Friday, September 27, 2013

Tentang Persepsi

Tadabbur Ringan..

Subuh Jumat ini Imam Jami' Kabir (Masjid Besar) di kampus membaca ayat2 surat Fathir. Suaranya yang melengking khas membuat saya dan mungkin juga makmum yang lain menekuni tiap kalimat yang dilantunkan.

Saya tersentak ketika Imam membaca -dari sekian ayat- ayat ke 8 berikut ini;

 أفمن زين له سوء عمله فرآه حسنا فإن الله يضل من يشاء ويهدي من يشاء
Yg kurang lebih bermakna;

"Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya"  

Dalam benak saya, tergarisbawahi kata kunci dari ayat tersebut, ketika Allah menggunakan lafaz (zuyyina زين) yang secara harfiah berarti "dihiasi", derivatnya yang lain adalah "tazyin" (penghiasan). Dengan kata lain; boleh jadi kita melakukan satu keburukan, karena ada "penghiasan", standar nilai berubah, sehingga persepsi kita meyakini bahwa itu adalah kebaikan.  


Ketika standar nilai berubah,maka persepsi kita tentang nilai juga berubah, definisi tentang baik-buruk menjadi relatif, atau bahkan terbalik. Hal ini -kata Sayyid Qutb- adalah pangkal dari segala keburukan, karena manusia sudah tertipu oleh keyakinannya, oleh persepsinya. Ini mengakibatkan tertutupnya ruang koreksi pada diri, ternegasikannya dorongan utk muraja'atunnafs (melongok kembali jiwa). Ia menganggap bahwa apa yang dia yakini adalah benar dan sempurna, menutup kemungkinan adanya aib atau kekurangan.  

Saya menyimpulkan..boleh jadi inilah kenapa kita diajarkan nabi sebuah doa yang berbunyi;

  اللهم رحمتك أرجو فلا تكلني إلی نفسي طرفة عين
Ya Allah, kasih sayang-Mu lah semata yang kuharapkan, jangan Engkau serahkan aku pada diriku meski sekejap mata.  

Dan juga;

يا مقلب القلوب ثبت قلبي علی دينك
Wahai Pembolak-balik hati, teguhkan hatiku di atas agamaMu.  

"Jangan Engkau serahkan aku atas diriku", boleh jadi bermakna ketika urusan kita diserahkan kepada kita sendiri, tanpa petunjukNya,,kita akan mengalami disorientasi.  

Karenanya, penyelarasan antara persepsi manusia dengan wahyu adalah usaha yang mesti berkesinambungan, proses yang terus menerus tak boleh terputus, diiringi doa yang dilantunkan setiap rakaat;
اهدنا الصراط المستقيم  

Wallahu a'lam

Riyadh 270913 

No comments:

Post a Comment