Saturday, March 26, 2016

Tentang Rahim Perempuan

Faris Jihady

Perempuan adalah makhluk Allah yang begitu istimewa, dengannya kehidupan begitu lengkap, seimbang, indah dan sempurna.

Seringkali laki-laki tak begitu sadar betapa mestinya ia bersyukur dengan keberadaan perempuan, darinya kehidupan bermula, menjadi benteng bagi keluarga, sekolah bagi anak-anak, pemberi sentuhan emosi pada kehidupan yang terasa rapuh, dingin, dan semakin kini semakin kaku.  Beban-beban berat dipikul, dan berbagai tugas dilakukan dalam satu waktu.

Memahami kaum perempuan berarti memahami keistimewaan yang diberikan Pencipta kepadanya. Salah satu keistimewaan tersebut ketika Allah mengamanahkan kekokohan rahim di balik ringkuhnya fisik. Rahim itu begitu sempurna, ia elastis, kokoh, kuat, sekaligus menjadi sumber kasih sayang dan persaudaraan di atas muka bumi ini.

Memahami rahim dalam pandangan manusiawi kita seringkali terbatas pada pemenuhan tugas biologis saja; mengandung dan melahirkan, atau dengan bahasa sederhana; memberikan keturunan. Dalam hal ini tugas biologis ini, jika direnungkan, manusia berserikat dengan makhluk Allah lainnya (hewan).

Ternyata, lebih daripada itu, rahim yang merupakan instrumen yang melekat sejalan dengan naluri keibuan perempuan tidaklah semata dimaknai sebagai tugas biologis semata. Di sana ada mafhum ta'abbudi; ia merupakan ekspresi penghambaan (ibadah) kepada Allah yang khas sebagai perempuan, dan darinya kewajiban menyambung tali rahim (shilaturrahim) melekat pada setiap hubungan yang bersumber dari rahim.

Betapa tidak, bukankah Sang Pencipta telah menjadikan rahim sebagai salah satu makhluk yang digunakanNya untuk bersumpah?setelah diiringkan dengan namaNya?

Ia merupakan mafhum qur'aaniy ashiil (definisi murni dari AlQur'an), Maha Benar Ia tatkala berfirman:

واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام
"Bertakwalah kalian kepada Allah yang kalian saling meminta dengan NamaNya, dan bertakwalah kalian dalam urusan (hubungan) rahim kalian" (QS AnNisa: 1)

Dalam firmanNya yang lain ia mengingatkan manusia akan salah satu fase penciptaanNya:

فجعلناه في قرار مكين
"dan kami jadikan ia berada dalam tempat yang kokoh (rahim)". (QS Al-Mursalat: 21)

Tak kurang Allah jadikan rahim itu bersumber dari namaNYA الرحمن)), pemilik segala kasih sayang (rahmah).

Dalam sebuah hadits Qudsi yang shahih, Allah berfirman;
 
قال الله تعالى: أنا خلقت الرحم وشققت لها اسما من اسمي، فمن وصلها وصلته، ومن قطعها قطعته،
"Aku telah ciptakan rahim, dan aku jadikan namanya bersumber dari namaKu, siapa yang menyambungkan (tali) rahim, aku akan menyambung dengannya, siapa yang memutuskan (tali) rahim, aku akan putuskan hubungan dengannya" (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dari Abdurrahman ibn Auf)

Nabi junjungan kita, shallallahu 'alaihi wa sallam juga menuturkan;
"الرحم شجنة من الرحمن، قال الله تعالى: من وصلك وصلته، ومن قطعك قطعته"
"Rahim adalah satu ranting dari ArRahman (Allah Yang Maha Penyayang). Allah berfirman kepada rahim: "sesiapa yang menyambungkanmu, aku akan menyambung hubungan dengannya, sedangkan siapa yang memutusmu, aku akan memutus hubungan dengannya" (HR Bukhari)

Subhanallah, yang segala keagungan adalah milikNya. Kita perhatikan, DIA jadikan rahim bersumber dari namanya yang maha Rahman, maka adakah kasih sayang yang lebih besar dan lebih dalam –setelah kasih sayang Allah- dari kasih sayang makhluk pemilik rahim itu? Yang kita memanggilnya IBU?

Mari kita renungkan, betapa agama ini telah memperluas cara pandang kita tentang rahim; dari sekedar selaput daging dalam perut perempuan untuk menyelimuti janin, menjadi sumber hubungan bernilai ibadah antar manusia yang disebut keluarga. Ia menjadi sumber kasih sayang, persaudaraan, bakti kepada mereka yang menjadi perantara kehidupan manusia (Ibu dan Ayah). Dan di atas hubungan rahim itulah tali jalinan kasih sayang (shilaturrahim) kepada siapapun yang terhubung dengan rahim menjadi wajib dilestarikan.

Sebab itulah, persembahkanlah cinta untuk setiap perempuan yang kita panggil ia dengan IBU…

Maha Benar Allah Yang telah berkehendak menciptakan rahim dengan segala keagungan maknanya…

Riyadh, 260316
*catatan ringan menanti detik-detik perjuangan istriku yang berjuang melaksanakan tugas penghambaannya. Sebagian catatan ini terinspirasi dari buku Ulama & Pemikir Besar Maroko, DR Farid Al-Anshari; "Siima Al-Mar'ah fil Islam" (Kekhasan Perempuan dalam Islam)

No comments:

Post a Comment