Friday, March 7, 2014

Serpihan Pemikiran Seputar Kunjungan ke Pameran Buku / Book Fair

Oleh: Faris Jihady

Menyambut pameran buku yang nyaris berbarengan di dua negeri; Tanah Air (Islamic Book Fair, Jakarta 28/2 – 9/3) dan Tanah Perantauan (Riyadh International Book Fair, 5/3-15/3) saya ingin berbagi serpihan  pemikiran seputar buku dan optimalisasi manfaatnya.

Kita ingin dengan ilmu dan informasi yang kita raih melalui buku, tentu saja kita menginginkan kemanfaatan maksimal, khususnya dalam membentuk karakter kepribadian dan karakter ilmiah kita, sehingga melahirkan sikap yang tepat berdasarkan standar ilmiah dalam menyikapi setiap persoalan kehidupan.

Sebagai muslim tentu saja prioritas utama manfaat haruslah pada aspek agama, kemudian selanjutnya pada pengetahuan-pengetahuan lanjutan seputar spesialisasi akademis dan kecenderungan pengetahuan ataupun skill teknis kita.



  1. Hal pertama dan sangat mendasar sebelum anda pergi ke Pameran Buku, patut diluruskan tujuan dan niat semula, adakah kita hendak pergi ke sana untuk membeli buku? Ataukah semata piknik atau rekreasi? Bertemu teman? Jalan-jalan beriring dalam keramaian? Pertanyaan-pertanyaan sepele tapi menurut saya mendasar, menentukan kadar kemanfaatan datangnya kita ke Pameran Buku. Tentu saja, saya tidak mengatakan bahwa rekreasi, jalan-jalan, bertemu teman adalah hal yang salah. Namun, saya sekedar menekankan, manfaat sebesar apa yang ingin kita raih dengan datang ke Pameran Buku. Jika kita bersama anak, adik, keluarga datang ke sana, tetapkan kadar manfaat minimal bahwa kita sedang menanamkan cinta pada ilmu.
  2. Sebelum anda pergi membeli atau memilih buku, cek perpustakaan pribadi anda di rumah. Tema-tema apa saja yang belum ada. Berdasarkan prioritas, letakkan kebutuhan anda pada pengetahuan agama pada level teratas, cek buku-buku di rumah apakah buku-buku tentang pokok-pokok keislaman sudah terpenuhi? Ingat pokok-pokok keislaman, berarti ada beberapa cabang bidang dimana harus ada buku dasar standar, misal; 1 buku di bidang fiqih, 1 buku di bidang aqidah, 1 buku di bidang sejarah nabi (sirah nabawiyah), 1 buku di bidang al quran dan tafsirnya, 1 buku di bidang hadits, begitu seterusnya. Jadikan buku-buku tersebut sebagai referensi minimal setiap saat anda membutuhkan, karena anda setiap hari menegakkan agama harus berdasarkan ilmu, bukan sekedar ikut-ikutan.
  3. Jika buku-buku standar keislaman sudah ada di perpustakaan pribadi, silakan anda menyusun prioritas berdasarkan spesialisasi keilmuan anda dan kecenderungan pengetahuan anda. Penentuan prioritas menjaga anda dari menghamburkan uang pada buku yang sebenarnya tidak terlalu anda perlukan, juga menjaga anda agar tidak beli buku semata-mata karena iklan atau opini yang dibentuk, atau tren publik. Di sisi lain, hal ini juga melatih anda membentuk karakter ilmiah anda secara metodologis, bahwa kematangan intelektual dibangun secara bertahap dan runut, bukan secara random dan sekenanya.
  4. Sebelum anda membeli atau memilih buku-buku keislaman, identifikasikan level keilmuan diri anda seobjektif mungkin. Saya –secara subjektif- membagi pada umumnya orang yang berkunjung ke Islamic Book Fair pada 3 level besar; 1) Muslim Awam, maksud awam disini bukanlah merendahkan sebagian orang, namun semata deskripsi umumnya masyarakat muslim, 2) Muslim Aktivis (Da’i), 3) Muslim spesialis di bidang agama (Syar’i)
  5. Jika anda seorang muslim awam, maka seperti yang saya sampaikan di atas, prioritaskan pemenuhan kebutuhan anda pada referensi-referensi dasar seorang muslim, yang menopang usaha anda menyempurnakan hidup berdasarkan islam.
  6. Jika anda seorang da’I (aktivis), berarti semestinya perpustakaan pribadi untuk level muslim awam sudah terpenuhi, jika belum maka segera harus dipenuhi. Ditambah lagi buku-buku dengan level yang menunjang kehidupan anda sebagai da’i dan aktivis dakwah. Misalnya; kalau muslim pada level awam semata punya alqur’an dan terjemah, maka anda harus punya satu rujukan buku tafsir. Misalnya; terjemah Tafsir ibn Katsir. Jika seorang awam sekedar punya buku terjemah Riyadhus Shalihin, maka anda harus punya terjemah Syarah (penjelasannya). Jika muslim awam semata punya buku Fiqih Ringkas, maka anda harus punya buku Fiqih yang lebih lengkap, Fiqih Sunnah misalnya. Begitu seterusnya. Jangan lupa anda juga harus memenuhi standar perpustakaan pribadi anda dengan buku-buku dakwah. Literatur dengan nama Sa’id Hawwa, Muhammad Al-Ghazali, Mustafa Masyhur, meskipun dalam bentuk terjemah, mestinya anda masukkan dalam list prioritas.
  7. Jika anda seorang spesialis yang menekuni ilmu agama (syar’i), maka identifikasikan diri anda lagi, anda seorang penuntut ilmu pemula, menengah, ataukah sudah lanjut? Jika anda masih pada tingkat 1-2 kuliah, maka sebaiknya prioritas untuk menyusun maktabah thalibul ‘ilmi (perpustakaan penuntut ilmu). Jika anda menekuni bidang Fiqih, maka prioritas menyusun maktabah fiqih anda secara bertahap sesuai mazhab, hingga fiqih perbandingan. Jangan banyak membeli buku-buku di luar takhassush anda kecuali memang diperlukan. Jika anda menekuni hadits, maka prioritas menyusun maktabah hadits anda secara bertahap, mulai dari kutub sittah, dan seterusnya pada tingkat yang lebih tinggi. Jadikan rasai’l jamiiyyah (penelitian-penelitian tesis disertasi) sebagai prioritas terakhir setelah maktabah minimal anda terpenuhi. Tentu saja ini tidak mutlak harus runut, boleh saja menambah dengan penelitian-penelitian mutakhir meskipun maktabah minimal belum sempurna betul. Begitupula pada bidang-bidang ilmu syar’I yang lain.
  8. Jika anda seorang spesialis ilmu syar’I yang sudah tingkat menengah atau lanjut, dan maktabah minimal anda umumnya sudah terpenuhi, maka ada baiknya anda mulai memperluas cakupan bacaan anda, bisa anda mulai dengan menambah buku-buku ‘ulum insaniyah (humaniora), politik, hadharah (peradaban), dan sebagainya. Lagi-lagi ini silakan saja sesuai kecenderungan, semata agar ilmu syar’I yang telah dipelajari bisa anda jadikan alat ukur dan implementasi pada level realitas.
  9. Dalam memilih buku, jangan sekedar membaca judul. Boleh jadi judul menarik, jika memungkinkan, bukalah daftar isi, baca secara acak isi buku tersebut. Boleh jadi isi tak semenarik judul. Atau sebaliknya, judul tak semenarik isi. Dan sebelum anda membeli tanyakan lagi pada diri anda; kira-kira sumbangsih apa dari buku ini pada diri anda?
  10. Umumnya buku tentu saja bermanfaat, namun ada buku yang ditulis untuk sepanjang masa, ia bisa dibaca kapanpun berulang-ulang hingga beberapa masa ke depan. Sementara ada buku lain yang ditulis untuk dihabiskan seketika, setelah dibaca sekali mungkin anda sudah merasa cukup dan tak merasa perlu untuk membukanya kembali. Di antara alat ukurnya adalah jika informasinya adalah informasi temporer dan mudah di dapat di internet, maka boleh jadi anda tak perlu membelinya.
  11. Dalam memilih penerbit; khususnya buku-buku Islam, perhatian kepada penerbit juga menentukan kualitas pilihan buku, baik kualitas substansi, maupun kualitas kemasan (sampul, cetakan, huruf dsb). Pertimbangkan nama-nama besar penerbit yang sudah terjamin kualitasnya dalam bidang keislaman, dan berhati-hatilah pada penerbit yang belum pernah kita kenal sebelumnya.
  12. Latar belakang pemikiran penulis atau penerbit buku juga patut dipertimbangkan, jangan sampai karena judul yang menarik tapi anda malah secara tak sadar membeli buku yang isinya menyimpang secara aqidah dan pemikiran. Ini sangat bergantung pada sejauh mana anda mendefinisikan diri anda; awam, da’I, atau spesialis? Jika anda merasa belum berpengalaman, sangat dianjurkan bertanya kepada orang yang lebih paham dan memiliki kapasitas.
  13. Ketika anda datang sebuah stan penerbit, jangan bertanya; “ada buku baru apa?”, boleh jadi baru untuk anda, tidak baru bagi yang lain. Cocok untuk anda, tidak cocok bagi yang lain. Anda sendirilah yang menentukan “kebaruan” dan “kecocokan” bagi diri anda. Tak ada salahnya ada riset kecil-kecilan melalui promosi-promosi para penerbit, lalu anda bisa simpulkan.
  14. Jika anda penuntut ilmu syar’I dan mencari buku-buku berbahasa arab, selain nama penerbit yang wajib diperhatikan, anda juga harus memperhatin siapa muhaqqiq (editor ilmiah) nya, dan bagaimana kualitas tahqiqnya. Ada sekian banyak penerbit dengan kualitas tahqiq sangat buruk, dan kualitas cetakan juga asal-asalan, ini fatal karena menyangkut amanah ilmiah sebuah teks yang dihadirkan kepada pembaca. Tahqiq umumnya dikenal dengan dua jenis; Tahqiq Tijari (editing buat dijual, asal jadi), dan Tahqiq Ilmiy (editing ilmiah), Saya sebut saja; Darul Kutub Ilmiyah, Darul Hadits, adalah di antara penerbit yang dikenal dengan tahqiq tijari,  sebaliknya; Muassasah Risalah, DarusSalam, DarulFikr dan penerbit-penerbit dengan tahqiq ilmiah, adalah penerbit dengan kualitas bagus.
  15. Jika anda menemukan nama semisal; Ahmad Syakir, Mahmud Syakir, AbdusSalam Harun, Muh Abdullah Daraz, Bakr Abu Zaid, Syu’aib Al-Arnauth, Nashiruddin Al-Albany, mereka adalah nama-nama besar para muhaqqiq teks-teks para ‘ulama.
  16. Sangat baik jika anda membaca buku yang memotivasi dan memberikan tips seputar membaca buku, bagi penuntut ilmu syar’I, ada buku yang bagus sekali untuk dibaca semisal; Al-Musyawwiq ila alQira’ah wa thalabil ‘ilmi (pendorong rindu untuk membaca dan menuntut ilmu) karya Dr Ali Al-Umran, seorang muhaqqiq besar.
  17. Jangan pernah merasa rugi dengan uang yang anda keluarkan untuk buku, karena manfaatnya yang melintasi zaman dan usia anda.
  18. Sangat baik jika anda segera menuliskan di halaman pertama buku yang anda beli, tanggal dan tempat belinya, kelak suatu saat ia menjadi rekaman sejarah atas perjalanan intelektual anda. Sebagaimana sangat baik juga ketika anda menghadiahkan buku kepada rekan atau sahabat anda, anda tulis tanggal dan tandatangan anda. Ia menjadi saksi sejarah atas persahabatan yang dibangun di atas ilmu pengetahuan.
Semua hal yang saya paparkan di atas tentu saja sangat relatif, terutama yang terkait dengan klasifikasi individu dalam memilih dan membeli buku, semata-mata sudut pandang lain yang mungkin didiskusikan.

وخير جليس في الزمان كتاب
“dan sebaik-baik teman duduk sepanjang waktu adalah buku”

Wallahu a’lam
Riyadh, 8 Maret 2014
*sehabis “thawaf” di Riyadh International Book Fair

5 comments:

  1. "Sangat baik jika anda segera menuliskan di halaman pertama buku yang anda beli, tanggal dan tempat belinya, kelak suatu saat anda ia menjadi rekaman sejarah atas perjalanan intelektual anda"... Inilah yang sudah saya lakukan terhadap buku-buku baru yang saya beli Ustad.. :)

    Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwah

    ReplyDelete
  2. izin share ya ustadz, sangat bermanfaat.

    ReplyDelete
  3. Jazakallah ustd. Sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah.. akhirnya bisa bertemu dengan sosok yang luar biasa dan yang saya kagumi 2008 silam.... Syukran ya akh..

    ReplyDelete