika Rabb dianggap butuh pada selainNya,
berarti berimplikasi munculnya anggapan bahwa DIA memiliki kelemahan. Maha Suci
Allah dari segala kelemahan yang direka-reka makhlukNya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allah
pilih ungkapan “ahad” bukan “wahid”, untuk menegaskan Maha Esa-nya Dia, Esa,
Tunggal. Tunggal dalam jumlah, Tunggal dalam segala sifat kesempurnaan, Tunggal
dalam keagungan, Tunggal tanpa siapapun yang setara, Tunggal tanpa tandingan.
Karenanya sifat “ahad” hanya boleh disematkan kepada DzatNya dan tak boleh
disematkan kepada selainNya. Betapa pentingnya makna yang dikandung surah ini
menjadi rahasia mengapa Rasul saw menilainya setara dengan sepertiga Al-Quran, dan
para cendekiawan menjadikan surat ini sebagai dasar utama dalam menjelaskan
Tauhid Asma & Sifat, Pengesaan Allah dalam kesempurnaan nama, sifat dan
deskripsiNya. Dan karenanya disimpulkan satu kaidah mendasar dalam
mendefinisikan sifat & namaNya; bahwa kita tak diizinkan mendeskripsikan
DzatNya, menisbatkan nama dan sifatNya, kecuali sebagaimana apa yang dibunyikan
oleh Allah dan RasulNya, tanpa tasybih (menyerupakan dengan makhluk), takyif
(mengira-ngira bagaimana), ta’thil (pengingkaran makna). Ringkasnya; mengimani
semua hal tersebut sebagaimana ia dibunyikan oleh nash wahyu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ekspresi
Tauhid dalam Cinta<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Menarik
ekspresi-ekspresi individu para sahabat dalam memahami surat ini. Mereka tak
sekedar menerimanya sebagai penjelasan akan hakikat Rabb, namun mereka juga
menghayatinya sepenuh jiwa, bahkan mencintai surat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terekam
dalam sebuah fragmen; seorang sahabat yang memimpin sebuah ekspredisi militer,
tiap kali memimpin shalat pasukannya ia selalu membaca surah ini. Hal ini
diadukan oleh bawahannya kepada nabi saw, beliau berkata; “coba tanyakan kenapa
ia melakukan itu?”, sahabat tersebut menjawab; “<b><i>karena ia (al-ikhlas)
adalah sifat Ar-Rahman, dan aku sangat suka untuk membacanya</i></b>”. Apa
respon nabi saw?; “<b><i>sampaikan padanya bahwa Allah mencintainya</i></b>”. (HR
Bukhari dari Aisyah ra). Surah ini telah membawa pada cinta yang berbalas,
cinta suci dari makhluk kepada Khaliqnya, dan dibalas dengan cintaNya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ekspresi
cinta lain terekam dalam fragmen berikut; <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">seorang
sahabat anshar yang menjadi imam di masjid Quba’, tiap kali membaca surat
setelah Al-Fatihah, selalu memulai dengan surah ini, kemudian baru
melanjutkannya dengan surah lain. Hal ini dilakukannya setiap rakaat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Para
sahabatnya mengritiknya; kenapa anda selalu melakukan hal tersebut, seakan tak
cukup rakaat tanpa surah ini? Cukup baca surah ini saja, atau surah yang lain
saja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ia
menjawab; “<b><i>aku takkan meninggalkan surah ini</i></b>”. Mereka pun mengadu
kepada Rasul saw, beliau bertanya; “<b><i>kenapa engkau tak menuruti mereka?
Malah selalu konsisten dengan surah ini di tiap rakaat?</i></b>”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ia menjawab;
“<b><i>aku mencintai surah ini</i></b>”. Nabi bersabda; “<b><i>cintamu padanya
akan memasukkanmu ke surga</i></b>” (HR Bukhari dari Anas ibn Malik ra)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Demikianlah,
sesungguhnya pemahaman akan Tauhid yang benar, berarti pemahaman bahwa
kesempurnaan mutlak adalah milik Allah, dan pemahaman ini mendorong pada cinta,
cinta yang berbalas cintaNya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Walahu
a’lam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">220935<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 54.8pt; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-45228190559278529662014-03-07T15:41:00.000-08:002014-03-08T02:52:49.927-08:00Serpihan Pemikiran Seputar Kunjungan ke Pameran Buku / Book Fair<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px;">Oleh: Faris Jihady</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><br /></span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px;">Menyambut pameran buku yang nyaris berbarengan di dua negeri; Tanah Air (Islamic Book Fair, Jakarta 28/2 – 9/3) dan Tanah Perantauan (Riyadh International Book Fair, 5/3-15/3) saya ingin berbagi serpihan pemikiran seputar buku dan optimalisasi manfaatnya.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><br /></span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px;">Kita ingin dengan ilmu dan informasi yang kita raih melalui buku, tentu saja kita menginginkan kemanfaatan maksimal, khususnya dalam membentuk karakter kepribadian dan karakter ilmiah kita, sehingga melahirkan sikap yang tepat berdasarkan standar ilmiah dalam menyikapi setiap persoalan kehidupan.</span></div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px;"><br /></span></div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px;">Sebagai muslim tentu saja prioritas utama manfaat haruslah pada aspek agama, kemudian selanjutnya pada pengetahuan-pengetahuan lanjutan seputar spesialisasi akademis dan kecenderungan pengetahuan ataupun skill teknis kita.</span></div>
<div>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;"></span></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">
</span>
<br />
<ol><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">
<li>Hal pertama dan sangat mendasar sebelum anda pergi ke Pameran Buku, patut diluruskan tujuan dan niat semula, adakah kita hendak pergi ke sana untuk membeli buku? Ataukah semata piknik atau rekreasi? Bertemu teman? Jalan-jalan beriring dalam keramaian? Pertanyaan-pertanyaan sepele tapi menurut saya mendasar, menentukan kadar kemanfaatan datangnya kita ke Pameran Buku. Tentu saja, saya tidak mengatakan bahwa rekreasi, jalan-jalan, bertemu teman adalah hal yang salah. Namun, saya sekedar menekankan, manfaat sebesar apa yang ingin kita raih dengan datang ke Pameran Buku. Jika kita bersama anak, adik, keluarga datang ke sana, tetapkan kadar manfaat minimal bahwa kita sedang menanamkan cinta pada ilmu.</li>
<li>Sebelum anda pergi membeli atau memilih buku, cek perpustakaan pribadi anda di rumah. Tema-tema apa saja yang belum ada. Berdasarkan prioritas, letakkan kebutuhan anda pada pengetahuan agama pada level teratas, cek buku-buku di rumah apakah buku-buku tentang pokok-pokok keislaman sudah terpenuhi? Ingat pokok-pokok keislaman, berarti ada beberapa cabang bidang dimana harus ada buku dasar standar, misal; 1 buku di bidang fiqih, 1 buku di bidang aqidah, 1 buku di bidang sejarah nabi (sirah nabawiyah), 1 buku di bidang al quran dan tafsirnya, 1 buku di bidang hadits, begitu seterusnya. Jadikan buku-buku tersebut sebagai referensi minimal setiap saat anda membutuhkan, karena anda setiap hari menegakkan agama harus berdasarkan ilmu, bukan sekedar ikut-ikutan.</li>
<li>Jika buku-buku standar keislaman sudah ada di perpustakaan pribadi, silakan anda menyusun prioritas berdasarkan spesialisasi keilmuan anda dan kecenderungan pengetahuan anda. Penentuan prioritas menjaga anda dari menghamburkan uang pada buku yang sebenarnya tidak terlalu anda perlukan, juga menjaga anda agar tidak beli buku semata-mata karena iklan atau opini yang dibentuk, atau tren publik. Di sisi lain, hal ini juga melatih anda membentuk karakter ilmiah anda secara metodologis, bahwa kematangan intelektual dibangun secara bertahap dan runut, bukan secara random dan sekenanya.</li>
<li>Sebelum anda membeli atau memilih buku-buku keislaman, identifikasikan level keilmuan diri anda seobjektif mungkin. Saya –secara subjektif- membagi pada umumnya orang yang berkunjung ke Islamic Book Fair pada 3 level besar; 1) Muslim Awam, maksud awam disini bukanlah merendahkan sebagian orang, namun semata deskripsi umumnya masyarakat muslim, 2) Muslim Aktivis (Da’i), 3) Muslim spesialis di bidang agama (Syar’i)</li>
<li>Jika anda seorang muslim awam, maka seperti yang saya sampaikan di atas, prioritaskan pemenuhan kebutuhan anda pada referensi-referensi dasar seorang muslim, yang menopang usaha anda menyempurnakan hidup berdasarkan islam.</li>
<li>Jika anda seorang da’I (aktivis), berarti semestinya perpustakaan pribadi untuk level muslim awam sudah terpenuhi, jika belum maka segera harus dipenuhi. Ditambah lagi buku-buku dengan level yang menunjang kehidupan anda sebagai da’i dan aktivis dakwah. Misalnya; kalau muslim pada level awam semata punya alqur’an dan terjemah, maka anda harus punya satu rujukan buku tafsir. Misalnya; terjemah Tafsir ibn Katsir. Jika seorang awam sekedar punya buku terjemah Riyadhus Shalihin, maka anda harus punya terjemah Syarah (penjelasannya). Jika muslim awam semata punya buku Fiqih Ringkas, maka anda harus punya buku Fiqih yang lebih lengkap, Fiqih Sunnah misalnya. Begitu seterusnya. Jangan lupa anda juga harus memenuhi standar perpustakaan pribadi anda dengan buku-buku dakwah. Literatur dengan nama Sa’id Hawwa, Muhammad Al-Ghazali, Mustafa Masyhur, meskipun dalam bentuk terjemah, mestinya anda masukkan dalam list prioritas.</li>
<li>Jika anda seorang spesialis yang menekuni ilmu agama (syar’i), maka identifikasikan diri anda lagi, anda seorang penuntut ilmu pemula, menengah, ataukah sudah lanjut? Jika anda masih pada tingkat 1-2 kuliah, maka sebaiknya prioritas untuk menyusun maktabah thalibul ‘ilmi (perpustakaan penuntut ilmu). Jika anda menekuni bidang Fiqih, maka prioritas menyusun maktabah fiqih anda secara bertahap sesuai mazhab, hingga fiqih perbandingan. Jangan banyak membeli buku-buku di luar takhassush anda kecuali memang diperlukan. Jika anda menekuni hadits, maka prioritas menyusun maktabah hadits anda secara bertahap, mulai dari kutub sittah, dan seterusnya pada tingkat yang lebih tinggi. Jadikan rasai’l jamiiyyah (penelitian-penelitian tesis disertasi) sebagai prioritas terakhir setelah maktabah minimal anda terpenuhi. Tentu saja ini tidak mutlak harus runut, boleh saja menambah dengan penelitian-penelitian mutakhir meskipun maktabah minimal belum sempurna betul. Begitupula pada bidang-bidang ilmu syar’I yang lain.</li>
<li>Jika anda seorang spesialis ilmu syar’I yang sudah tingkat menengah atau lanjut, dan maktabah minimal anda umumnya sudah terpenuhi, maka ada baiknya anda mulai memperluas cakupan bacaan anda, bisa anda mulai dengan menambah buku-buku ‘ulum insaniyah (humaniora), politik, hadharah (peradaban), dan sebagainya. Lagi-lagi ini silakan saja sesuai kecenderungan, semata agar ilmu syar’I yang telah dipelajari bisa anda jadikan alat ukur dan implementasi pada level realitas.</li>
<li>Dalam memilih buku, jangan sekedar membaca judul. Boleh jadi judul menarik, jika memungkinkan, bukalah daftar isi, baca secara acak isi buku tersebut. Boleh jadi isi tak semenarik judul. Atau sebaliknya, judul tak semenarik isi. Dan sebelum anda membeli tanyakan lagi pada diri anda; kira-kira sumbangsih apa dari buku ini pada diri anda?</li>
<li>Umumnya buku tentu saja bermanfaat, namun ada buku yang ditulis untuk sepanjang masa, ia bisa dibaca kapanpun berulang-ulang hingga beberapa masa ke depan. Sementara ada buku lain yang ditulis untuk dihabiskan seketika, setelah dibaca sekali mungkin anda sudah merasa cukup dan tak merasa perlu untuk membukanya kembali. Di antara alat ukurnya adalah jika informasinya adalah informasi temporer dan mudah di dapat di internet, maka boleh jadi anda tak perlu membelinya.</li>
<li>Dalam memilih penerbit; khususnya buku-buku Islam, perhatian kepada penerbit juga menentukan kualitas pilihan buku, baik kualitas substansi, maupun kualitas kemasan (sampul, cetakan, huruf dsb). Pertimbangkan nama-nama besar penerbit yang sudah terjamin kualitasnya dalam bidang keislaman, dan berhati-hatilah pada penerbit yang belum pernah kita kenal sebelumnya.</li>
<li>Latar belakang pemikiran penulis atau penerbit buku juga patut dipertimbangkan, jangan sampai karena judul yang menarik tapi anda malah secara tak sadar membeli buku yang isinya menyimpang secara aqidah dan pemikiran. Ini sangat bergantung pada sejauh mana anda mendefinisikan diri anda; awam, da’I, atau spesialis? Jika anda merasa belum berpengalaman, sangat dianjurkan bertanya kepada orang yang lebih paham dan memiliki kapasitas.</li>
<li>Ketika anda datang sebuah stan penerbit, jangan bertanya; “ada buku baru apa?”, boleh jadi baru untuk anda, tidak baru bagi yang lain. Cocok untuk anda, tidak cocok bagi yang lain. Anda sendirilah yang menentukan “kebaruan” dan “kecocokan” bagi diri anda. Tak ada salahnya ada riset kecil-kecilan melalui promosi-promosi para penerbit, lalu anda bisa simpulkan.</li>
<li>Jika anda penuntut ilmu syar’I dan mencari buku-buku berbahasa arab, selain nama penerbit yang wajib diperhatikan, anda juga harus memperhatin siapa muhaqqiq (editor ilmiah) nya, dan bagaimana kualitas tahqiqnya. Ada sekian banyak penerbit dengan kualitas tahqiq sangat buruk, dan kualitas cetakan juga asal-asalan, ini fatal karena menyangkut amanah ilmiah sebuah teks yang dihadirkan kepada pembaca. Tahqiq umumnya dikenal dengan dua jenis; Tahqiq Tijari (editing buat dijual, asal jadi), dan Tahqiq Ilmiy (editing ilmiah), Saya sebut saja; Darul Kutub Ilmiyah, Darul Hadits, adalah di antara penerbit yang dikenal dengan tahqiq tijari, sebaliknya; Muassasah Risalah, DarusSalam, DarulFikr dan penerbit-penerbit dengan tahqiq ilmiah, adalah penerbit dengan kualitas bagus.</li>
<li>Jika anda menemukan nama semisal; Ahmad Syakir, Mahmud Syakir, AbdusSalam Harun, Muh Abdullah Daraz, Bakr Abu Zaid, Syu’aib Al-Arnauth, Nashiruddin Al-Albany, mereka adalah nama-nama besar para muhaqqiq teks-teks para ‘ulama.</li>
<li>Sangat baik jika anda membaca buku yang memotivasi dan memberikan tips seputar membaca buku, bagi penuntut ilmu syar’I, ada buku yang bagus sekali untuk dibaca semisal; Al-Musyawwiq ila alQira’ah wa thalabil ‘ilmi (pendorong rindu untuk membaca dan menuntut ilmu) karya Dr Ali Al-Umran, seorang muhaqqiq besar.</li>
<li>Jangan pernah merasa rugi dengan uang yang anda keluarkan untuk buku, karena manfaatnya yang melintasi zaman dan usia anda.</li>
<li>Sangat baik jika anda segera menuliskan di halaman pertama buku yang anda beli, tanggal dan tempat belinya, kelak suatu saat ia menjadi rekaman sejarah atas perjalanan intelektual anda. Sebagaimana sangat baik juga ketika anda menghadiahkan buku kepada rekan atau sahabat anda, anda tulis tanggal dan tandatangan anda. Ia menjadi saksi sejarah atas persahabatan yang dibangun di atas ilmu pengetahuan.</li>
</span></ol>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">
</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">Semua hal yang saya paparkan di atas tentu saja sangat relatif, terutama yang terkait dengan klasifikasi individu dalam memilih dan membeli buku, semata-mata sudut pandang lain yang mungkin didiskusikan.</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><br /></span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">وخير جليس في الزمان كتاب</span><br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">“dan sebaik-baik teman duduk sepanjang waktu adalah buku”</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 16px;"><br /></span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">Wallahu a’lam</span><br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">Riyadh, 8 Maret 2014</span><br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 16px; text-align: justify;">*sehabis “thawaf” di Riyadh International Book Fair</span></div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-46430228020152658822014-01-10T06:57:00.002-08:002014-01-10T07:26:10.347-08:00Tadabbur Surah AnNaas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Surat AnNaas dan Persepsi Manusia</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>Inspirasi Qur'ani</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Surat ini secara umum memberikan pemahaman yang sangat penting dan mendasar, serta mengoreksi pemahaman dan persepsi manusia yang secara alamiah terbangun tanpa sadar dalam benaknya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pemahaman yang sangat penting dan mendasar tersebut adalah tentang 2 hal;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hakikat Tuhan, Allah Subhanahu wa Ta’la</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hakikat Manusia, dan hubungannya dengan dua pihak; Tuhannya, Allah Ta’ala, dan musuhnya, syaithan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bagi manusia yang sedang membangun persepsi dan keyakinannya tentang ketuhanan, kemanusiaan dan hubungan antar keduanya, perenungan surat ini menjadi penting. Karena diatas persepsi yang benar inilah segala tindak-tanduk, cara berpikir dan berperilaku dibangun dan dibiasakan dengan cara yang benar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Persepsi dan keyakinan ini pun diperolehnya harus dari sumber tunggal; karena itulah Allah mengawali surat ini dengan talqin (dikte) berupa kata قل Qul “katakanlah”, demi menihilkan sumber lain dalam membangun persepsi dan keyakinan, semata bersumber wahyu, bukan hasil rekaan dan mitos turun temurun.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Persepsi tentang Hakikat Tuhan, Allah Ta’ala dikenalkan kepada manusia dalam konteks keadaan manusia yang paling lemah, saat dia minta perlindungan dan pertolongan. Allah mengenalkan diriNya dalam tiga makna sifat secara bertingkat; dimulai dari sifatNya yang paling umum, Rabb, kemudian lebih khusus Malik (Raja), kemudian lebih khusus lagi dan inilah yang paling tinggi, Ilah (Sesembahan yang diibadahi). Allah Ta’ala sebagai Rabb disebut di awal urutan karena inilah sifat dari DzatNya yang paling dasar dikenali manusia. Sebagaimana ditegaskan oleh ayat-ayatNya yang lain; “dan jika kamu tanyakan mereka –orang musyrik- siapa yang menciptakan mereka, niscaya mereka berkata; Allah”. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Malik (Raja) dikenalkan kepada manusia untuk mengoreksi apa yang dikenali manusia dalam kehidupannya berupa kuasa para penguasa, dan kerajaan para raja. Kuasa dan kerajaan manusia dibatasi waktu dan tempat, satu-sama lain saling menaklukkan dan berebut pengaruh, memaksa manusia untuk tunduk patuh. Allah kenalkan diriNya sebagai Malik-Rajanya manusia, agar manusia tak pernah menyandarkan ketakutan dan kepatuhan kepada sesamanya, meski berlabel penguasa, namun menyandarkan puncak takut dan kepatuhannya hanya kepadaNya. Rasa takut inilah yang membebaskan, rasa patuh inilah yang memerdekakan, dan ketundukan inilah yang menyetarakan semua makhluk tanpa terkecuali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada level puncak tertinggi, Allah kenalkan diriNya kepada manusia sebagai Ilaah إله (sesembahan/objek yang diibadahi). Inilah titik pembeda yang memisahkan antara manusia dengan sesamanya, ketika manusia semata menyembah/meng-ibadahi semata Allah Ta’ala ia jauh lebih mulia dibandingkan manusia lain yang menyekutukanNya, atau bahkan mengingkariNya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pengenalan manusia tentang hakikat Tuhannya, Allah Ta’ala, merupakan proses pencarian yang tak pernah berhenti. Ada kalanya pikiran-pikirannya liar, diterpa syubhat-keraguan tentang DzatNya. Dan kita lebih berhak untuk ragu dibandingkan Ibrahim. Terlepas apakah manusia mampu menjawab keraguan tersebut, atau hanya mampu diam, atau semata melupakannya, tak begitu penting selama ia berusaha tak goyah. Karena jawaban paling sederhana yang tak butuh dialektika-filsafat justru muncul di saat paling lemah –saat ia butuh perlindungan-, “katakanlah Aku berlindung kepada Rabb manusia, Raja manusia, dan Ilaah manusia”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Manusia –AnNaas- dalam surat ini diabadikan menjadi nama surat, ia mewakili entitas makhluk hidup yang Allah muliakan. Itulah mengapa ia sebut tiga kali berturut-turut. Allah tak cukupkan penyebutannya sekali kemudian diwakili dengan kata ganti, demi mengingatkan manusia tentang hubunganNya dengan Allah. Seakan kemuliaan manusia terulang tiga kali, jika dia tauhid-esakan Allah sebagai Rabb, Raja dan Ilaah. Kata ArRazi; seandainya manusia adalah makhluk yang hina tak mungkin Allah tutup kitabNya dengan mengenalkan DzatNya sebagai Rabb, Raja, dan Ilaah (Sesembahan) mereka.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Panduan Qur’ani tak semata membimbing manusia tentang bagaimana menjadi manusia mulia dengan mengenali Tuhannya, tapi juga mengenali musuhnya dengan sebenar. Allah Ta’ala sebutkan ciri khas utama yang melekat pada musuh; selalu berbisik dan tersembunyi. Musuh ini menggabungkan dua sifat utama; dia selalu berbisik, dan dia selalu tersembunyi, kombinasi sempurna yang menggelincirkan, menjerat, dan membinasakan manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Karena bisikan selalu bersifat halus, naluri kewaspadaan akan berkurang, tak sadar bahwa itu adalah upaya musuh untuk memutarbalikkan persepsi kita tentang kebenaran. Syubhat-keraguan pun menerpa, kebenaran menjadi asing dan salah, sementara keburukan menjadi biasa dan benar, syubhat yang dibisikkan seringkali menyerang para ahli ilmu dan intelektual. Bisikan juga berupa syahwat, tenggelamnya manusia dalam nafsu yang didahulukan di atas akal, sehingga terjerat ke dalam maksiat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Sedangkan ketersembunyian menegaskan persepsi bahwa musuh tak selalu di depan mata. Musuh bersembunyi dalam kesiagaan, sekali menemukan celah ia akan masuk. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Apakah musuh-syaithan- ini selalu bersifat tak kasat mata, makhluk halus? Persepsi ini diluruskan oleh Allah melalui surat ini, dengan mengisyaratkan bahwa syaithan bukan semata makhluk, namun juga sifat. Karenanya ia dapat “terjelmakan” dalam manusia secara fisik. Penyadaran tentang bahaya musuh dalam wujud yang sejenis sangat penting karena manusia sering menyangka ia adalah teman. Karenanya boleh jadi upaya bisikannya lebih halus dan menjerat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Manusia, dalam hubungannya dengan Allah-Tuhannya, dan hubungannya dengan syaithan-musuhnya, akan selalu tarik menarik. Betapa jika Dia dekat dengan Allah, ia akan jauh dari musuhnya, namun jika ia jauh dariNya, ia sudah pasti dekat dengan musuhnya. Hanya ada dua pilihan, tidak ada yang ketiga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu A’lam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-89196638230435649492013-11-24T13:52:00.001-08:002013-11-24T14:02:42.442-08:00Kisah-kisah Qur’ani; Sebuah Pengantar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">oleh: Faris Jihady</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><i>Serial Inspirasi Qur'ani</i></span><br />
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tidak ada yang mengingkari betapa pentingnya kisah dalam tradisi lisan manusia, terlebih dalam tradisi kesusastraan. Kisah atau cerita merupakan salah satu cara terbaik dalam mewariskan makna, kesan, dan pesan yang mendalam dalam jiwa pendengar dan penyimaknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kisah atau cerita dalam tradisi lisan manusia, umumnya menjadi konsumsi pembicaraan khalayak umum, karenanya kebenaran faktual dalam kisah atau cerita tak begitu penting. Yang terpenting adalah aspek artistik kisah tersebut yang dikemas dengan diksi, penggambaran latar suasana, penempatan tokoh, pengaturan alur dan seterusnya, agar ia menjadi semenarik mungkin di telinga pendengar atau di benak pembaca. karenanya dapat disimpulkan secara sederhana, seni kisah merupakan seni “mencipta peristiwa”, yang boleh jadi bersumber dari peristiwa yang bercampur dengan renungan dan imajinasi pemilik cerita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kisah Qur’ani sangat berbeda dari definisi standar di atas, ia bukan semata layaknya “karya seni sastra” semata yang bertujuan “seni sastra”, tetapi lebih dari itu ia mengandung tujuan kutural-religius sekaligus, yang membangun persepsi tentang Sunnatullah (hukum-hukum ilahi) yang berlaku dalam kemanusiaan, berbasiskan kaidah iktibar dan perenungan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam memenuhi dua maksud utama tersebut; sebagai “seni sastra” yang juga bertujuan kultural-religius, kisah Qur’ani tak cukup dengan kemasan pada aspek artistik, namun juga sangat mementingkan kebenaran historis secara faktual, karena kisah Qur’ani sejatinya mencerminkan karakter khas Qur’an itu sendiri, yang menyentuh aspek-aspek intuisi keindahan dalam jiwa manusia, sekaligus membangkitkan kesadaran religius-transendental. Sebagaimana Al-Qur’an mengajak bicara hati, ia juga mengajak bicara akal, dan kesadaran religius (tadayyun) tak mungkin dibangun di atas persepsi yang lemah secara faktual-historis, namun harus dibangun di atas kebenaran yang pasti (al-haq).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kisah Qur’ani dalam Al-Qur’an diistilahkan dengan “qashash” / قصص , istilah ini sendiri secara implisit menegaskan makna tentang hakikat kebenaran historis yang ada dalam kisah-kisah Qur’ani tersebut, bahwasanya ia benar-benar terjadi dan diceritakan sebagaimana adanya. Qisshah قصة yang makna dasarnya secara etimologis berarti; “menapaktilasi jejak” / تتبع الأثر واقتفاؤه digunakan oleh Al-Qur’an sebagai istilah yang menggambarkan peristiwa-peristiwa sejarah yang betul-betul terjadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selain penggunaan istilah “Qisshah” untuk menceritakan kisah-kisah tersebut, dalam banyak tempat Allah Ta’ala secara eksplisit juga menegaskan kebenaran historis ini; sebagaimana terekspresikan setelah kisah Zakariya, Maryam, dan Isa ‘alayhimussalam;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-</span><span class="Apple-tab-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">إ</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">نَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ [آل عمران : 62]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar..”Ali Imran: 62)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penegasan makna ini tidak hanya sekali, tapi juga terulang, misalnya sebelum memulai kisah panjang tentang Ashabul Kahfi (Penghuni Gua)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span><span style="font-size: large;">نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ [الكهف : 13]</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar..”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penegasan kebenaran historis kisah-kisah Al-Qur’an ini, berimplikasi pada tujuan utama dari keberadaan kisah-kisah tersebut, yaitu penegasan akan kebenaran risalah Muhammad saw, bahwa tidak ada campur tangan manusawi dalam kebenaran risalah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pertanyaan sederhananya; dimana letak relevansinya? antara kebenaran historis kisah-kisah Qur’ani dengan ketiadaan campur tangan manusia pada risalah Muhammad saw? Jawabannya adalah; kisah-kisah tersebut semuanya adalah tentang masa lalu jauh sebelum kehidupan Muhammad saw, dan pada masa itu –dalam logika sederhana- sulit dicari sumber sejarah primer tentang kehidupan masa lalu yang mendetil. Karenanya, pembuktian utama tentang keberadaan kehidupan kaum di masa lampau secara mendetil tak lain adalah bersumber dari wahyu (divine source). Dalam logika ringkas; bagaimana mungkin Muhammad yang ummiy –buta huruf- dan ketiadaan sumber primer tentang kehidupan jauh pra Islam, dapat menceritakan kabar di masa lampau dengan sangat detil? Dalam masalah ini, seorang orientalis, Ignac Goldziher, memunculkan hipotesa yang absurd bahwa risalah Muhammad saw tak lain semata mencampur dan memilah dari wawasan yang terinspirasi dari interaksinya dengan budaya agama Yahudi dan Nasrani. Betapa absurd !</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Kisah Qur’ani; Ringkasan Sejarah Kemanusiaan</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kisah-kisah Qur’ani jika direnungkan dengan sebenar-benar, memberikan kesimpulan penting; meski Al-Qur’an bukan buku cerita, bukan pula buku sejarah –yang karena itu tidak menceritakan seluruh peristiwa kehidupan di atas muka bumi- , tapi ia meringkas seluruh sejarah kemanusiaan. Ia meringkas seluruh substansi yang terus terulang dalam sejarah manusia pada setiap generasi, apa yang diistilahkan sebagian cendekiawan, dengan “sunnah nafsiyah سنة نفسية “ –tabiat jiwa- pada tataran individu, dan “sunnah ijtimaiyah سنة اجتماعية” –tabiat sosial- pada tataran komunitas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sunnah Nafsiyah –tabiat jiwa- pada tataran individu, misalnya, dapat kita rasakan kehadirannya pada kisah Yusuf as, yang hanya tercantum satu kali saja dalam Al-Qur’an. Surat Yusuf, begitu Allah mengabadikan sosok ini, menggambarkan tabiat manusiawi seorang ayah yang mungkin saja sulit berlaku adil dalam kasih sayang, serta rasa iri saudara-saudara Yusuf yang sangat manusiawi. Allah juga mengekspresikan tabiat manusiawi dalam hal ketertarikan antar lawan jenis, dan bagaimana seharusnya jiwa yang matang dengan iman mengendalikannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedangkan Sunnah Ijtimaiyyah –tabiat sosial- pada tataran komunitas, seringkali dapat kita temukan di banyak tempat dalam Al-Qur’an, tentang kaum-kaum yang bergelimang dalam kemakmuran dan kezaliman sosial, serta pendustaan kepada para nabi. Tentang kaum Aad pemilik kekuatan fisik, Tsamud penghancur gunung dan merubahnya menjadi rumah, Fir’aun pemilik bala tentara tak terbatas, tentang Qarun pemilik kunci-kunci gudang harta tak terhingga, serta Yahudi dengan segala tabiatnya sepanjang masa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kedua tabiat tersebut adalah substansi kehidupan dalam sejarah manusia yang terus berulang pada setiap generasinya. Karenanya, tak berlebihan jika kisah-kisah Qur’ani “meringkas” sejarah kemanusiaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam sudut pandang lain, kisah Qur’ani merupakan sarana yang merekam gambaran “profil-profil kemanusiaan” yang berbeda-beda, meskipun dalam level setara semisal; nabi dan Rasul, mereka memiliki karakter dan cara masing-masing yang khas dalam sejarah hidup dan dakwah mereka. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ada tipe Nuh; sosok dengan kesabaran yang mengalahkan waktu 950 tahun, namun di akhir ia mohon kepada Rabbnya agar tak menyisakan seorangpun dari kaumnya, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>ada tipe Musa; sang pembebas Bani Israil yang mendyang mendoakan kebinasaan bagi Fir’aun dan pengikunya, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>ada tipe Ibrahim yang berkata; “siapa yang mengikutiku, ia bagian dariku, siapa yang ingkar padaku, sesungguhnya Engkau –Ya Allah- Maha Pengampun. Lagi Penyayang”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">-<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ada pula Isa; yang bertutur; “Ya Allah, jika Engkau azab mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba2Mu, namun jika Engkau ampuni mereka, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Bijaksana”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semua uraian di atas, tentang ringkasan sejarah kemanusiaan dan contoh-contoh profilnya , menegaskan satu kesimpulan penting; Al-Qur’an adalah Kitabul Insaniyah كتاب الإنسانية yang secara diperuntukkan untuk membimbing hati, jiwa, dan akal manusia secara paripurna.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">WAllahu A’lam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Riyadh, 251113</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">____________________________________________________________________</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Referensi utama;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Ulumul Qur’an, wa I’jazuhu wa Tarikhu Tautsiqih (Ilmu-Ilmu AlQur’an, Mukjizat dan Sejarahnya), Prof Dr Adnan Zarzur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>AtTashwir Al-Fanny fil Qur’anil Karim (Gambaran Artistik dalam AlQur’an), Sayyid Quthb.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-13205340725915528242013-11-12T09:54:00.000-08:002013-11-14T00:16:38.653-08:00Catatan Ringan tentang Revolusi Suriah*<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b>oleh: Faris Jihady</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Revolusi Suriah telah berlangsung lebih dari dua tahun sejak awal meletusnya pada Maret 2011. Perlawanan rakyat Suriah terhadap rezim diktator bertangan besi melahirkan tragedi berkepanjangan yang belum diketahui kapan akan berakhir. Tragedi yang mengorbankan jiwa dan materi yang tidak sedikit, tercatat per Mei 2013, lebih 69 ribu jiwa telah menjadi korban tewas, sementara jutaan pengungsi meninggalkan negaranya menuju perbatasan Suriah-Yordania, atau Suriah-Turki. Belum lagi porak-porandanya infrastruktur dan struktur sosial, membuat rakyat Suriah tak lagi berpikir bagaimana membangun kehidupan, disebabkan hilangnya rasa aman dan sumber mata pencaharian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sorotan kamera dan liputan media internasional serta berbagai analisisnya mengiringi revolusi ini sebagai kelanjutan Arab Spring yang belum selesai. Boleh jadi bagi sebagian orang, terutama yang jauh dari Timur Tengah cerita tentang Suriah sudah biasa, dan bahkan bosan, serta menganggap Revolusi Suriah semata konflik politik antara Pemerintah dan Oposisi yang belum menemukan titik temu tawar menawar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jelang akhir Agustus 2013, ketika mata dan perhatian dunia banyak tertuju kepada Mesir yang sedang mengalami kemunduran demokrasi dan kemanusiaan luar biasa, pembantaian yang di luar batas kemanusiaan terjadi lagi –setelah sekian kali terjadi- membuat mata dan perhatian dunia yang sejenak focus pada Mesir, kembali menoleh kepada tetanggany yang tak jauh dari sana, Suriah. Di kota kecil, Ghautah pinggiran Damaskus, pasukan rezim Basyar Assad membantai rakyatnya menggunakan senjata kimia, dengan tujuan menaklukkan wilayah yang sudah dikuasai oposisi. Penggunaan senjata kimia yang diduga adalah Gas Sarin, mengorbankan ribuan jiwa; kurang lebih 1400 jiwa meninggal, 450an diantaranya adalah anak-anak. Dalam tayangan yang diunggah ke Youtube, para korban meninggal secara perlahan, tanpa darah dan luka dengan wajah yang pucat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Suriah kembali sorotan pasca pembantaian Ghauthah, isu ini membuat Dunia Internasional kembali mengecam, mendorong Pemerintahan Amerika Serikat menggalang opini dunia dan dukungan sekutunya untuk menyerang Suriah yang menurutnya bertujuan melumpuhkan kekuatan militer rezim diktator Assad. Beberapa sekutunya tergerak mendukung; Prancis secara terang-terangan mendukung serangan, sedangkan Turki yang selama ini menjadi salah satu pihak sentral dalam konflik Suriah dengan dukungan terbuka terhadap oposisi, bahkan mendorong AS untuk segera merealisasikan invasinya, Inggris tak jadi mendukung Amerika karena tak dapatkan legitimasi dari parlemennya. Negara-negara Besar pun terbelah, PBB berusaha mencegah terjadinya serangan AS ke Suriah. Sedangkan Rusia dan Cina, sebagai sekutu dan pelindung utama Suriah, menentang keras rencana invasi ke AS, yang membuat polarisasi antar negara adidaya di PBB semakin nampak. Pada saat Dunia Internasional berdebat keras, rakyat Suriah terus mengalami pembunuhan, pembantaian dan perampasan terhadap hak asasinya yang paling sederhana; hak untuk hidup bebas, tanpa tahu masa depan mereka akan seperti apa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Kilas Sejarah</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Meletusnya Revolusi Suriah bukanlah semata terjadi secara spontan sebagai efek domino Arab Spring di Tunisia dan Mesir sebelumnya, perlawanan rakyat Suriah memiliki akar sejarah yang cukup panjang. Sejak terpecahnya negara-negara Arab sebagai efek Perjanjian Sykes-Picot pada 1920, dan merdekanya Suriah pada tahun 1946, Suriah pernah menikmati kebebasan dan demokrasi hanya sebentar saja, selebihnya kehidupan sosial politik selalu dalam situasi tak stabil dimana kudeta silih berganti terjadi, sehingga pergantian kekuasaan selalu diawali dengan kekuatan senjata dan darah. Kudeta terakhir pada 1963 ketika Partai Ba’ath yang berideologi sosialis meng-kudeta pemerintahan hasil demokrasi dan berkuasa dengan tangan besi, paradoks ideology terjadi, dimana pada saat itu pemerintah berkuasa secara terang-terangan memerangi symbol agama, dan menyerukan ideology sosialisme, padahal 80% rakyat Suriah adalah muslim sunni yang kuat memegang teguh agama dan menjadi tempat lahir para ulama sejak masa lalu. Tak lama setelah kudeta Partai Ba’ath, pada 1970 sekelompok tentara yang berasal dari sekte ekstrim Syiah Nushairiah –diantaranya Hafez Assad- mengkudeta pemerintahan, menunggangi Partai Ba’ath, dan menguasai negara secara tunggal serta menempatkan kelompoknya dari sekte Nushairiyah menguasai tentara dan pemerintahan, hingga kini dengan mewariskan kursi kepresidenan kepada anaknya Bashar Assad pada tahun 2000 tak lama sebelum sang ayah meninggal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sepanjang era 1970-1980an, pengokohan terhadap kekuasaan rezim tirani minoritas begitu kuat. Mungkin sebagian orang bertanya; mengapa kelompok minoritas bisa berkuasa kuat begitu lama atas kelompok mayoritas? Jawabannya nampak pada beberapa upaya yang dilakukan antara lain;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Memperalat kelompok dan institusi ulama yang bisa didekati, agar bisa memberi legitimasi atas nama agama bahwa pemerintahannya adalah kekuasaannya yang legal.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Pengubahan Konstitusi negara yang mewajibkan Presiden harus beragama Islam, namun upaya ini mendapat tentangan keras dari mayoritas rakyat Suriah, sehingga upaya ini tak jadi dilakukan.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Penarikan guru-guru yang berkomitmen agama tinggi, yang mengajar di Sekolah Menengah Atas dan menempatkan mereka di pos-pos selain mengajar, dengan tujuan menghilangkan pengaruh agama pada generasi muda.</span></li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Upaya-upaya tersebut tentu saja mendapat tentangan keras dari mayoritas rakyat Suriah, terutama dari kalangan Gerakan Islam -Al-Ikhwan Al-Muslimun- yang notabene memiliki basis sejak awal kemerdekaan Suriah dan memilki kepedulian pada perlawanan terhadap penindasan. Tak lama setelah itu, ditangkap seorang tokoh IM, Marwan Hadid, yang berujung pada kematiannya akibat penyiksaan, yang mendorong pada demonstrasi murid-muridnya memprotes penyiksaan tersebut, hal ini direspon oleh Pemerintah Hafez Assad dengan pembantaian terhadap seluruh anggota IM dan keluarganya, yang dalam sejarah dikenal dengan Pembantaian Kota Hamah pada 1982, yang mengakibatkan ribuan orang tewas. Sejak itu hingga sekarang, rakyat Suriah dalam tekanan, aktivitas Gerakan Islam dibasmi habis, mayoritas tokohnya eksodus keluar. Pembantaian Hamah 1982 melahirkan trauma mendalam dalam benak rakyat selama puluhan tahun berikutnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Arab Spring pada 2011 seakan menjadi pemantik meletusnya api dalam sekam, dan memecah benteng ketakutan yang selama ini tertanam dalam benak rakyat Suriah. Bermula dari penangkapan terhadap anak anak remaja yang menulis graffiti di tembok “AsSya’b Yuriid Isqath Nizham” (Rakyat ingin pemerintah jatuh), yang mendorong rakyat untuk turun jalan melakukan demonstrasi damai, diiringi seruan dan penggalangan opini di dunia maya. Namun protes dan demonstrasi damai di beberapa kota secara serentak sama sekali tidak direspon dengan membuka ruang pintu dialog, namun langkah represif berupa penembakan dan pembunuhan terhadap demonstran, sehingga menimbulkan eskalasi kemarahan dan demonstrasi rakyat di seluruh kota-kota Suriah. Upaya Bashar Assad untuk menenangkan rakyatnya dengan berpidato di akhir Maret 2011 dengan menjanjikan reformasi politik, ternyata basa-basi belaka dan tak menghentikan gelombang protes dan perlawanan terhadap rezim.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Mengapa tak kunjung selesai</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Keberlangsungan Revolusi rakyat Suriah yang sudah melewati dua tahun sejak awal meletusnya dan hingga kini belum diketahui penghujungnya, memunculkan pertanyaan sederhana: mengapa ia berbeda dibandingkan eksprimen Tunisia dan Mesir? Mengapa ia tak kunjung selesai? Beberapa analisa sederhana mungkin bisa menjawab;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tema sentral dari Revolusi Suriah adalah kemarahan rakyat terhadap penindasan dan kezaliman selama puluhan tahun ditekan dibawah dictator bertangan besi, dan tuntutan sederhana untuk hidup secara terhormat, adil dan bebas. Tema ini tak jauh berbeda jika dibandingkan dengan Revolusi Tunisia dan Mesir. Namun ada variabel lain yang mempertajam warna konflik ini, yaitu garis sectarian yang dianut rezim, yang notabene merupakan representasi kelompok ekstrim minoritas Syiah Nushairiyah yang secara populasi hanya 10% dari rakyat. Ini menambah penyebab konflik, ia bukan semata pertarungan politik, atau perlawanan terhadap tiran, ia adalah konflik ideologis antara Sunni sebagai kaum mayoritas yang tertindas, dengan kelompok Syiah Nushairiyah sebagai tirani minoritas. Sehingga dapat dipastikan, kelompok tirani minoritas akan mati-matian mempertahankan kuasanya.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Revolusi Suriah jika diamati dari kacamata yang lebih besar, merupakan mainan para raksasa dalam istilah pengamat Timur-Tengah “Lu’batul Kibaar”. Rezim Assad pasca sang Ayah –Hafez- wafat, sepenuhnya secara politik dan militer bergantung pada dua kekuatan besar; pada level Dunia adalah Rusia, pada level regional adalah Iran. Satu-satunya negara di kawasan Timur Tengah yang masih menjadi sekutu Rusia adalah Suriah, selebihnya sudah di bawah kendali AS. Tentu saja Rusia akan sebisa mungkin mempertahankan pengaruhnya di kawasan. Sedangkan Iran dengan sindrom Heroisme yang memposisikan diri sebagai symbol resistensi terhadap Barat, menjadi pendukung utama rezim lebih banyak disebabkan kesamaan ideologi, karenanya Iran tak segan memasok senjata dan tentara, diikuti oleh faksi agama dan militer di Libanon –Kelompok Hizbullah- yang secara terang-terangan mengirim ribuan tentara untuk ikut berperang bersama rezim. Di sisi lain Amerika Serikat dan sekutunya terus menyerukan dialog dan perdamaian, bahkan ikut mengecam pembantaian rezim terhadap rakyatnya. Namun tampaknya hal tersebut hanya manis di bibir belaka, langkah-langkah politisnya lebih cenderung bagaimana mengamankan posisi sekutu utamanya di kawasan tersebut, Israel. Tidak sebagaimana responnya ketika Revolusi Libya, dimana secara langsung mereka membantu secara militer.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari kenyataan di atas, secara faktual tampaknya diperkirakan konflik akan menemukan titik akhirnya ketika sudah terjadi deal kesepakatan antara para “raksasa” tersebut; kesepakatan antara AS dan sekutunya di satu sisi, dengan Rusia, Iran dan sekutunya di sisi yang lain, tentang formula masa depan politik Suriah. Diperkirakan mereka sepakat akan tentang;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Bashar Assad sudah tidak mungkin dipertahankan, legitimasinya di mata publik sudah jatuh, tinggal bagaimana caranya agar siapapun yang mengambil tampuk kekuasaan pasca-Assad adalah orang yang disetujui oleh kedua belah pihak. Tentu saja hal ini sangat penting, mengingat jika kekuasaan politik diserahkan kepada mekanisme demokrasi secara penuh, bisa dipastikan kaum Islamis yang akan naik, hal yang dikhawatirkan oleh keduabelah pihak, terutama AS demi keamanan Israel.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Scenario pasca Assad, jika realita tidak bisa dielakkan bahwa kaum Islamis akan naik ke panggung, maka sebelum itu penghancuran secara massif dan terus menerus oleh rezim terhadap infrastruktur dan kehidupan sosial menjadi pilihan, sehingga siapapun yang naik kelak, akan sibuk puluhan tahun ke depan dalam usaha pembangunan kembali yang porak poranda, tak sempat berpikir tentang hal lain, semisal; lepas dari pengaruh Syiah Iran, terlebih pembelaan terhadap negara tetangganya, Palestina.</span></li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Salah satu penyebab berlarut-larutnya perlawanan, adalah tidak bersatunya kaum perlawanan (oposisi). Secara umum perlawanan ada dua jenis; </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">perlawanan politik; umumnya mereka menggalang opini di luar negeri, dan </span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">perlawanan militer; mereka yang berjuang di dalam negeri. Perlawanan militer pada awalnya tak terkoordinir, bersifat sporadis, bermula dari sebagian tentara Sunni yang desersi dari militer kemudian berbalik melawan pemerintah. Di sisi lain secara sosial tidak ada satu gerakan yang mengakar, terorganisir dan dominan di masyarakat, sebagai efek terhadap pemberangusan terhadap gerakan sosial apapun, -terlebih gerakan Islam-di masa lalu. Seiring waktu, pada medio 2011-2012 perlawanan bersenjata bisa terkoordinir dengan menamakan diri sebagai Free Syrian Army (Al-Jaisy As-Sury Al-Hurr) sebagai kelompok yang dominan di lapangan, namun seiring waktu kelompok perlawanan terpecah akibat perbedaan latar belakang, yang kemudian meruncing. Saat ini tercatat, ada lebih dari 9 Brigade bersenjata dari kalangan oposisi, yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda secara pemikiran. Realita ini sedikit banyak memperlambat perlawanan, di lapangan saja masih berbeda, maka masih sulit bagi mereka untuk duduk bersama membicarakan masa depan Suriah.</span></li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Kita dan Suriah</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hakikat peristiwa apa yang terjadi di Suriah belum menjadi kesadaran kolektif warga Dunia yang jauh dari kawasan konflik, begitupula di Indonesia. Kesadaran tentang konflik di Suriah masih menjadi terbatas pada kaum-kaum terpelajar yang agamis, secara khusus pada aktivis Islam. Hal ini patut disayangkan, semestinya kepedulian tentang Suriah dapat direalisasikan pada beberapa level;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Level kesadaran publik, terlepas unsur-unsur sektarian dan fanatisme kelompok pada Revolusi Suriah, kepedulian terhadap Suriah semestinya dibangun di atas alasan paling mendasar; alasan kemanusiaan dan pembelaan terhadap kebebasan, keadilan dan hidup secara terhormat untuk menentukan nasibnya sendiri. Kepedulian dapat diwujudkan dengan memperbaharui isu-isu terbaru, penggalangan opini, dan sumbangan materi melalui lembaga-lembaga kemanusiaan terpercaya yang ditujukan kepada korban pengungsi akibat konflik.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Level kesadaran pemerintah. Arah kebijakan politik Luar Negeri Indonesia yang menganut Politik Bebas Aktif, semestinya tidak membuat Indonesia menjadi safety player (bermain aman), dengan cara usaha tk memihak, membuat justru tampak lemah dalam pembelaan terhadap isu kemanusiaan yang terzalimi. Sudah semestinya Pemerintah Indonesia dapat bersikap lebih proaktif, mendorong terwujudnya kehidupan global yang berkeadilan, sesuai dengan kapasitas Indonesia sebagai negara Islam terbesar, hal ini justru dapat meningkatkan daya tawar Indonesia di Dunia Internasional</span></li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu a’lam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
____________________________________________________________________</div>
<div style="text-align: justify;">
*catatan ini pernah dimuat pada buletin Pencerah Negeri, Depok, September 2013. catatan ini banyak merujuk pada kumpulan artikel yang terangkum dalam albayan magazine <a href="http://albayan.co.uk/page.aspx?ID=55" style="text-align: left;">http://albayan.co.uk/page.aspx?ID=55</a></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-53933580931151741972013-10-14T07:40:00.001-07:002013-10-27T12:51:36.343-07:00Inspirasi Arafah*<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">by: Faris Jihady</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tiga Tahun sudah bermukim di
negeri ini, tanah Nejd, 900 km arah barat tanah Hijaz dimana Haramain berada. Tiga
kali pula berturut-turut saya melewati hari-hari utama Dzulhijjah ini di Tanah Suci, berkesempatan menunaikan panggilan Allah, bersimpuh di Arafah, beratapkan
langit Muzdalifah, dan mencium tanah Mina, sambil tak lepas menengadah ke
langit yang menaungi tanah suci itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tahun ini saya menyengaja tak
berangkat dengan berbagai alasan pribadi. Saya kira tak ada rasa apa pun
tatkala melewati hari-hari ini. Namun tak menyangka saat puncak Haji tiba, Hari
Arafah, memoriku melayang kembali saat-saat di hari yang sama 3 tahun terakhir.
Bersama lautan manusia yang memutih ihram di bawah matahari yang menyengat, tatkala
airmata menetes tak henti, dan lisan tak lekas kering memohon ampun. Kerinduan pada
detik-detik itu membuncah. Iri kepada mereka yang sedang menikmati saat-saat
terdekat mereka dengan Rabb, melepas segala status, kedudukan, dan pandangan
manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Satu hal yang mungkin luput
ketika lewati hari ini 3 tahun terakhir, tak begitu nyata dalam benakku apa
yang Rasulullah lakukan saat-saat beliau lewati hari ini, ketika jalani haji
terakhirnya, Wada’. Hari yang beliau jamin sebagai hari doa terbaik; “sebaik-baik
doa, adalah doa hari Arafah” [1]. kesamaran apa yang beliau lakukan dalam benak
saya, boleh jadi karena saya tak begitu penasaran, atau mungkin merasa sudah
cukup ilmu, merasa paham tatacara haji, astaghfirullah…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ketika kerinduan muncul, justru
inilah yang mendorongku membuka kembali referensi yang merekam ekspresi,
tindak, dan laku manusia terbaik itu, shallallahu ‘alayhi wa sallam, saat
beliau lewati hari ini, hari dimana Allah Azza wa Jalla membanggakan hamba2Nya
yang berdoa kepadaNya di hadapan malaikat seraya berfirman, “Apa yang mereka
minta?” [2] dan Allah Maha Tahu akan pinta hamba2Nya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Perhatianku jatuh pada hadits
yang ditutur oleh Jabir ibn Abdullah ra, tatkala ia ditanya bagaimana haji
Rasulullah saw, ia bercerita sangat panjang, beberapa lembar Shahih Muslim dan
Sunan Abi Daud merekam huruf-huruf tersebut. Aku tak begitu berani cantumkan
semua disini, khawatir lancang karena tidak tepat mengantarkan makna yang
ditutur oleh Jabir, sahabat agung itu, namun hanya beberapa pesan dan fragmen
pada momen besar terakhir nabi, Haji Wada’ tatkala beliau menyampaikan
khutbahnya yang terkenal itu, khutbah Wada’ di Arafah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kebanyakan sahabat saat itu belum
memahami maksud dari istilah haji wada’, istilah itu memang sudah dikenal,
namun mereka tak begitu paham apa yang dimaksud wada’ (perpisahan disini),
ketika beliau wafat sadarlah mereka bahwa itu adalah pesan-pesan perpisahan
nabi sebelum beliau wafat, sebagaimana dituturkan Ibn Umar ra dalam Shahih
Bukhari.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kira-kira menurutmu hal-hal apa
yang akan menjadi pesan perpisahan manusia agung itu, shallallahu alayhi
wasallam? Apakah ia akan mengucapkan selamat tinggal? Apa ia akan bicara
tentang harta warisan layaknya manusia umumnya? Ataukah kekuasaan? Atau apa?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mari kita tengok pesan pertama
beliau dalam fragmen ini, tatkala Jabir ra bertutur; [3]</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“<i>ketika matahari mulai
tergelincir (tengah hari), beliau menaiki Qashwa (untanya), mengendarainya
hingga tiba di tengah lembah, kemudian bertahmid dan memuji Allah dan memulai
khutbahnya</i>; <b>“sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram atas
kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini, di bulan haram ini, di tanah
haram ini</b>”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allah menggerakkan lisan nabiNya
untuk menyampaikan awal dari pesan terakhirnya, tentang keharaman dan kesucian
harta dan darah muslim, sesuci dan seharam hari itu, bulan itu dan tanah haram
itu. Betapa dalam dan kuat pesan ini, menyetarakan keharaman darah dan harta dengan
haramnya waktu dan tanah haram itu. Dengan kata lain, penumpahan darah dan
perampasan harta muslim, setara dengan penistaan terhadap kesucian waktu dan
tanah haram. Betapa kuat pesan ini, dan betapa jauhnya kita –saat ini-
melanggar pesan ini. Darah tumpah begitu
murah, harta terampas begitu mudah. Hari-hari kita nyaris akrab dengan
pembantaian di sana dan di sini. Ya Allah.. pesan pertama perpisahan beliau,
justru menjadi hal yang paling sering terlanggar.. Beliau, manusia agung itu
tak berbicara tentang pribadinya, tapi berbicara tentang kita; ummatnya. Pesan penting
yang mengekspresikan kekhawatiran tentang generasi berikut…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pesan tersebut beliau kuatkan
dalam tutur berikutnya;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“…ketahuilah bahwa segala
sesuatu dari masa jahiliyyah adalah batal di bawah kakiku ini, penuntutan darah
era jahiliyyah batal…”<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebagian sahabat menafsirkan
maksud beliau saw, “dahulu tatkala beliau disusui di Bani Sa’ad, mereka
diperangi oleh Bani Hudzail”. Beliau membatalkan segala apa yang menjadi
kesepakatan terkait darah pada era jahiliyyah, demi kedamaian generasi masa
depan. Saya –kalau boleh lancang menyimpulkan- perilaku jahiliyah tak terbatas
oleh waktu saja, namun ketika darah muslim tertumpah dan harta masih terampas,
maka sifat jahiliyyah masih ada.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Berikutnya, beliau berpesan;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“…<b>Riba Jahiliyyah batal
(haram) hukumnya</b>”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">mungkin bagi sementara orang agak
aneh, nampak sekilas tak cocok dengan situasi kesakralan Arafah, beliau pesan
tentang hubungan ekonomi antarmanusia pada pesan perpisahannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Penyebutan keharaman Riba
bukanlah pertama kalinya semata dalam peristiwa ini, namun sudah ada ayat-ayat
dalam Al-Qur’an yang menegaskan keharaman Riba sebelummya, namun beliau
tegaskan lagi dalam pesan-pesan perpisahannya. Apa gerangan alasan penegasan
lagi dalam pesan haji, khutbah wada’ ini? Boleh jadi –wallahu a’lam- lagi-lagi
karena ini pesan terakhir, perhatian nabi terhadap berbagai aspek kehidupan
muslimin pasca beliau pergi, tak semata soal ‘ubudiyah (penghambaan) kepada
Allah semata, namun juga soal hubungan sosial sebagaimana tersebut pada pesan
pertama, dan hubungan ekonomi antarmanusia secara adil, sebagaimana disiratkan
pesan terkait Riba ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selanjutnya, pesan beliau,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“…takutlah kepada Allah dalam
urusan wanita (isteri2), sesungguhnya kalian telah mengambil mereka dengan
amanah Allah, dan menghalalkan mereka dengan kalimat Allah..”<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Anda, saya, dan kita semua bisa
memahami pentingnya pesan ini, tentang rumah tangga. Ah, mungkin saya –practically-
belum begitu paham karena belum mengalaminya, namun saya pikir kesimpulan saya
tentang pentingnya berpandai-pandai bermuamalah dengan isteri sesuai kewajiban
dan hak yang ditetapkan syariat, tak berbeda dengan saudara-saudara saya yang
sudah berumahtangga. Bagi para isteri, anda sangat spesial, karena anda
disebut-sebut dalam pesan perpisahan nabi dihadapan –dalam sebuah riwayat- 10
ribu sahabatnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Rangkaian pesan-pesan perpisahan
tersebut ditutup dengan fragmen berikut, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“…<b>sesungguhnya aku telah
meninggalkan di tengah kalian sesuatu yang kalian takkan pernah tersesat selama
kalian memegangnya erat; Kitabullah. Dan kalian kelak akan ditanyai tentangku,
kalian akan berkata apa tentangku</b>?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mereka menjawab, <i>“Kami
bersaksi bahwa engkau –Ya Rasulallah- telah menyampaikan, melaksanakan, dan
menasehati”.</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Apa respon beliau? Beliau mengangkat
telunjuknya ke langit seraya berkata;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“<b>Allahumma Isyhad… Ya Allah
saksikanlah<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Allahumma Isyhad… Ya Allah
saksikanlah<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Allahumma Isyhad… Ya Allah
saksikanlah</b>”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Fragmen dialog ini -menurutku- mengharubiru, semestinya
membuat menangis, atau minimal terharu bagi siapa saja yang membaca dan mengimajinasinya.
Siapa yang ragukan kejujuran dan ketulusan nabi, shalllallahu alayhi wa sallam
dalam dakwah setelah sekian lama? Namun beliau masih menanyai pengikutnya. Ya Allah..</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ada yang ragukan ketulusan para
sahabat dalam ber-ittiba’ ? siapa di antara kita yang pernah mengulang
kata-kata para sahabat ini; “<i>Kami bersaksi bahwa engkau –Ya Rasulallah-
telah menyampaikan, melaksanakan, dan menasehati” </i>. kita justru sering
beralasan, <i>“saya belum tahu”, “saya belum siap”</i>, pada hal-hal sederhana
yang menjadi kewajiban tiap muslim. Kesempurnaan agama telah ditegaskan Allah
dalam QS Al-Maidah ayat 3, yang bermakna telah selesainya tugas nabi dalam
membimbing, menjelaskan dan mengarahkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i><b>“Allahuma Isyhad…”</b></i> beliau ucapkan
tiga kali berturut-turut di hari Wada’ (perpisahannya), mengekspresikan kuatnya
ketulusan dalam menyampaikan dakwah dan membimbing manusia, serta paripurnanya
tugas beliau tak lama lagi. Adakah di antara kita –khususnya para penyampai kebaikan-
menegaskan ketulusan jiwa dengan kata tersebut; <i>“ya Allah saksikanlah”</i> ?
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selepas khutbah bersejarah,
didirikanlah shalat zhuhur dan ashar dengan dua iqamah berturut-turut, kemudian
–cerita Jabir,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“…, kemudian <b>berdoa dengan
berdiri sekian lamanya</b> hingga terbenam matahari</i>”. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ya, anda garisbawahi, beliau
berdoa sangat panjang, selepas zuhur dan asar yang ditunaikan di waktu zuhur,
beliau berdoa, dalam keadaan berdiri. Sampai kapan? Hingga terbenam matahari. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada beliau, keluarganya, dan
pengikutnya hingga akhir masa, Allahuma shallii wa sallim wa baarik ‘alaihi..</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu
Akbar</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>La Ilaaha illa Allahu huwa Allahu
Akbar</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Riyadh, sore 9 Dzulhijjah 1434H</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">___________________________________________________________________________</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">*catatan ini hanya renungan ringan, menggali inspirasi dari pesan-pesan nabi di hari Arafah, tidak menggambarkan semua apa yang diriwayatkan terkait peristiwa Wada’.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[1] Hadits Hasan diriwayatkan
Imam AtTirmidzi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[2] Hadits Shahih diriwayatkan
Imam Muslim, dan Nasa’i</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[3] Kisah Haji Wada’
diceritakan panjang lebar dalam hadits Jabir ibn Abdullah yang tercantum dalam
Shahih Muslim no 1218, dan Sunan Abi Daud, Kitabul Manasik, bab Shifat Haji
Nabi, no 1905</span></span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-75923191224955091592013-09-27T03:33:00.000-07:002013-10-27T12:54:47.911-07:00Tentang Persepsi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tadabbur Ringan..</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Subuh Jumat ini Imam Jami' Kabir (Masjid Besar) di kampus membaca ayat2 surat Fathir. Suaranya yang melengking khas membuat saya dan mungkin juga makmum yang lain menekuni tiap kalimat yang dilantunkan.</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya tersentak ketika Imam membaca -dari sekian ayat- ayat ke 8 berikut ini;</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"> أفمن زين له سوء عمله فرآه حسنا فإن الله يضل من يشاء ويهدي من يشاء</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Yg kurang lebih bermakna;</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"<i>Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya" </i></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam benak saya, tergarisbawahi kata kunci dari ayat tersebut, ketika Allah menggunakan lafaz (zuyyina زين) yang secara harfiah berarti "dihiasi", derivatnya yang lain adalah "tazyin" (penghiasan). Dengan kata lain; boleh jadi kita melakukan satu keburukan, karena ada "penghiasan", standar nilai berubah, sehingga persepsi kita meyakini bahwa itu adalah kebaikan. </span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika standar nilai berubah,maka persepsi kita tentang nilai juga berubah, definisi tentang baik-buruk menjadi relatif, atau bahkan terbalik. Hal ini -kata Sayyid Qutb- adalah pangkal dari segala keburukan, karena manusia sudah tertipu oleh keyakinannya, oleh persepsinya. Ini mengakibatkan tertutupnya ruang koreksi pada diri, ternegasikannya dorongan utk muraja'atunnafs (melongok kembali jiwa). Ia menganggap bahwa apa yang dia yakini adalah benar dan sempurna, menutup kemungkinan adanya aib atau kekurangan. </span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya menyimpulkan..boleh jadi inilah kenapa kita diajarkan nabi sebuah doa yang berbunyi;</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 14px;"> </span><span style="font-size: large;"> اللهم رحمتك أرجو فلا تكلني إلی نفسي طرفة عين</span></span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Ya Allah, kasih sayang-Mu lah semata yang kuharapkan, jangan Engkau serahkan aku pada diriku meski sekejap mata</i>. </span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan juga;</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">يا مقلب القلوب ثبت قلبي علی دينك</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Wahai Pembolak-balik hati, teguhkan hatiku di atas agamaMu</i>. </span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">"Jangan Engkau serahkan aku atas diriku", boleh jadi bermakna ketika urusan kita diserahkan kepada kita sendiri, tanpa petunjukNya,,kita akan mengalami disorientasi. </span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Karenanya, penyelarasan antara persepsi manusia dengan wahyu adalah usaha yang mesti berkesinambungan, proses yang terus menerus tak boleh terputus, diiringi doa yang dilantunkan setiap rakaat;</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">اهدنا الصراط المستقيم </span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Wallahu a'lam</span></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Riyadh 270913 </span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-8076448760162161112013-09-09T00:02:00.000-07:002013-10-27T12:55:11.352-07:00Inspirasi dari Surat Al-Kahfi (1)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Serial Inspirasi Qur’ani</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">by; Faris Jihady</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Jawaban atas pertanyaan (dan keraguan)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Suatu ketika pada era Makkah, kegelisahan melanda Musyrikin Quraisy disebabkan bertambahnya pemeluk Islam dan banyaknya orang bertanya –terutama para peziarah dari berbagai kabilah dari luar Makkah- tentang kenabian Muhammad saw. Kegelisahan ini mendorong mereka mengutus beberapa pemuka mereka; Uqbah ibn Abi Mu’aith dan Nadhar ibn AlHarits, pergi ke Yatsrib untuk bertanya kepada Pemuka Yahudi tentang kebenaran kenabian Muhammad saw.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Para Pemuka Yahudi berkata kepada mereka berdua, “tanyakan padanya (Muhammad) tentang 3 hal; (1) Tentang sekelompok pemuda di masa lalu yang pergi jauh, (2) tentang seorang lelaki yang berjalan mengelilingi bumi hingga pelosok timur dan barat, dan (3) apa itu ruh.., jika ia dapat menjawab kalian pada dua pertanyaan pertama, dan tidak tahu pada tanya ketiga, sesungguhnya dia-lah sosok utusan, jika tidak, maka semata dia pendusta”. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kembalilah kedua pemuka Quraisy itu pada kaumnya, bersama mereka kemudian mendatangi manusia agung itu, Muhammad saw, seraya berkata; “Hai Muhammad, beritahu kami tentang (1) sekelompok pemuda yang pergi jauh di masa lalu yang kisah mereka mengandung keajaiban, (2) lelaki yang berjalan mengelilingi bumi hingga pelosok timur dan baratnya, dan (3) apa itu ruh…”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lelaki agung itu, Muhammad saw, menjawab; “aku akan beritahu kalian tentang apa yang kalian tanyakan, besok..”. tanpa berkata. “InsyaAllah”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Esok hari tiba tanpa kedatangan Jibril membawa jawaban yang diharapkan, hingga 15 hari lamanya wahyu tak membawa kabar apapun. Rasulullah saw bersedih, gelisah, gundah gulana. Penduduk Makkah –yang menunggu nunggu berita- mulai diliputi keraguan, sebagian lagi berharap. Tertanam di benak mereka, “Muhammad telah menjanjikan jawab pada kita, sudah lewati hari ke 15 tanpa ada kabar dari Muhammad”. Pembicaraan Ahlu Makkah telah menambah kegelisahan pada jiwa Sang Utusan, shallallahu ‘alaihi wasallam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ketika kegundahan memuncak dan kegelisahan bertambah, datanglah Jibril membawa wahyu dari Allah Ta’ala dengan Surah Al-Kahfi yang secara tegas dan eksplisit membawa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Musyrikin Quraisy, sekaligus membawa teguran kepada nabi atas kegelisahan yang mendera jiwanya, dan atas kelalaiannya menyerahkan kehendak kepada Allah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Surat ini secara eksplisit menjawab 2 pertanyaan pertama;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tentang sekelompok pemuda, wahyu memberi jawaban; “…demikianlah kami ceritakan padamu, berita tentang mereka dengan sebenar-benarnya, sesungguhnya mereka pemuda yang telah beriman kepada Rabb mereka, dan kami tambahkan pada mereka petunjuk” [QS Al-Kahf:13].</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tentang lelaki yang berjalan mengelilingi bumi, Kalam Allah memberi tanggapan; “…dan mereka bertanya padamu tentang Dzul Qarnain, katakanlah: aku akan bacakan pada kalian dari kisahnya sebagai pengingat…” [QS Al-Kahfi:83].</span></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedangkan tentang Ruh yang ditanya tentang hakikatnya, Allah beri jawaban secara terpisah dalam surat lain; “…dan mereka bertanya padamu tentang Ruh, katakanlah: Ruh adalah bagian dari urusan Tuhanku..” [QS Al-Isra:85].</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kisah di atas yang melatarbelakangi turunnya surat Al-Kahfi ini menggambarkan suasana pertarungan opini dan pemikiran antara dakwah kenabian dan kekufuran. Ketika manusia mulai perlahan-lahan menerima dan tertarik kepada dakwah Rasulullah saw karena rasionalitas dan kesesuaiannya dengan fitrah kemanusiaan, musuh-musuhnya tak kekurangan ide untuk mendistorsi opini publik, bahkan tak segan berkonsultasi dengan pemilik pengetahuan teologi pada masa itu, Ahl Kitab (Yahudi).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada sisi lain, kegelisahan yang menguasai jiwa nabi tatkala terputus wahyu sementara, mengarahkan pembaca Surah ini pada dua hal penting; </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kebenaran wahyu semata datangnya dari Allah Ta’ala, tanpa ada campur tangan sedikitpun dari nabi, hal ini membantah semua tuduhan dari dulu hingga sekarang, sejak era Quraisy hingga era orientalis tentang upaya manusiawi dalam penyampaian wahyu. Logika sederhana menjawab; jika ada campur tangan manusiawi, mengapa beliau –shalllallahu ‘alaihi wa sallam- begitu gelisah ketika terputus wahyu? Dan mengapa wahyu tersebut mencakup cerita tentang kisah masa lalu –yang notabene- adalah hal ghaib? Dari sini kita dapat temukan hikmah mengapa keimanan kepada yang ghaib disebut sebagai ciri utama orang bertakwa, karena pada hakikatnya ia-lah pangkal dari semua bentuk cabang keimanan. </span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kemestian penyerahan semua kuasa dan kehendak kepada Allah Ta’ala, meski dalam situasi sulit. Teguran dari Allah kepada nabiNya karena lupa berkata “InsyaAllah”, menunjukkan keharusan hal demikian. Kedudukan kenabiannya tak membuatnya luput dari keharusan menyerahkan kuasa dan kehendak kepada Rabbnya. Namun demikian, kealpaannya sebagai manusia tak melepaskan status ke-maksuman-nya sebagai nabi, shallallahu ‘alaihi wasallam.</span></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b>Karakteristik khas Surah Al-Kahfi</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Surat ini memiliki karakteristik yang khas, dengan corak cerita yang mendominasi sebagian besar kandungannya. Ada 4 kisah utama yang tercantum secara apik dalam rangkaian ayat Surah Al-Kahfi ini;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kisah Ashabul-Kahfi (Penghuni Gua)</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kisah Shahibul Jannatain (Pemilik Dua Kebun)</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kisah Musa as dan Khadir</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kisah Lelaki Hebat yang berjalan ke pelosok bumi dari Timur hingga Barat</span></li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedangkan selebihnya adalah sedikit isyarat tentang kisah Adam as dengan Iblis, serta ayat-ayat yang menguatkan dan menekankan pentingnya kisah-kisah tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semua kisah tersebut, meski pelaku, latar dan plotnya berbeda, kata seorang ‘alim cendekiawan dari India, Abul Hasan An-Nadwy, terhubung oleh satu rangkaian tali yang mengikat secara keseluruhan dari awal hingga akhirnya, rangkaian tali tersebut adalah pergulatan antara keimanan dan materialism, [1] ia berkata, “<i>sesungguhnya surat Al-Kahfi menggambarkan kisah pertarungan antara dua teori, dua aqidah, dan dua suasana kejiwaan; pertarungan antara tunduk kepada materi dengan keimanan kepada Allah dan hal ghaib..., antara jiwa yang memandang segala hal berdasarkan sabab musabab materi dengan jiwa yang yakin dengan campur tangan Rabbani…</i>”. Karenanya, AnNadwy menambahkan, lafaz kunci yang menjadi ruh dari Surah ini terletak pada ayat; </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه</span> [الكهف : 39]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“…semua atas kehendak Allah, tiada kekuatan kecuali Allah…”</i> (39).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Cendekiawan lain berpendapat [2], tema utama yang mendominasi berbagai kisah dan fragmen yang tercakup dalam surat Al-Kahfi adalah; <b>perlindungan dari fitnah (ujian)</b> yang menguji dan menyerang agama dan keimanan seseorang, bahkan cendekiawan tersebut berpendapat bahwa nama Surat Al-Kahfi (Gua) mewakili tema ini, tema perlindungan. Gua dalam kisah Ashabul Kahfi menjadi tempat berlindung anak-anak muda dari tekanan dan konspirasi terhadap agama mereka yang dilancarkan oleh orang-orang kafir, dari titik ini ditarik kesimpulan bahwa berpegang teguh pada Kitabullah dan sunnah nabiNya menjadi tempat perlindungan dari berbagai ujian dan fitnah yang menyerang. Hal ini tergambar misalnya dalam ayat;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا</span> [الكهف : 27]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“…dan bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari kitab Rabbmu, tak ada yang mampu mengubah kalimat-kalimatnya, dan takkan pernah kau temukan selain darinya tempat berlindung…”</i> (27).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bagi para penikmat kedalaman dan keluasan makna Al-Qur’an, kesimpulan mana tema yang paling dominan dalam satu surah tak begitu penting, boleh jadi keduanya benar, karena ia semata hasil tadabbur (perenungan) yang notabene adalah hasil ijtihad, yang dapat digunakan sebagai kacamata pembantu untuk menyelami keterkaitan antar subtema, antar kisah, dan antar ayat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Secara global, keseluruhan surat ini berporos pada 3 hal utama;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b>Tashih (Perbaikan) Aqidah</b>, poin ini sangat kentara pada ayat pertama dan ayat terakhirnya; yang menegaskan tentang kebenaran wahyu, kepastian hari pembalasan, dan koreksi terhadap aqidah nasrani (trinitas). Aspek-aspek koreksi terhadap keyakinan manusia juga nampak secara eksplisit mengiringi di sela-sela kisah yang sedang diceritakan.</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b>Tashih (Perbaikan) Metode Berpikir</b>, poin ini nampak pada koreksi keras terhadap keyakinan yang dibangun di atas pola pikir yang salah, keyakinan tentang adanya anak bagi Allah Ta’ala yang bersumber dari keyakinan yang dibangun tanpa basis pengetahuan (ayat 4-5). Pada aspek lain, koreksi ini juga nampak pada penegasan bahwa pengetahuan –terutama tentang hal yang ghaib- harus dibangun di atas basis teologis yang benar (ayat 19), dengan menyerahkan pengetahuan mutlak semata kepada Allah.</span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b>Tashih (Perbaikan) Nilai Etika dengan Timbangan Aqidah</b>. Poin ini terungkap misalnya tatkala Allah menegaskan bahwa standar kualitas diukur dari amal terbaik <i>(ahsanu ‘amala),</i> bukan standar materi, bahkan ditegaskan bahwa materi justru menjadi ujian siapa pemilik amal terbaik (ayat 7-8).</span></li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hal terpenting yang mungkin menjadi kesimpulan semua hal di atas, pembentukan dan perbaikan persepsi dan cara pandang manusiawi kita agar selaras dengan persepsi Qur’ani adalah sebuah kemestian, karena karakteristik khas utama Al Qur’an –sebagimana kata sebagian cendekiawan- adalah <i>Kitabul Insaniyah</i> (Buku Pedoman Kemanusiaan).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu A’lam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jakarta, 070913</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Referensi;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[1] Ta’ammulat fi Surah Al-Kahfi, AnNadwy, sebagaimana dikutip Prof Dr Shalah Al-Khalidy dalam Ma’a Qashash Sabiqin (Kisah Orang-orang Terdahulu).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[2] Awashim minal Fitan fi Surah Al-Kahfi (Perlindungan dari Fitnah dalam Surah Al-Kahfi), Sh Abd Hamid Thahmaz.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-46515395933594769122013-07-19T02:43:00.000-07:002013-10-27T12:55:32.478-07:00Lantunan Istimewa Ramadhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Inspirasi Qur'ani</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">by; Faris Jihady</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ramadhan dan Al-Quran, dua kata yang sangat akrab, hubungan antar keduanya merupakan hal yang tertanam secara aksiomatis dalam persepsi setiap manusia. Ekspresi keakraban persepsi manusia muslim terhadap dua kata tersebut, tergambar dalam perilaku-perilaku positif muslim ketika menyambut Ramadhan dan tatkala memasukinya, meskipun latar belakang kaum muslimin yang berbeda dalam kapasitas pemahaman dan kesadaran agama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ekspresi berupa perilaku positif tersebut bermacam warnanya, ada yang tak pernah menyentuh mushaf suci tersebut, tatkala masuki Ramadhan nuraninya mulai tergerak untuk membuka dan membacanya, ada yang membacanya kadangkala saja, namun ketika bertemu Ramadhan semangatnya mulai menanjak terpacu untuk menambah intensitas, ada pula yang sudah biasa membaca secara rutin harian, ketika bertemu dengan Ramadhan bagai bertemu dengan momen besar yang sangat dirindu, ia pun menetapkan target-target kuantitas interaksi dengan Al-Quran sebagai ukuran capaian keberhasilan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ada baiknya kita membaca langsung bagaimana Al-Quran menggambarkan hubungannya dengan momen besar ini; bulan Ramadhan. Jika kita teliti beberapa ayat yang menggambarkan hubungan ini, secara eksplisit ia terungkapkan dalam dua shighat (bentuk);</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Shighat pertama; Al Quran disandarkan kepada Ramadhan sebagai satu bulan penuh. Ini terungkap dalam firman Allah;</span></li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“Bulan Ramadhan, saat dimana diturunkannya Al-Qur’an”</i> (AlBaqarah:185).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada ayat ini Allah memberitahu kita bahwa Ramadhan adalah keterangan waktu bagi turunnya Al-Qur’an.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Shighat kedua; AlQur’an disandarkan kepada Ramadhan dengan sebagiannya saja; tidak seluruhnya. Yang dimaksud dengan sebagiannya adalah satu malam dari malam-malam Ramadhan, yakni Lailatul Qadr. Al-Quran mengekspresikan momen ini dengan dua pilihan lafaz yang berbeda;</span></li>
</ul>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"></span><br />
<ol><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">
<li>Lailatul Qadr, dalam ayat;</li>
</span></ol>
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadr” (AlQadr:1)</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Lailah Mubarakah (malam yang diberkahi), dalam ayat;</span></li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“Sesungguhnya kami telah menurunkannya, pada malam yang diberkahi </i>(AdDukhan:3)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ayat-ayat tersebut menggambarkan pada pembacanya tentang hubungan yang istimewa dan khas antara dua hal ini; Al Quran dan Ramadhan; antara Kitab Allah yang paling mulia dengan momentum yang paling istimewa. Hubungan ini tampak sangat istimewa, karena takkan kita temukan momentum-momentum lain meskipun istimewa- yang dihubungkan oleh Allah Taala sedemikian rupa secara eksplisit dengan Al-Quran. Ibnu Katsir berkata -mengomentari ayat dalam Al-Baqarah- : "<i>Allah Taala memuji Ramadhan, dengan cara memilihnya diantara bulan-bulan yang lain untuk diturunkan Al-Quran"</i>, atau dengan kata lain; hal terpenting yang membuat Ramadhan begitu istimewa, bukan saja semata karena puasa, namun karena ia diistimewakan dengan dijadikannya momentum diturunkannya Kalam Allah yang membawa petunjuk bagi kemanusiaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hal yang lebih menarik yang menunjukkan keistimewaan hubungan ini, Allah tidak semata memilih Ramadhan menjadi momentum turunnya Al-Quran, namun Allah Taala juga memilihnya menjadi saat-saat khusus untuk <i>muraja’ah</i> (mengulang/review) Al-Qur’an yang berlangsung antara Jibril dan Rasulullah saw. Sebagaimana digambarkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“Rasulullah saw, adalah orang yang paling dermawan, kedermawanannya bertambah kita bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengulang bacaan Al-Quran. Saat ditemui Jibril, Rasulullah adalah lebih dermawan dari angin yang berhembus</i> (HR Bukhari).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pertemuan Jibril dengan Rasulullah saw tiap malam pada bulan Ramadhan, memberikan satu gambaran tentang pertemuan istimewa; istimewa karena pertemuan antara Rasul yang paling agung, dengan Malaikat yang paling agung, mengulang lantunan lafaz-lafaz Kalam Allah, Dzat yang Maha Agung.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pertemuan istimewa ini sangat membekas dalam diri Rasulullah saw, sebagaimana terekam dalam cerita Ibnu Abbas di atas; adalah kedermawanan nabi yang meningkat setelah bertemu Jibril. Anda lihat dan garisbawahi; ada korelasi yang sangat kuat antara murajaah (mengulang Al-Quran) dengan peningkatan kepedulian sesama berupa kedermawanan yang amat sangat, bahkan digambarkan lebih dari angin yang berhembus; menerpa siapapun tak terkecuali. Jika nabi saw saja sangat terpengaruh dari interaksinya dengan Al-Quran, bagaimana dengan hati-hati mukmin pengikutnya? Dari sini kebutuhan kita akan interaksi dengan Al-Quran ternyata lebih besar daripada apa yang selama mungkin kita bayangkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hal lain, yang dapat kita petik dari ayat-ayat dan hadits tersebut, adalah hubungan yang kuat antara bacaan Al-Quran dengan waktu malam. Itulah hikmah disyariatkannya shalat tarawih atau qiyam Ramadhan; yang khas dilakukan pada malam-malam bulan Ramadhan, dalam hal ini Ibn Taimiyah berkata; "<i>sesungguhnya maksud yang paling utama dari didirikannya shalat Tarawih adalah; agar Al-Quran dibaca sehingga kaum Muslimin mendengar lantunan Kalamullah di dalamnya"</i>. Sempurnalah Ramadhan dengan dua hal istimewa; shiyam (puasa) di siang hari, dan qiyam (mendirikan shalat) di malam hari dengan menikmati bacaan Al-Quran.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tersisa pertanyaan sederhana saat muslim memulai pengembaraan kenikmatannya bersama Al-Quran pada momen Ramadhan ini; apakah ini momen untuk memperbanyak kuantitas bacaan? Dengan mengejar target sekian kali khatam? Bagaimana dengan usaha tadabbur (usaha merenungkan makna) yang menjadi tujuan utama dari tilawah Al-Quran?. Jawabannya juga sederhana; dua hal (memperbanyak tilawah dan tadabbur) tersebut adalah amal shalih yang utama, bukan hal yang mengharuskan memilih salah satu dan mengabaikan yang lain. Pada saat diluar Ramadhan, keseimbangan dua hal ini menjadi kemestian, sebagian ulama mengibaratkan orang yang memperbanyak bacaan bagaikan orang yang berinfak dengan banyak dirham, sedang yang membaca dengan tadabbur bagai orang yang menginfakkan emas dan permata, meski sedikit. Ibnu Rajab Al-Hanbali, mengomentari hal ini jika sudah memasuki Ramadhan; pada waktu-waktu yang istimewa dan utama, seperti Ramadhan, khususnya malam Lailatul Qadr disunnahkan </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">memperbanyak bacaan Al-Quran, dalam rangka memanfaatkan momen keutamaan waktu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Tentu saja ungkapan Ibnu Rajab tak menihilkan usaha tadabbur, tetap saja kita tak boleh menghilangkan kualitas bacaan dengan tajwid yang baik, diiringi waktu khusus untuk menggali makna satu dua ayat meski tak sebanyak biasanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu Alam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Depok, 040713</span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-50872367176934442322013-06-10T08:08:00.000-07:002013-10-27T12:56:15.858-07:00Keberkahan Perspektif Al-Qur'an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Serial Inspirasi Qur’ani</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">By; Faris Jihady</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tak ada satu pun memungkiri, tentang asal muasal kata ini yang khas Arabic. Ia kemudian terserap dalam lidah berbagai bangsa, termasuk bahasa Indonesia. Kata ini –dalam bahasa asalnya- sudah memiliki makna asal <i>(haqiqah lughawiyah</i>/ hakikat kebahasaan) sebelum menjadi <i>haqiqah syar’iyyah</i> (lafaz syar’i).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Al Qur’an sebagai salah bentuk I’jaznya menggunakan lisan arab, kemudian menggunakan lafaz <span style="font-size: large;">برك</span>“b-r-k” dan mengembangkan maknanya, hingga terbentuklah satu persepsi khusus secara tetap dan utuh tentang makna yang merujuk pada kata tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lafaz <span style="font-size: large;">ب-ر-ك</span> “b-r-k” dan berbagai derivasinya terulang dalam Al-Qur’an sejumlah kurang lebih 30 kali. Ia terekspresikan dalam berbagai shighat (bentuk) [1] ;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kadangkala ia terucap dalam bentuk kata kerja (fi’il madhi) yang menunjuk masa lampau; dengan Dzat Allah Ta’ala sebagai subjek, tanpa adanya objek (intransitif) seperti;</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ [المؤمنون</span> : 14]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“<i>fatabaaraka (Maha Suci Allah), Pencipta yang paling baik”</i> (QS AlMu’minuun”, </span><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">atau; </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Allah sebagai Fa’il (subjek) dan makhluknya sebagai objek (transitif);</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا [الإسراء</span> : 1]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“<i>Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi (baarakna) sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami</i>”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kadangkala ia terungkap dalam bentuk kata sifat yang menyifati objek yang disebut sebelumnya secara beriringan, seperti; </span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ [ص</span> : 29]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah (mubaarak) supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai akal”</i>. Anda dapat lihat, Al-Qur’an disifati sebagai <i>mubaarak</i> (diberkahi).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tidak hanya AlQur’an, ada satu manusia hamba Allah, Isa alayhissalaam yang disifati sebagai mubaarak, </span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيّا وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا</span> [مريم : 31- 32]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><i>“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi (mubaarak) di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”</i>. Anda temukan, Isa alayhissalaam adalah seorang yang mubaarak sejak lahirnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ada kalanya ia terekpresi dalam bentuk ism masdar (invinitive, gerund), berupa lafaz “barakah” بركة dengan bentuk plural بركات . dapat anda temukan;</span></div>
<div dir="rtl" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: large;">وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْض</span> [الأعراف : 96]</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“<i>Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bum</i>i”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Demikianlah di antara sebagian <i>ta’bir</i> (ekspresi) qur’ani dalam mengungkapkan lafaz khas ini, tentu saja ada ekspresi-ekspresi lain yang belum diungkap. Setiap pembaca yang berusaha menyelami kedalaman makna dan rahasia-rahasia dalam ekspresi tersebut akan menemukan banyak kesimpulan penting, yang membawa pada persepsi yang utuh tentang makna yang dirujuk oleh lafaz “barakah” ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebelum kita sampai pada kesimpulan utuh, seorang cendekiawan ahli bahasa sekaligus mufassir besar, ArRaghib Al-Isfahani berkata tentang akar kata ini dalam lisan Arab; “asal kata <i>al-bark</i> bermakna dada unta, ketika unta duduk ia meletakkan dadanya melekat pada tanah. Tempat untuk menyimpan dan menahan air disebut birkah (kolam), karenanya barakah mengandung makna luzum (melekat terus menerus, tak berpindah)” [2].</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mari kita simpulkan secara perlahan; antara ayat-ayat di atas dengan tinjauan etimologis oleh Al-Isfahani tadi;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pertama, jika kita cermati lebih dalam pada beberapa ayat AllahTa’ala menyebut DzatNya dengan Tabaaraka (Maha Suci). Dia juga menyebut DzatNya sebagai pihak yang memberkahi (baarakna) makhluknya. Ini memberikan satu makna penting, bahwa pada dasarnya makna utama dari barakah adalah <i>“al-khayr al-ilaahiy”</i> (kebaikan ilahiy), kebaikan yang bersumber dari DzatNya, Allah Ta’ala. Oleh karena ia bersumber dariNya, ukuran kebaikannya pun bukan ukuran manusiawi kita yang terbatas, namun diukur dengan standar ilahiy, dan karena sumber keberkahan –Allah Ta’ala- tak mungkin dirasa, dihitung, dan dibatasi panca indera, maka setiap kebaikan yang bertambah berupa non inderawi disebut <i>barakah</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kedua, Al-Qur’an disebut mubaarak, Kalamullah yang diberkahi, karenanya ia merupakan sumber al-khayr al-ilaahiy yang tak berbatas, namun dengan syarat yang harus dipenuhi, yakni, <i>“supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya (tadabbur) dan supaya orang-orang berakal mengambil pelajaran”</i>. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ketiga, <i>al-khayr al-ilaahiy</i> ini Allah limpahkan pada makhluknya, bukan semata begitu saja, ia memerlukan satu kesinambungan amal, Isa alayhissalaam disebut sebagai mubaarak, diiringi dengan karakter khas yang melekat pada dirinya, <i>“memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku”</i>. Allah juga ungkapkan, <i>“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”</i>. Anda garisbawahi, shalat, zakat, iman, takwa adalah proses amal yang berkesinambungan, yang harus diusahakan dengan komitmen dan konsistensi. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Keempat, di antara bentuk kasih sayang Allah kepada makhluknya, adalah Dia istimewakan beberapa tempat dan waktu, selain untuk menunjukkan kedudukan tempat dan waktu tersebut di sisiNya, hal ini juga memberi kesempatan para hambaNya untuk mereguk al-khayr al ilaahiy tersebut. Karenanya, Allah sebut Lailatul Qadr sebagai <i>“Lailah Mubarakah”</i> (QS AdDukhan: 3), sebagaimana ia sebut Masjidil Aqsha dengan “<i>baarakna haulahu</i>” "kami berkahi sekitarnya/sekelilingnya”. Tentu saja penyebutan Lailatul Qadr dan Al-Aqsha bukan berarti hanya itu, namun ia mewakili tema ini, tentang pengistimewaan beberapa waktu dan tempat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kelima, penggabungan makna dasar barakah dengan tinjauan etimologis Al-Isfahani tadi, mengantarkan kita pada satu kesimpulan utama, bahwa terwujudnya “<i>barakah</i>” adalah tatkala kebaikan ilahiy tersebut selalu melekat, selalu ada, tak berpindah, dan tak berubah. Karenanya Al-Isfahani melanjutkan etimologisnya dengan makna syar’inya, bahwa barakah adalah; <i>“tetap melekatnya kebaikan ilahiy dalam sesuatu hal”</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terakhir, penegasan persepsi yang utuh tentang makna barakah ini memberi satu pedoman penting bagi setiap muslim tentang cara pandang, pola pikir dan bangunan persepsi, hendaknya setiap muslim menyesuaikan cara pandang dalam mengukur kebaikan selalu mengukur –pertama kali- dengan ukuran ini, ukuran syar’i, ukuran yang qur’ani. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">_______________________________________________</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu a’lam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Riyadh, 100613</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[1] Al-Mu’jam Al-Mufahras li Ma’anil Qur’aan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">[2] Al Mufaradat fi Gharibil Qur’an</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-12299001672326512572013-06-05T03:44:00.001-07:002013-10-27T12:56:32.400-07:00Tentang Cita, Harapan, dan Kepemimpinan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Apa cita dan harapanmu?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Suatu kali Pemimpin Besar itu, duduk bersama para sahabatnya, lantas ia berkata; "Bercita-citalah kalian, dan beritahu aku"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Seorang berkata; "aku bercita-cita memiliki rumah dengan seisi emas, kemudian aku infakkan"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Seorang lain menimpali; "aku ingin rumah berisi permata kemudian ku sedekahkan"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kumpulan orang terbaik itu berkata pada Sang Pemimpin; "sedangkan engkau, apa cita-citamu wahai Amirul Mukminin?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sang Pemimpin, -putra Al-Khattab, menjawab; "aku menginginkan sebuah rumah yang dipenuhi prajurit sekualitas Abu Ubaydah ibn Al-Jarrah"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setiap jiwa memiliki cita, cita itulah yang yang menggambarkan kualitas jiwa pemiliknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Fragmen singkat tersebut adalah gambaran kualitas jiwa komunitas manusia terbaik. Kau lihat, tak kau temukan cita yang egois berorientasi pemenuhan kehendak syahwat sesaat. Justru yang kau dapati adalah cita dan harapan besar, berhias semangat pengorbanan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tentu saja, dalam komunitas terbaik ada perbedaan kualitas, terutama antara Pemimpin dan Yang Dipimpin, kau dapat lihat apa yang dicitakan oleh Sang Pemimpin; ia inginkan komunitas manusia terbaik lain, sekualitas Panglima Terbaiknya, Abu Ubaydah, <i>Amiinu Hadzihil Ummah</i> (Orang Kepercayaan Ummat ini). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Apakah keinginannya terwujud? Tentu saja, namun itu tak begitu penting, lebih penting adalah bagaimana cara Sang Pemimpin mewariskan cita dan harapan kepada sahabat, pengikut dan generasi kemudian, dan bagaimana ia mengajarkan bagaimana seharusnya cita dan harapan dibangun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Merenung kisah ini, kau dapati benar adanya sabda Manusia Terbaik, <i>shallAllahu 'alaihi wa Sallam</i>; "manusia itu bak seratusan ekor unta, nyaris saja tak kau dapati seekor <i>rahilah</i>"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">*<i>rahilah</i>: unta pemikul beban</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Wallahu A'lam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Riyadh, 050613</span></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7471532690648010393.post-14449053264617657682013-05-28T04:44:00.000-07:002013-10-27T12:56:53.484-07:00“Samaa’ul Qur’aan (Mendengarkan Al-Qur’an)” *<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">By: DR Abdullah As-Sufyani</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Translated by: Faris Jihady, Lc</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Bismillahirrahmanirrahim</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Alhamdulillah, wa shallallahu ‘alaa rasuulihi wa mushtafaah..waba’du</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Suaranya yang jernih memecah keheningan fajar, membuka pagi dengan nafas AlQur’an. Pada tiap lantunannya ada angin sejuk yang mengikat ruh, awan bening yang mencuci bersih jiwa, dan mengembalikan padanya nilai sebenar dari kehidupan.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Ayat terakhir yang dibacanya adalah perkataan Haq ini;</span></span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;"><span style="line-height: 18px;"><b>وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا [الإسراء : 106]</b></span></span></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><i>Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.(QS Al-Isra:106)</i></span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Lantunan itu berhenti dalam diam, lamat-lamat hilang bagaikan kabut yang menghilang perlahan dari pandangan mata, dan lenyap di ufuk langit.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"></span></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sedangkan aku, -bersamaan dengan berhentinya bacaan- baru memulai rihlah (pengembaraan) makna…</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Tiga kata pertama dari ayat terakhir tersebut, membuatku terhenti merenung;</span></span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;"><span style="line-height: 18px;"><b> وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ</b></span></span></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">(Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya)</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Aku mengulang-ulangnya nyaris berbisik, larut dalam kedalaman makna dan dentingannya yang menakjubkan, menciptakan efek kejut yang menyeruak melalui telinga dan masuk ke kedalaman jiwa.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Kau –pastinya- mendapati bahwa penjelasanmu tak cukup untuk menyingkap rahasianya, tak pula mampu kau ungkapkan apa yang kau rasa berupa “guncangan” dalam dirimu, kau pun tak kuasa kecuali semata mendengar baik-baik suaranya yang bergelombang dalam dirimu bagai ombak menderu di samudera luas.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Memoriku kembali ke masa lampau, saat ku bertanya pada sebagian teman; “mengapa kita tak punya majelis khusus semata untuk mendengarkan AlQur’an -saja- ? mengapa kita tak duduk melingkar di masjid seusai shalat, semata untuk mendengarkan seorang Qari’ dengan suara jernih melantunkan ayat AlQur’an?”</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Kita telah melewati sekian lama dari hidup kita, duduk melingkar berporos kepada para khatib, ulama, ahli nasehat, mendengar perkataan makhluk, namun kita tak pernah –atau tak banyak- duduk melingkar dengan tenang laksana tenangnya gurun pasir, mendengarkan turunnya hujan Qur’ani yang membasahi tanahnya..</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Ayat tersebut, -yang tercantum dalam Surat Al-Isra, mengandung inspirasi menakjubkan, yang mengisyaratkan pada makna yang telah hilang dari perhatian kita. Ayat tersebut mendeskripsikan AlQur’an dengan dua sifat, kemudian meminta kepada Rasul saw dua hal terkait dengan dua sifat tersebut.</span></span><br />
<br />
<ul>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px;">Sifat pertama; AlQur’an adalah bacaan; sesuatu yang dibaca, sebagaimana ia ternamai demikian <b><span style="font-size: large;">وَقُرْآنًا</span></b></span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px;">Sifat kedua; AlQur’an tak diturunkan sekaligus, ia diturunkan berangsur-angsur, sepotong demi sepotong <b><span style="font-size: large;">فَرَقْنَاهُ</span></b></span></li>
</ul>
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Karena AlQur’an itu;</span></span><br />
<br />
<ul>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px;">Bacaan, maka bacakanlah ia kepada manusia; orang lain </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: large; line-height: 18px;"><b>لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ</b></span></li>
<li><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px;">Turun berangsur, maka bacalah ia secara perlahan </span><b style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px;"><span style="font-size: large;">عَلَى مُكْثٍ</span></b></li>
</ul>
<br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Ayat ini secara eksplisit dan terang, memberitahu kita bahwa AlQur’an turun “agar kau membacakannya kepada manusia”, karenanya, apakah kita membacakan AlQur’an kepada manusia dan memperdengarkan pada mereka kalam Rabb mereka?</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Ayat ini juga secara jelas, tatkala kita melakukan tugas “membacakan”, hendaknya dibaca secara perlahan; ‘alaa mukts <b><span style="font-size: large;">على مكث</span></b>. <i>AlMukts</i> <b><span style="font-size: large;">المكث</span></b> bermakna: <i>AlHuduu</i> (tenang) dan <i>AtTu’adah</i> (perlahan).</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Lafaz ini, AlMukts <b><span style="font-size: large;">المكث</span></b> secara halus dan lembut digunakan, bagaikan angin sejuk yang memeluk relung hati terdalam. Kemudian jika kau perdalam pandanganmu –sekali lagi- dan tanya dirimu; “Mengapa ungkapan Qur’ani mengutamakan penggunaan <span style="font-size: large;"><b>المكث</b></span> dibandingkan yang lain? Seperti <i>AlHuduu</i> <b><span style="font-size: large;">الهدوء</span></b> atau </span></span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px;">AlButh’ </i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 18px;"><b><span style="font-size: large;">البطء</span></b>, misalnya”?</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Kau akan temukan –dari lafaz tersebut- makna dan rahasia menakjubkan, ternyata <b><span style="font-size: large;">المكث </span></b>mengandung makna “<i>intizhar</i>”; <b>menunggu</b> dan <b>tak terburu-buru</b>. Makna ini secara eksplisit dikuatkan dalam berbagai literatur kebahasaan. Dalam <i>Mu’jam Al-Maqaayiis</i>: “<i>Miim Kaaf Tsa,</i> kata yang merujuk kepada makna berhenti dan menunggu” (5/345).</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sikap Intizhar; “menunggu” inilah yang mendorong Rasulullah saw –pemilik mukjizat ini- , dan pengikutnya –para pemikul AlQur’an/ hamalatul Qur’an-, untuk membacakan AlQur’an kepada manusia, kemudian menunggu, bersabar, dan konsisten berkesinambungan, karena dengan menunggu dan perlahan dalam membaca itulah akan muncul <i>lahzah mawaatiyyah</i> (saat yang menentukan) di mana ayat-ayat tersebut akan menguasai jiwa-jiwa manusia.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Jika kau bandingkan makna tersebut dengan firman Allah;</span></span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;"><span style="line-height: 18px;"><b>إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ [ق : 37]</b></span></span></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><i>Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya</i></span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Kau dapat lihat bahwa dzikraa “peringatan” lahir dengan renungan hati dan fokusnya pendengaran. Coba perhatikan ungkapan qurani ini<b><span style="font-size: large;"> ألقى السمع</span></b> <i>alqaa assam’a </i>“menggunakan pendengaran” yang diutamakan dibandingkan semata <b><span style="font-size: large;">استمع</span></b> <i><span style="font-size: large;">istama’a </span></i>“mendengar”, karena ketika “menggunakan pendengaran” diiringi dengan hadirnya hati, akan lahir dzikraa “ingat” yang merupakan puncak dari kehidupan hati.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sesungguhnya mendengarkan AlQur’an adalah hidayah (petunjuk) agung yang seringkali kita lalaikan. Ia berbeda dengan ta’allum (belajar), bukan pula hifzh (menghafal) AlQur’an, tentu saja, masing2 ada kebaikannya. Namun tema “mendengarkan AlQur’an” sangat nampak dalam nash Qur’ani dalam kemasan yang menarik perhatian.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Boleh jadi, jika anda renungkan AlQur’an, anda akan dapati rahasia didahulukannya <i>Sama’ </i>(dengar) atas <i>Bashar</i> (melihat) dalam mayoritas ayat-ayatnya, karena pendengaran merupakan jendela pengetahuan yang paling berpengaruh dalam mengarahkan akal manusia.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sesungguhnya Allah Ta’ala mewahyukan kitab mukjizat kepada nabiNya saw, dan diantara kemukjizatannya adalah bahwa AlQur’an membawa bukti kenabiannya berupa apa yang tak ada pada dirinya, maka ketika lafaz-lafaz AlQur’an yang diucapkannya bergetar mengangkasa dan ditangkap oleh telinga-telinga yang sadar, pasti mereka paham akan bukti bahwa ada “sesuatu” yang tak biasa yang tak pernah ada sebelumnya, mengalir dalam untaian kalimatnya.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Karenanya, Allah perintahkan nabiNya untuk menegakkan hujjah (argumentasi) kepada musyrikin Arab, dimana puncak dari hal ini adalah memperdengarkan kalam mukjizat ini;</span></span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;"><span style="line-height: 18px;"><b>{وإنْ أحدٌ مِنَ المشرِكينَ استجارَكَ فأَجِرْهُ حتى يسمعَ كلامَ اللهِ ثم أبلِغْهُ مَأمَنَهُ}. [التوبة: 6]</b></span></span></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><i>Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya...(QS AtTaubah:6)</i></span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sesungguhnya itulah “saat yang menentukan” untuk menawarkan dakwah dan menegakkan hujjah (argumentasi), dan pilar utamanya adalah “mendengarkan kalam Allah”, dan renungkanlah bagaimana ungkapan Qur’ani dalam ayat tersebut lebih menggunakan istilah <b><span style="font-size: large;">كلام الله</span></b> “Kalam Allah” dibandingkan <i>“AlQur’an”</i> atau <i>“Kitab”</i> atau <i>“AzZikr”</i>, karena siapapun pendengar tatkala mendengarnya pasti langsung memahami bahwa yang didengar adalah “Kalam Allah”, dan siapa yang mendengar “Kalam Allah” maka ia berhak untuk mendapatkan tempat aman. Sementara itu, kita masih hidup dalam situasi ketakutan dan belum sampai “tempat aman”, karena –sampai saat ini- kita masih minimal dalam “mendengarkan dan memperdengarkan AlQur’an”.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sesungguhnya harapan terpatri agar kita kembali membaca ulang dan mereview pandangan kita akan tema “mendengar dan memperdengarkan AlQur’an”, kita telah banyak dengar selain AlQur’an. Kita sudah sering tertakjub pada kalam manusia karena kefasihannya, tertawan oleh kesusastraannya, namun ia semata ketakjuban sesaat yang akan hilang seiring hilangnya pengucapnya, dan terhenti seiring habis huruf-hurufnya.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sedangkan “mendengarkan Kalam Allah” menciptakan dalam jiwa manusia “guncangan” yang takkan habis, ketakjuban tiada henti, dan keberkahan yang menaungi pendengarnya dengan petunjuk dan kesalehan. Betapa sejarah dakwah telah mencatat kisah-kisah dimana “mendengar” AlQur’an merupakan “awal mula” kehidupan pendengarnya.</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Akankah harapan ini terwujud, kita dapat menyaksikan majelis-majelis di rumah-rumah Allah dikelilingi oleh manusia agar mereka “mendengar Kalam Allah”, dengan suara ringan tak dipaksa, yang tak dicampuri oleh perkataan manusia? Kita ingin mewujudkan makna sebenarnya dari petunjuk Qur’ani yang berkata;</span></span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;"><span style="line-height: 18px;"><b>وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا (الإسراء : 106)</b></span></span></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Wallahu A’lam</span></span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">*terjemah bebas dari artikel yang ditulis oleh DR Abdullah AsSufyani, cendekiawan dan pemikir muda Arab Saudi, http://nama-center.com/ActivitieDatials.aspx?ID=229</span></span><br />
<br /></div>
</div>
faris jihadyhttp://www.blogger.com/profile/00332709930172597775noreply@blogger.com0