Sunday, November 24, 2013

Kisah-kisah Qur’ani; Sebuah Pengantar

oleh: Faris Jihady

Serial Inspirasi Qur'ani

Tidak ada yang mengingkari betapa pentingnya kisah dalam tradisi lisan manusia, terlebih dalam tradisi kesusastraan. Kisah atau cerita merupakan salah satu cara terbaik dalam mewariskan makna, kesan, dan pesan yang mendalam dalam jiwa pendengar dan penyimaknya.

Kisah atau cerita dalam tradisi lisan manusia, umumnya menjadi konsumsi pembicaraan khalayak umum, karenanya kebenaran faktual dalam kisah atau cerita tak begitu penting. Yang terpenting adalah aspek artistik kisah tersebut yang dikemas dengan diksi, penggambaran latar suasana, penempatan tokoh, pengaturan alur dan seterusnya, agar ia menjadi semenarik mungkin di telinga pendengar atau di benak pembaca. karenanya dapat disimpulkan secara sederhana, seni kisah merupakan seni “mencipta peristiwa”, yang boleh jadi bersumber dari peristiwa yang bercampur dengan renungan dan imajinasi pemilik cerita.

Kisah Qur’ani sangat berbeda dari definisi standar di atas, ia bukan semata layaknya “karya seni sastra” semata yang bertujuan “seni sastra”, tetapi lebih dari itu ia mengandung tujuan kutural-religius sekaligus, yang membangun persepsi tentang Sunnatullah (hukum-hukum ilahi) yang berlaku dalam kemanusiaan, berbasiskan kaidah iktibar dan perenungan. 

Tuesday, November 12, 2013

Catatan Ringan tentang Revolusi Suriah*

oleh: Faris Jihady

Revolusi Suriah telah berlangsung lebih dari dua tahun sejak awal meletusnya pada Maret 2011. Perlawanan rakyat Suriah terhadap rezim diktator bertangan besi melahirkan tragedi berkepanjangan yang belum diketahui kapan akan berakhir. Tragedi yang mengorbankan jiwa dan materi yang tidak sedikit, tercatat per Mei 2013, lebih 69 ribu jiwa telah menjadi korban tewas, sementara jutaan pengungsi meninggalkan negaranya menuju perbatasan Suriah-Yordania, atau Suriah-Turki. Belum lagi porak-porandanya infrastruktur dan struktur sosial, membuat rakyat Suriah tak lagi berpikir bagaimana membangun kehidupan, disebabkan hilangnya rasa aman dan sumber mata pencaharian.

Sorotan kamera dan liputan media internasional serta berbagai analisisnya mengiringi revolusi ini sebagai kelanjutan Arab Spring yang belum selesai. Boleh jadi bagi sebagian orang, terutama yang jauh dari Timur Tengah cerita tentang Suriah sudah biasa, dan bahkan bosan, serta menganggap Revolusi Suriah semata konflik politik antara Pemerintah dan Oposisi yang belum menemukan titik temu tawar menawar.

Jelang akhir Agustus 2013, ketika mata dan perhatian dunia banyak tertuju kepada Mesir yang sedang mengalami kemunduran demokrasi dan kemanusiaan luar biasa, pembantaian yang di luar batas kemanusiaan terjadi lagi –setelah sekian kali terjadi-  membuat mata dan perhatian dunia yang sejenak focus pada Mesir, kembali menoleh kepada tetanggany yang tak jauh dari sana, Suriah. Di kota kecil, Ghautah pinggiran Damaskus, pasukan rezim Basyar Assad membantai rakyatnya menggunakan senjata kimia, dengan tujuan menaklukkan wilayah yang sudah dikuasai oposisi. Penggunaan senjata kimia yang diduga adalah Gas Sarin, mengorbankan ribuan jiwa; kurang lebih 1400 jiwa meninggal, 450an diantaranya adalah anak-anak. Dalam tayangan yang diunggah ke Youtube, para korban meninggal secara perlahan, tanpa darah dan luka dengan wajah yang pucat.

Suriah kembali sorotan pasca pembantaian Ghauthah, isu ini membuat Dunia Internasional kembali mengecam, mendorong Pemerintahan Amerika Serikat menggalang opini dunia dan dukungan sekutunya untuk menyerang Suriah yang menurutnya bertujuan melumpuhkan kekuatan militer rezim diktator Assad. Beberapa sekutunya tergerak mendukung; Prancis secara terang-terangan mendukung serangan, sedangkan Turki yang selama ini menjadi salah satu pihak sentral dalam konflik Suriah dengan dukungan terbuka terhadap oposisi, bahkan mendorong AS untuk segera merealisasikan invasinya, Inggris tak jadi mendukung Amerika karena tak dapatkan legitimasi dari parlemennya. Negara-negara Besar pun terbelah, PBB berusaha mencegah terjadinya serangan AS ke Suriah. Sedangkan Rusia dan Cina, sebagai sekutu dan pelindung utama Suriah, menentang keras rencana invasi ke AS, yang membuat polarisasi antar negara adidaya di PBB semakin nampak. Pada saat Dunia Internasional berdebat keras, rakyat Suriah terus mengalami pembunuhan, pembantaian dan perampasan terhadap hak asasinya yang paling sederhana; hak untuk hidup bebas, tanpa tahu masa depan mereka akan seperti apa.