Saturday, April 12, 2008

Menentukan Arah Gerakan KAMMI dalam Perspektif Nilai Profetik

*Menentukan Arah Gerakan KAMMI dalam Perspektif Nilai Profetik

Oleh : Faris Jihady Hanifa

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) telah menegaskan dirinya sejak awal sebagai Gerakan Intelektual Profetik. Paradigma ini telah ditetapkan sebagai konsekuensi logis atas pilihan ideologi gerakan yang telah memilih Islam sebagai ideologi. Jika dicermati, sesungguhnya penetapan paradigma ini memiliki dua makna sebagai konsekuensi. Makna yang pertama adalah Gerakan KAMMI harus memiliki analisis ilmiah dalam menentukan arah gerakan, baik ilmiah dalam konteks waqi’iy (realitas) maupun ilmiah dalam konteks ta’shil syar’iy (sumber). Sedangkan makna yang kedua adalah bahwa gerakan ini memiliki basis transedental, dalam arti memiliki visi risalah langit yang bersumber dari wahyu.

Tulisan ini mencoba memberikan sumbang saran untuk menentukan arah gerakan ini dari sudut pandang terminologi profetik dalam arti berdasarkan sumber-sumber syar’i dan contoh yang telah diterapkan oleh para nabi terdahulu.

Jika kita melihat kembali Al Qur’an, sesungguhnya AllahTa’ala telah memberikan paparan yang begitu banyak berupa kisah-kisah para nabi dan kaum terdahulu sebagai sarana bercermin dan mengambil ide dan gagasan dalam menentukan arah gerakan dakwah.  Sebagai contoh : jika kita melihat dan membandingkan ayat-ayat yang menceritakan kisah para nabi, kita akan menemukan bahwa kisah yang paling banyak dan panjang dalam Al Qur’an adalah kisah Nabi Musa. Para ulama mencoba menggali hikmah mengapa kisah Nabiyullah Musa dipaparkan begitu panjang lebar, ternyata dapat disimpulkan karena perjalanan gerakan dakwah Musa as begitu mirip dengan perjalanan gerakan nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah alqur’an.

Oleh karenanya alangkah baiknya jika gerakan KAMMI ini yang telah menegaskan dirinya memiliki misi profetik menentukan gerakannya melalui metodologi muqaranah (perbandingan) dan I’tibar (mengambil inspirasi). Dalam tulisan ini, akan dicoba digali sedikit inspirasi dari beberapa kisah para Nabi.

Penetapan visi individu anggota gerakan

KAMMI sebagai organisasi kader sudah barang tentu menganggap kader sebagai individu sebagai aset terpenting gerakan. Dalam konteks gerakan yang memiliki visi Muslim Negarawan, sudah semestinya para kader gerakan menyiapkan diri dan mensetting mental diri mereka untuk visi itu.

Dalam konteks ini, ada baiknya kita menengok paparan Allah Ta’ala tentang kapasitas individu seorang nabiyullah Yusuf as. Dalam alqur’an Allah paparkan kisah nabi Yusuf dalam satu surat utuh yang menggambarkan tentang betapa pentingnya kisah ini untuk di ambil ‘ibrah.

Paling tidak ada beberapa karakter Yusuf as yang patut kita teladani dan kita jadikan fikrah yang melekat dalam diri kita sebagai pemimpin masa depan :

1.      Daya tahan mental yang tangguh. Karakter ini dapat dilihat dari mihnah (cobaan) yang dialami oleh Yusuf As berupa intimidasi dan sikap diskrimnatif saudara-saudara beliau yang berujung pada penyingkiran dari keluarga dan juga ketika dipenjara akibat konspirasi istri penguasa.

2.      Keteguhan menghadapi godaan syahwat. Karakter ini terlihat dari sikap Yusuf As menolak dengan tegas godaan Imra’atul ‘Aziz (istri penguasa). Hal ini patut dicontoh oleh para aktivis gerakan, karena sepanjang sejarah pergerakan dakwah dari dulu zaman nabi hingga masa kini, gerakan Islam menemukan tantangannya jika ia berhadapan dengan dua hal : syubhat dan syahwat.

3.      Memahami realitas sosial politik kaumnya. Dalam hal ini Allah mengungkapkan perkataan Yusuf As :

إني تركت ملة قوم لا يؤمنون بالله وهم بالأخرة هم كافرون

Sesungguhnya aku telah meninggalkan kaumku dalam keadaan tidak beriman pada Allah dan mengingkari akhirat”

4.      Keberanian diri untuk mengambil posisi dalam pengambilan kebijakan.

5.      Karakter kepemimpinan berupa dua hal : Hafiizh, terpercaya/amanah dan ‘Aliim, memiliki pengetahuan. Dua hal ini menunjukkan bahwa Yusuf As ketika mengambil posisi dalam pengambilan kebijakan tidak berdasarkan ambisi, tapi berdasarkan Ilmu dan Skill (Keterampilan). Dalam hal ini sudah barang tentu Yusuf As tidak serta merta memiliki dua hal itu tapi dengan penyiapan kapasitas diri. Allah mengungkapkan perkataan Yusuf kepada raja Mesir yang menggambarkan dua karakter ini :

اجعلني على خزائن الأرض إني حفيظ عليم

“Jadikanlah aku bendaharawan negara, sesungguhnya aku pandai menjaga lagi berpengatahuan”

            Dari beberapa karakter di atas, sudah dapat di ambil pelajaran bahwasanya setiap individu aktivis gerakan yang bervisi Muslim Negarawan paling tidak mesti memiliki 3 Hal : Pertama, Kepribadian yang kuat dan bermoral. Kedua, Penguasaan dan kepekaan atas realitas lingkungannya. Ketiga, Visi dan Kapabilitas kepemimpinan yang berupa ilmu dan skill.

Penetapan visi gerakan  

Dalam konteks gerakan KAMMI, kontekstualisasi karakter Nabi Yusuf As dapat diterjemahkan menjadi Gerakan yang kuat dalam mentalitas dan mentalitas terutama ketika Gerakan ini menetapkan dirinya terjun ke ranah publik, juga sebagai gerakan yang menguasai medan lingkaran strategisnya dan memprediksi perubahan-perubahan yang akan timbul, serta sebagai gerakan solusi yang berbasiskan Intelektualitas dan Skill. Namun demikian, hal ini tepat jika gerakan ini menegaskan pilihannya sebagai partner dari pengambilan kebijakan.

Jika kita berbicara tentang gerakan yang sudah menegaskan pilihannya sebagai gerakan oposisi atau perlawanan, Allah Ta’ala juga memaparkan kisah yang lain, yaitu kisah Nabiyullah Musa As melawan rezim Fir’aun dan Kisah Thalut melawan Jalut.

Ada beberapa ibrah penting yang dapat diambil dari kisah mereka sebagai sebuah gerakan :

1.      Karakter kepemimpinan dua tokoh tersebut yaitu : ilmu, fisik yang kuat, amanah/terpercaya. 3 karakter tersebut amat penting peranannya dalam menentukan arah gerakan mereka terutama jika dikaitkan dengan kondisi zaman itu dimana mereka melawan rezim Fir’aun dan Jalut. Dalam hal ini Allah mengungkapkan kisah mereka :

إن الله اصطفاه عليكم وزاده بسطة في العلم والجسم

“Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa” (QS Al Baqarah 247)

            إن خير من استأجرت القوي الأمين

“Sesungguhnya yang engkau ambil untuk bekerja pada kita adalah orang yang kuat lagi dipercaya”

2.      Mentalitas umat mereka yang kuat untuk mendorong perubahan. Pada kisah Thalut, Allah menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang lulus ujian di sungai, bahwa mereka tidak minum dari air sungai yang dilarang untuk diminum. Sedangkan pada kisah Musa As, Allah menggambarkan mereka sebagai golongan yang berjumlah sedikit yang tetap konsisten dalam keimanan di tengah Bani Israil yang kufur nikmat dan sulit diatur.

Fleksibilitas arah gerakan

Dalam konteks pergerakan, kontekstualisasi beberapa ibrah tersebut adalah menerjemahkannnya dalam gerakan yang dipimpin orang kuat dalam arti kuatnya visi dan strategi perlawanan, bukan semata-mata kuat fisik, juga dalam gerakan yang diisi oleh unsur inti berupa anggota hasil seleksi ujian yang ketat.

Jika disimpulkan dari beberapa kisah di atas, sesungguhnya mereka memiliki tujuan gerakan yang sama yaitu bagaimana menegakkan nilai-nilai Tauhidullah dalam tataran negara sebagai alat legitimasi yang kuat untuk menopang dan memelihara nilai-nilai itu. Yang membedakan adalah kondisi zaman yang berbeda dan musuh yang berbeda yang menuntut perbedaan pendekatan dalam merealisasikan tujuan gerakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arah gerakan dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan zamannya selama dalam koridor yang syar’i yang dibenarkan.

Dalam Islam, kita diajarkan bahwa Diin ini memiliki karakter murunah (fleksibel) dan tsubut (tetap). Tetap dalam hal-hal ushul (prinsip) dan fleksibel dalam hal-hal furu’ (cabang) dan wasilah (sarana). Oleh karenanya Islamlah satu-satunya agama yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam konteks ke-KAMMI-an, gerakan ini harus mampu memposisikan diri sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatan zamannya. Sehingga keberadaannya pun dapat membawa maslahat bagi umat secara keseluruhan. Oleh karenanya, jika kita bercermin dari kisah-kisah yang sudah dipaparkan di atas, sesungguhnya kontekstualisasi nilai dan ibrah dari kisah nabiyullah Yusuf As adalah sebuah keniscayaan sebagai pilihan arah gerakan KAMMI. Paling tidak disebabkan beberapa hal :

1.      Stabilitas pemerintahan yang mendapat legitimasi kuat dari rakyat, kondisi ini kurang lebih sama pada masa nabiyullah Yusuf As.

2.      Meskipun kondisi riil masyarakat kita saat ini dalam kondisi yang buruk, sesungguhnya kondisi yang lebih buruk juga terjadi pada masa nabiyullah Yusuf As, hal ini ditandai dari rusaknya moral istri penguasa pada saat itu, dan itu menjadi sesuatu yang biasa dan merajalela pada masa itu. Namun demikian Yusuf As tidak mengambil posisi melawan penguasa, tetapi berusaha mengambil posisi strategis dalam pusat pengambilan kebijakan.

3.      Saat ini, realitas sosial politik kita lebih membutuhkan pada pemenuhan kebutuhan riil masyarakat dalam berbagai aspek, terutama dalam hal ekonomi. Hal yang sama Yusuf As lakukan, beliau mengambil posisi bendaharawan negara, atau menteri keuangan yang menentukan pemenuhan kebutuhan hajat hidup orang banyak, yang akhirnya beliau buktikan dengan menyelamatkan rakyat Mesir pada saat kekeringan.

4.      Pemegang kebijakan negara pada saat ini, sesungguhnya lebih membutuhkan pada ide-ide dan gagasan-gagasan konkrit dalam rangka penentuan kebijakan dan penyelesaian masalah-masalah kompleks yang melanda bangsa ini dikarenakan mereka mewarisi pekerjaan berat sebagai akibat rezim masa lalu. Hal yang kurang lebih sama terjadi pada zaman Yusuf As, penguasa negeri itu dilanda kebingungan ketika ia dihadapkan pada masa kekeringan yang panjang, hingga akhirnya Yusuf As mampu memecahkan masalah itu.

Gerakan KAMMI menghadapi situasi Global

             KAMMI sebagai bagian dari pelaku sejarah masa kini, sudah semestinya menghadapi dinamika global yang terus menerus berubah, oleh karenanya ia mesti menyiapkan diri baik dalam tataran internal maupun kebijakan eksternal. KAMMI yang mengusung Kemenangan Islam sebagai Jiwa Perjuangan sudah semestinya konsisten dengan nilai-nilai ideologi Islam yang di anutnya, karena sesungguhnya disitulah letak kekuatan dalam menghadapi tantangan global yang berarus deras dan kuat.

            Jika kita cermati Sirah Nabi kita, sesungguhnya kita akan menemukan peristiwa aqabah pertama, dimana nabi kita Muhammad SAW mampu keluar dari kepungan tantangan yang menghadangnya dari segala arah, dengan cara menemui kafilah dari Yatsrib yang datang ke Makkah untuk berhaji dan kemudian menawarkan dakwahnya kepada mereka. Sehingga secara perlahan tapi pasti, nabi kita mampu berkelit dan keluar dari kepungan tantangan itu bahkan mampu membangun basis dakwah di luar Makkah.

            Dalam konteks gerakan KAMMI, cara Rasul dapat ditiru dan diterapkan sesuai dengan zaman sekarang dimana gerakan ini menghadapi tantangan global, ia harus cerdas dan mencari celah serta menegaskan eksistensinya di hadapan tantangan itu.

            Wallahu A’lam bishshawab.

 

*Artikel dalam rangka memenuhi persyaratan kelulusan Pelatihan Pengkaderan Tingkat Nasional KAMMI Pusat, 21-25 Desember 07

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment