Sunday, October 21, 2012

Pertemuan Dua Tokoh Besar

Coba anda bayangkan seandainya hari ini terjadi pertemuan antara dua tokoh besar dari kalangan pemikir Arab..atau dua tokoh politik terkenal di seantero Dunia Arab…

Atau -supaya lebih fleksibel- seandainya saja tokoh pertemuan itu adalah dua tokoh terpenting di Dunia Islam..
Menurut prediksi dan perkiraan anda, kira2 tema apa yang akan menjadi menu utama pertemuan tersebut??

Apakah anda mengira, tema pembicaraan akan berupa, misalnya: seputar kebebasan, kebangkitan, peradaban, atau pembangunan? atau seputar pengangguran dan perumahan? ataukah seputar perkembangan media atau krisis ekonomi??

Atau apa menurut anda?
 
Kira2 diskursus terbesar apa yang paling cocok untuk dibicarakan dalam pertemuan dua sosok pemikir, atau dua tokoh politik penting di seantero Dunia Arab atau Islam ?

Pertanyaan imajiner ini menyita benak saya, tatkala saya membaca berita terpercaya tentang pertemuan Dua Tokoh Terbesar sepanjang sejarah dunia..
Saya pun terkejut, tatkala mengetahui tema utama yang menjadi menu pembicaraan mereka..

Bisa jadi, sebab keterkejutan saya tatkala mengetahui tema utama tersebut, mengacu pada beberapa hal;

-          Kita sudah terbiasa dengan pola tertentu berupa agenda dan persoalan2 tertentu dalam pertemuan2 penting

-          Atau, karena kita sudah terbiasa dengan cara berfikir tertentu dalam membuat prioritas persoalan2 yang menyangkut urusan umum. Bisa jadi inilah yang membuat Piramida Prioritas Pikiran kita yang mengendalikan setiap agenda pokok pertemuan2 penting kita.

Apapun itu, saya sangat yakin bahwa selera pembaca masa kini pasti bergerak dalam sebuah cara pandang yang berbeda dengan cara pandang yang dimiliki oleh Dua Tokoh Besar yang pernah dikenal dalam sejarah manusia ini.

Baiklah, saya rasa pembaca pasti penasaran tentang kisah pertemuan yang terjadi antara Dua Tokoh Terbesar yang pernah ada di muka bumi ini.

Tak apa, izinkan saya sekarang memberitahukan kepada anda Berita Bersejarah ini, tentang pertemuan tingkat tinggi antara Dua Tokoh Terpenting dalam arsip anak Adam.

Maaf, sebelumnya saya ingin menegaskan bahwa tempat pertemuannya adalah tempat yang khusus dan istimewa, yang sesuai dengan kedudukan Dua Tokoh ini.
Pertemuan ini terjadi di tempat yang tidak semua orang bisa sampai ke sana, bahkan bisa jadi ini tempat dikhususkan untuk kelompok tertentu dari kalangan Pemimpin yang Berpengaruh.

Lalu siapakah Dua Tokoh ini? Sudah pasti bahwa Dua Tokoh Terpenting dan Terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan adalah;

“Ibrahim ibn Azar ibn Najur & Muhammad ibn Abdullah ibn Abd Mutthalib”
ShallAllahu ‘alaihima wa ‘alaa aalihima wa sallam.

Kepastian bahwa kedua Tokoh ini adalah Dua Manusia terbaik yang pernah diciptakan Allah, merupakan hakikat aksiomatis di kalangan kaum Muslimin. Misalnya, Ibn Taymiah berkata;

Dan sebaik-baik Makhluk adalah; Muhammad SAW, kemudian Ibrahim As [Ibn Taymiah, Al Iqtidha: 2/833]

Dalam perkataannya yang lain;

Dan sebaik-baik para nabi setelah Muhammad SAW adalah Ibrahim Al Khalil As
[Ibn Taymiah, Fatawa: 4/317]

Demikianlah, tak diragukan lagi bahwa Muhammad dan Ibrahim ShallAllahu ‘alaihima wa sallam adalah dua tokoh terbaik dalam sejarah manusia.

Sekarang, kita masuk ke inti tema;
Kapan dan di mana mereka bertemu? Apa tema yang menjadi pokok pembicaraan mereka?

Ternyata, pertemuan mereka terjadi tatkala Rasul kita Muhammad saw di mi’raj kan oleh Allah Ta’ala ke langit ketujuh..

Kisah ini diceritakan dalam Shahih Bukhari, dalam hadits Isra & Mi’raj, nabi Muhammad saw bersabda:

“Aku berpapasan dengan Ibrahim as, ketika aku melewatinya, ia berkata; Marhaban (selamat datang) wahai nabi yang shalih, dan anak yang shalih. Aku bertanya pada Jibril; siapa orang ini? Jibril menjawab; ini Ibrahim as” [AlBukhari:3342]

Sedangkan tema yang menjadi bahan perbincangan keduanya dalam pertemuan keduanya, serta pesan yang disampaikan Ibrahim as kepada Muhammad saw dan ummatnya, terekam dalam kisah yang diriwayatkan oleh empat sahabat, diantaranya; Ibn Mas’ud, Abu Ayyub, Ibn Umar & Ibn Abbas.

Mari kita simak riwayat tersebut, tentang pertemuan dua sosok terpenting di atas muka bumi ini, dan tema apa yang menjadi focus mereka;

Rasul saw –manusia agung itu- bersabda;

“Aku bertemu dengan Ibrahim di malam aku diperjalankan (IsraMi’raj). Ia berkata: Muhammad, sampaikan pada ummatmu salam dariku, beritahu mereka bahwa surga itu tanahnya harum, airnya tawar lagi wangi, tanahnya berjenis qi’an, benih tanamannya adalah subhanallah wa alhmdulillah, wa laa ilaaha illallah, wa Allahu akbar”. [HR Tirmidzi: 3462, Ahmad:23553, dihasankan oleh Tirmidzi & Ibn Hajar] 

Sudah pasti, tak mungkin pembaca yang melewati kisah tersebut tak terkejut dengan hal yangmenjadi perhatian Ibrahim as, dan apa yang beliau minta dari Muhammad saw untuk disampaikan kepada kita.

Sekilas saja seorang muslim membaca perkataan ayah kita; “Muhammad, tolong sampaikan sampaikan pada ummatmu salam dariku”, pasti ia kan merasa kehangatan ikatan dan kekuatan hubungan.

Ya, sesungguhnya dialah ayah kita, Ibrahim, yang sangat peduli pada kita, dan menyampaikan salam melalui nabi kita, Muhammad saw. Sesungguhnya dialah ayah kita yang telah mendoakan keselamatan bagi kita, dialah ayah kita berdasarkan nash AlQur’an; “…Millah (ajaran) ayah kalian Ibrahim” [AlHajj:78].

Perasaan sepenting dan setinggi apa, yang dirasa seorang mukmin tatkala ia mengetahui bahwa Ibrahim –Khalilullah- begitu peduli, sampai2 beliau mengucap salam padanya??

Ada pula aspek lain yang menunjukkan pentingnya pesan ini; bahwa Ibrahim as –saat ini- telah pergi menuju sisi Rabbnya, namun beliau memberitahu kita tentang hal yang paling bermanfaat bagi orang yang belum wafat..

Coba anda bayangkan, ada seorang telah pergi menghadap Allah, kemudian ia mengirimkan pesan pada anda setelah ia meninggalkan fananya dunia? Kira2 sepenting apakah wasiat itu?

Inilah Ibrahim as - manusia yang paling tahu tentang Allah setelah nabi kita Muhammad saw-, mengirimkan pesan pada kita setelah wafatnya dan perginya beliau dari dunia ini..

Sesungguhnya pesan tersebut, adalah pesan yang datang dari seseorang yang telah mendahului kita dalam perjalanan menuju masa depan yang kekal..seakan itu merupakan pesan dari masa depan di mana kelak kita kan berpulang…

Apakah hakikat pesan itu? Sesungguhnya ia adalah pesan yang menentukan dimana jejak kita menapak surga kelak..

“Muhammad, sampai pada ummatmu salam dariku, beritahu mereka bahwa surga itu tanahnya harum, airnya tawar lagi wangi, tanahnya berjenis qi’an, benih tanamannya adalah subhanallah wa alhmdulillah, wa laa ilaaha illallah, wa Allahu akbar”

Ibrahim as bicara tentang surga, sebagai orang yang telah meninggalkan dunia.. beliau beritahu kita bahwa tanahnya harum diberkahi, airnya tawar lagi wangi, dan Allah telah ciptakan dalam surga itu tanah lapang datar dan luas tiada tetumbuhan diatasnya (qi’an), agar setiap mukmin menanam diatasnya pepohonan dengan perkataan; “Subhanallah wa Alhamdulillah wa laa ilaaha illaLllah wa Allahu akbar”..

Inilah ayah kita, Ibrahim as -yang telah berpulang pada Rabbnya- ingin agar Muhammad saw memberitahu kita informasi tersebut..

Ibrahim as ingin agar kita memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin, selagi kita masih di dunia, seharusnya kita perbanyak benih tanaman kita di surga sebelum kita menghadap Allah!

Anda bayangkan saja, seandainya anda ucapkan sekarang “Subhanallah”, sesungguhnya anda telah tanam benih pohon di surga ‘Adn!

Bayangkan juga, jika anda beritahu teman atau karib tentang keutamaan kalimat2 tersebut.. maka tiap kali teman atau karib anda mengucapkannya, telah ditanam baginya benih pohon di surga, dan ditanam pula bagi anda pohon yang sama!!
Sebagaimana dalam hadits: “siapa yang menunjukkan pada kebaikan, ia mendapatkan ganjaran seperti ganjaran pelakunya”, bisa jadi anda tidur, makan, sibuk bekerja, namun Allah Ta’ala terus menanamkan bagimu pepohonan di surga, karena orang-orang yang telah anda beri petunjuk dan oleh karenanya sadar selalu berdzikir..

Ibnul Qayyim, memberi judul hadits yang agung ini dalam untaian syairnya “Al Kafiyah As Syafiyah”yang terkenal dengan “AnNuuniyah”, dengan judul; “Pasal,bahwasanya surga itu bertanah luas dan datar, benih tanamannya adalah kalimatthayyibah dan amal shalih”.

Beliau –dengan judul tersebut- menggubah syair yang terinspirasi hadits tersebut, beliau berkata:

Tidakkah kau dengar bahwa tanahnya (surga) itu datar lagi luas?
Oleh karenanya tanamlah sekehendakmu di zaman fana ini

Benihnya adalah penyucian, pengagungan, juga pemujaan
Serta pengesaan semata terhadap ArRahman

Celakalah! Bagi yang tak peduli akan benihnya,
Telah luput darinya masa berguna

Wahai orang yang mengakuinya namun tak berusaha untuknya
Demi Allah, katakan padaku bagaimana mungkin terkumpul keduanya?

Adakah kau lihat, seandainya kau siakan tanahmu tak berbenih
Apakah kau berharap memetik sesuatu dari kebunnya?
[Al Kafiyah As Syafiyah: hlm395]

Ibnul Qayyim juga menjadikan hadits ini sebagai dalil tentang salah satu faidah zikir, ia berkata dalam bukunya “AlWabil AsShayyib”“Faidah zikir ke 32; bahwa zikir merupakan benih tanaman di surga”.

Selain hal tersebut, di antara renungan dan pelajaran unik yang terambil dari hadits ini; imam Nawawi menyimpulkan bahwa ahli hadits memiliki sanad yang bersabung hingga nabi Ibrahim as.

Coba anda perhatikan: para ahli hadits meriwayatkan hadits ini dari sahabat, sahabat meriwayatkan dari nabi Muhammad saw, dan beliau meriwayatkan dari Ibrahim Al-Khalil as !!

Kesimpulan itu disampaikan AnNawawi, ia berkata:
 “Sungguh Allah telah istimewakan kita dengan menjadikan bagi kita riwayat yang tersambung serta hubungan yang terkait langsung dengan kekasihNya Ibrahim as, sebagaimana Allah telah istimewakan kita dengan tersambung kepada kekasih dan manusia pilihanNya Muhammad saw” [Tahdzib Asma wa Lughat: 1/100]

Sebenarnya, renungan yang disimpulkan oleh Imam Nawawi tersebut, tidaklah begitu luput dari para ulama, sebagaimana Ibnu Rajab berkata:
“Telah sampai pada kalian –wahai sekalian manusia- pesan dari ayah kalian Ibrahim as, saat ia bersama nabi kalian Muhammad saw…” seraya menyebutkan hadits tersebut.

Anda mungkin bisa melihat,bahwa Imam Nawawi dan Ibn Rajab menarik perhatian kita untuk melihat bahwa pesan ini datang pada kita dari ayah kita, Ibrahim AlKhalil as, melalui Muhammad saw.
Sedang pihak yang dituju dan dikirimi pesan ini adalah kita, atau dengan kata lain merupakan kepedulian untuk kita dari kedua nabi mulia tersebut.

Demikianlah, bagaimanapun, apakah anda masih mengira, jika hari ini berkumpul dua tokoh besar pemikir di Dunia Arab, apakah pertemuan mereka akan peduli dengan tema “Zikrullah”? sebagaimana kepedulian Dua Tokoh Terbesar sepanjang sejarah dalam pertemuan mereka di langit ketujuh?
Saya yakin pasti tidak, sungguh saya senang jika saya salah..

Sungguh.. ternyata tolok ukur kebangkitan (nahdhah), kemajuan (taqaddum), perkembangan(tathawwur) dalam standar para nabi sungguh sangat berbeda dalam banyak hal, bila dibandingkan dengan tolok ukur materi masa kini..

Semoga Allah selalu mencurahkan shalawat dan salam kepada nabi kita Muhammad shallAllahu 'alaihi wasallam.

Wallahu A’lam
NB: terjemah bebas dari artikel yang ditulis oleh Ulama & Pemikir Muda Sheikh Ibrahim Al Sakran "Liqaaul 'Azhimain" http://www.almokhtsar.com/node/86051
Riyadh, DzulHijjah 1433 H

No comments:

Post a Comment