Thursday, August 28, 2014

Mengenal I’jazul Qur’an (Kemukjizatan AlQur'an)

Faris Jihady, Lc

Kemukjizatan AlQur’an adalah konsep dasar aksiomatis yang dipahami dan diyakini setiap muslim. Ia menjadi pembahasan para cendekiawan sepanjang sejarah AlQur’an sejak diturunkannya hingga masa modern.
Konsep dasar dari pembahasan I’jaz AlQur’an (kemukjizatan AlQur’an) adalah bahwa AlQur’an menjadi bukti dari kebenaran kenabian dan risalah Nabi Muhammad saw, dan tiada sesuatu pun atau seorang pun yang dapat mendatangkan yang semisal dengannya, baik secara keseluruhan atau sebagian.

Sunday, August 24, 2014

Tadabbur #tentang kuasa

oleh: Faris Jihady

{قل اللهم مالك الملك تؤتي الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيء قدير} [آل عمران : 26]

Ayat yang sering membasahi lisan kita tiap harinya, bermakna perintah pada nabi (dan pengikutnya) untuk mendeklarasikan hal ini.

Ia adalah zikir, alarm, tentang hakikat sebenar siapa Pemilik Kuasa, bagaimana Dia mempergunakan kuasa, & memecah-mempergilirkan kuasa.

Saturday, July 19, 2014

Tadabbur Surah Al-Ikhlas

Dari Tauhid menuju Cinta

Pengembaraan manusia dalam proses mengenali Tuhannya adalah proses yang dinamis, ia tak pernah berhenti begitu saja, karena kecenderungan beriman kepada Tuhan adalah inheren dan natural sejak ia dilahirkan, fitrah, sebagaimana agama menyebutkannya demikian.

Seorang cendekiawan besar Andalusia abad pertengahan, As-Syatibi (w 790 H), pernah bertutur; “manusia pada umumnya tak berselisih tentang keberadaan Yang Mengatur mereka, Yang Menciptakan mereka, namun mereka berselisih dalam mendefinisikannya; siapa. Sebagian mereka mendefinisikannya dalam hitungan dua atau lima, alam atau masa, atau benda-benda di langit, ada pula yang menuhankan manusia, pohon, bebatuan, bahkan apa yang dipahat oleh tangan mereka sendiri”. Kecenderungan akan keberadaan Tuhan –bahkan seorang yang mengaku atheis pun- takkan bisa mengingkarinya, sebagaimana Charles Darwin berkata; “dalam puncak pergolakan hatiku, tak pernah sekalipun aku atheis  dalam arti ingkari wujud Tuhan”.

Mendefinisikan Tuhan –Ma’rifatullah- adalah tujuan utama dari diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Karena mendefinisikan Tuhan tak bisa dijelaskan kecuali oleh Tuhan itu sendiri, sebab manusia hanya bisa mendeskripsikan dan membayangkan apa yang pernah dilihatnya. Sedangkan hakikat Tuhan tak pernah dilihat oleh makhlukNya karena itu Dia tak bisa dideskripsikan dalam versi apapun imajinasi manusia, karenanya Dia tetapkan kaidah; “Laisa Kamitslihi Syai’” ليس كمثله شيء, tak ada sesuatu pun yang menyerupaiNya”.  Al-Ikhlas adalah wahyu Allah Ta’ala yang Dia turunkan untuk menjawab secara lugas dan tegas akan pencarian tentang definisi diri-Nya. Mayoritas riwayat menyatakan rangkaian ayat-ayat suci ini dilatari oleh pertanyaan-pertanyaan orang Quraisy tentang definisi Tuhan; “Wahai Muhammad, sebutkan nasab Tuhanmu!?” turunlah rangkaian ayat ini sebagai jawaban ringkas, lugas dan tegas tentang definisi Tuhan.

Friday, March 7, 2014

Serpihan Pemikiran Seputar Kunjungan ke Pameran Buku / Book Fair

Oleh: Faris Jihady

Menyambut pameran buku yang nyaris berbarengan di dua negeri; Tanah Air (Islamic Book Fair, Jakarta 28/2 – 9/3) dan Tanah Perantauan (Riyadh International Book Fair, 5/3-15/3) saya ingin berbagi serpihan  pemikiran seputar buku dan optimalisasi manfaatnya.

Kita ingin dengan ilmu dan informasi yang kita raih melalui buku, tentu saja kita menginginkan kemanfaatan maksimal, khususnya dalam membentuk karakter kepribadian dan karakter ilmiah kita, sehingga melahirkan sikap yang tepat berdasarkan standar ilmiah dalam menyikapi setiap persoalan kehidupan.

Sebagai muslim tentu saja prioritas utama manfaat haruslah pada aspek agama, kemudian selanjutnya pada pengetahuan-pengetahuan lanjutan seputar spesialisasi akademis dan kecenderungan pengetahuan ataupun skill teknis kita.

Friday, January 10, 2014

Tadabbur Surah AnNaas

Surat AnNaas dan Persepsi Manusia

Inspirasi Qur'ani

Surat ini secara umum memberikan pemahaman yang sangat penting dan mendasar, serta mengoreksi pemahaman dan persepsi manusia yang secara alamiah terbangun tanpa sadar dalam benaknya.

Pemahaman yang sangat penting dan mendasar tersebut adalah tentang 2 hal;
1. Hakikat Tuhan, Allah Subhanahu wa Ta’la
2. Hakikat Manusia, dan hubungannya dengan dua pihak; Tuhannya, Allah Ta’ala, dan musuhnya, syaithan

Bagi manusia yang sedang membangun persepsi dan keyakinannya tentang ketuhanan, kemanusiaan dan hubungan antar keduanya, perenungan surat ini menjadi penting. Karena diatas persepsi yang benar inilah segala tindak-tanduk, cara berpikir dan berperilaku dibangun dan dibiasakan dengan cara yang benar.

Persepsi dan keyakinan ini pun diperolehnya harus dari sumber tunggal; karena itulah Allah mengawali surat ini dengan talqin (dikte) berupa kata قل  Qul “katakanlah”, demi menihilkan sumber lain dalam membangun persepsi dan keyakinan, semata bersumber wahyu, bukan hasil rekaan dan mitos turun temurun.