Serial Inspirasi Qur’ani
By; Faris Jihady
Tak ada satu pun memungkiri, tentang asal muasal kata ini yang khas Arabic. Ia kemudian terserap dalam lidah berbagai bangsa, termasuk bahasa Indonesia. Kata ini –dalam bahasa asalnya- sudah memiliki makna asal (haqiqah lughawiyah/ hakikat kebahasaan) sebelum menjadi haqiqah syar’iyyah (lafaz syar’i).
Al Qur’an sebagai salah bentuk I’jaznya menggunakan lisan arab, kemudian menggunakan lafaz برك“b-r-k” dan mengembangkan maknanya, hingga terbentuklah satu persepsi khusus secara tetap dan utuh tentang makna yang merujuk pada kata tersebut.
Lafaz ب-ر-ك “b-r-k” dan berbagai derivasinya terulang dalam Al-Qur’an sejumlah kurang lebih 30 kali. Ia terekspresikan dalam berbagai shighat (bentuk) [1] ;
Kadangkala ia terucap dalam bentuk kata kerja (fi’il madhi) yang menunjuk masa lampau; dengan Dzat Allah Ta’ala sebagai subjek, tanpa adanya objek (intransitif) seperti;
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ [المؤمنون : 14]
“fatabaaraka (Maha Suci Allah), Pencipta yang paling baik” (QS AlMu’minuun”, atau; Allah sebagai Fa’il (subjek) dan makhluknya sebagai objek (transitif);
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا [الإسراء : 1]
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi (baarakna) sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami”.