Sunday, February 21, 2016

Muslim Menghadapi Musim Dingin

Oleh: Faris Jihady, Lc

Masyarakat Dunia saat ini umumnya menghadapi perubahan cuaca yang cukup ekstrim, sebagian besar kita sudah melewati perpindahan musim dari musim panas ke musim dingin, khususnya di negara-negara non-tropis di sebelah utara khatulistiwa.

Perubahan musim tak mengecualikan kaum Muslimin sebagai salah satu entitas terbesar ummat manusia yang secara rutin melewati musim ini, khususnya pada penghujung tahun dan masuknya awal tahun berikutnya. Perubahan musim berefek pada fisik, mental sekaligus pola hidup manusia.

Seorang muslim menghadap perubahan musim khususnya memasuki cuaca yang dingin lagi ekstrim tentu saja memiliki kekhasan dan karakter tersendiri yang menunjukkan kualitas pribadi sebagai muslim.

Ada beberapa hal yang patut menjadi tadzkirah (peringatan) dan renungan saat kita memasuki musim dingin

Momentum Bertafakkur

Sudah sepatutnya kita menjadikan pergantian musim ini sebagai sarana bertafakkur (menggerakkan akal pikiran) dalam menyaksikan tanda-tanda Allah yang terjadi secara nyata dan begitu terasa di hadapan kita. Kulit yang sebelumnya terasa hangat sesaat kemudian harus beradaptasi dengan dinginnya cuaca yang menusuk tulang. Angin kencang yang berhembus yang Allah kirimkan mampu menyejukkan atau bahkan merobohkan bangunan terkuat. Turunnya hujan deras sebagai tanda pergantian musim kemudian diiringi dengan salju di sebagian tempat mengingatkan kita tentang pentingnya air sebagai sumber kehidupan, ternyata ia telah dijadwalkan turunnya oleh Allah Ta’ala, kapan dan dimana dia akan turun dan membasahi bumi.

Musim dingin juga sarana bagi muslim agar hati dan jiwanya selalu terkait dengan akhirat. Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah saw menamai hembusan cuaca dingin ini dengan “nafasnya neraka”;

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله : { اشتكت النار إلى ربها فقالت: يا رب. أكل بعضي بعضاً فجعل لها نفسين؛ نفس في الشتاء ونفس في الصيف فشدة ما تجدون من البرد من زمهريرها وشدة ما تجدون من الحر من سمومها } رواه البخاري  

Rasulullah bersabda: “neraka mengadu –akibat panasnya yang begitu mendidih- kepada Rabb-Penciptanya; wahai Rabb, sebagian diriku saling membakar satu dengan yang lain. Maka Allah pun menghendaki neraka memiliki dua nafas; nafas di musim dingin, dan nafas di musim panas. Kalian dapati dahsyatnya dingin yang menggigit adalah bagian dari zamharir-nya neraka (hembusan dingin menusuk tulang), sedangkan yang kalian dapati dari sengatan panas di musim panas adalah bagian dari sumum-nya neraka (gejolak mendidih)” (HR. Bukhari dan Muslim).


Inilah barangkali hikmah dari penyebutan istilah yang sama tentang kenikmatan yang didapati ahli surga dalam QS Al-Insan: 13

مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا – الإنسان : 13

mereka bersandar di atas dipan-dipan, mereka tidak merasakan sengatan matahari, dan tidak pula merasakan zamharir (hembusan dingin menusuk tulang)“.

Pergantian musim juga merupakan peringatan manusia bahwa usia manusia pada dasarnya semakin berkurang, bukan semakin bertambah. Barangkali manusia lupa sudah berapa kali musim dingin ia lewati, berapa kali musim panas ia alami. Tak kurang seorang ulama tabi’in besar Al-Hasan Al-Bashri berkata; “wahai manusia, sesungguhnya engkau tak lebih dari kumpulan hari-hari, jika berlalu sebagian hari, berlalu pula sebagian dari dirimu”. 

Musim Dingin dan Solidaritas

Selain dingin yang menusuk mesti mengingatkan kita pada Maha Pencipta Waktu, Pengatur Musim, dan dinginnya azab neraka yang akan meremukkan tulang-belulang kita, musim dingin juga menjadi sarana pengingat solidaritas dan kepedulian terhadap saudara sesama manusia yang tak dapat menghangatkan diri dengan selimut dan makanan yang cukup. Setiap kali kita menyalakan penghangat dan makan makanan lezat, semestinya kita perlu terus bersyukur dan kemudian menyisihkan sebagian yang kita punya untuk mereka yang kesulitan terlebih di tengah dingin yang menggigit.

Musim dingin sebagai salah satu fenomena alam adalah keniscayaan bagi sebagian tempat di muka bumi. Padanya seharusnya seorang muslim mendapatkan tadzkirah (peringatan), sekaligus jadi bahan renungan untuk semakin mendekatkan diri pada Allah. 

Beberapa Hukum Yang Mesti Diperhatikan
Musim dingin identik dengan air yang dingin, karena itu seringkali kita enggan memperkuat ibadah khususnya yang diawali dengan menyentuh air (berwudhu). Ada beberapa panduan hukum yang bisa menjadi perhatian:
  1. Air hujan pada dasarnya suci dan mensucikan. Sehingga dapat digunakan untuk thaharah. Allah berfirman:

وَأَنَزَلنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُوراً – الفرقان:48

Kami telah menurunkan dari langit, air yang suci dan mensucikan
  1. Sangat disunnahkan menyempurnakan wudhu meskipun dalam situasi dingin, selama masih dalam batas kemampuan. Ia merupakan salah satu sarana penggugur dosa.
  2. Banyak orang untuk menghangatkan badan, mereka menggunakan kaos kaki atau sepatu tebal. Saat berwudhu ini cukup menyulitkan untuk membasuh kaki, karena itu syariat memberi keringanan berupa bolehnya cukup mengusap bagian atas alas kaki saat berwudhu. Ketentuannya adalah:
  3. Ketika memulai memakai alas kaki tebal, hendaknya sudah dalam keadaan thaharah (berwudhu secara sempurna). Setelahnya baru diperbolehkan –ketika hadats dan hendak berwudhu- untuk cukup membasuh bagian atas alas kaki (bagian atas kaki yang tertutup)
  4. Bagi mukim masa berlaku mengusap alas kaki selama sehari semalam. Sedangkan bagi musafir berlaku selama 3 hari 3 malam.
  5. Cara mengusapnya adalah mengusap dari bagian depan atas kaki ditarik ke belakang. Tidak perlu mengusap bagian telapak kaki.

Beberapa doa yang disunnahkan saat musim dingin

  1. Saat menyaksikan angin kencang:

اللهم إني أسألك خيرها وخير ما أرسلت به، وأعوذ بك من شرها وشر ما أرسلت به

           Allahumma inni as’aluka khairaha wa khaira ma arsalta bihi, wa a’udzu bika min syarriha wa syarri ma arsalta bihi
“Ya Allah aku memohon pada Mu kebaikannya dan kebaikan dari apa yang telah engkau kirimkan, dan aku  berlindung pada Mu dari keburukannya, dan keburukan yang Engkau kirimkan bersamanya”
  1. Saat menyaksikan hujan:

اللهم صيبا نافعا

          Allahumma shayyiban naafi’an
Ya Allah jadikan ia hujan yang bermanfaat
Saat hujan menjadi lebat dan deras:

اللهم حوالينا ولا علينا، اللهم على الآكام والظرب وبطون الأودية ومنابت الشجر

          Allahumma hawaalaina walaa ‘alainaa, allahumma ‘alal aakaami wa zharbi wa buthunil audiyah wa manabit syajar
Ya Allah, turunkan ia di sekitar kami, jangan menimpa ke atas kami, turunkan ia lembah-lembah dan bertumbuhnya tanaman 

Musim Dingin; Momentum Panen Ibadah

Bagi para salafusaleh, musim dingin adalah musim di mana mereka memanen ibadah. Seiring dengan perubahan cuaca dan waktu yang mendukung untuk meningkatkan kuantitas ibadah. Mereka menamakan musim dingin sebagai ghanimah baridah غنيمة باردة (harta berharga yang didapat tanpa susah payah).
Umar ibn Khattab ra berkata:

الشتاء غنيمة العابدين

“Musim dingin adalah ghanimahnya para penghamba”

Bahkan Abdullah bin Mas’ud ra menyambut musim dingin dengan spesial:

مرحباً بالشتاء تتنزل فيه البركة ويطول فيه الليل للقيام، ويقصر فيه النهار للصيام

Marhaban (selamat datang) musim dingin, saat di mana keberkahan turun, malam menjadi panjang saat yang tepat untuk qiyam (shalat malam), siang menjadi pendek saat yang tepat untuk shiyam (puasa)

Seorang salaf dari kalangan tabi’in, Ubaid ibn Umair berkata secara khusus mengingatkan para ahli Qur’an;

يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ طَالَ اللَّيْلُ لِصَلاَتِكُمْ ، وَقَصُرَ النَّهَارُ لِصِيَامِكُمْ فَاغْتَنِمُوا.

wahai ahlul Qur’an, malam telah memanjang untuk shalat kalian, dan siang telah memendek maka pergunakanlah”.

Semoga Allah beri kaum muslimin kekuatan untuk menghadapi musim dingin ini dengan kualitas ibadah terbaik.

*ditulis Januari 2016

No comments:

Post a Comment