Wednesday, August 20, 2008

Tentang Ibtila'..

Bismillahirrahmanirrahim..

Tahukah anda makna ibtila'?

Jika tahu, sadarkah anda bahwa anda sedang dalam proses ibtila'?

Jika sadar, bagaimana sikap anda menghadapi proses ibtila'?

Pertanyaan2 di atas adalah pertanyaan-pertanyaan kontemplatif..yang menuntut sikap kerendahhatian kita dalam memahami kehidupan ini..

Allah Ta'ala berfirman..
"Dialah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji (ibtila') kalian, siapakah di antara kalian yang terbaik amalnya.." (QS Al Mulk:2)

Catatan ini adalah sebuah ungkapan tentang bagian kehidupan yang saya alami dalam rangka memahami sunnatullah itu..sunnah tentang ibtila' (ujian) yang telah Allah gulirkan dalam kehidupan setiap individu anak manusia...

Alkisah, peristiwa ini terjadi beberapa bulan yang lalu, ketika saya masih disibukkan dengan program perkuliahan semester VI di kampus saya tercinta, LIPIA Jakarta.. saat itu Allah menghendaki saya harus menghadapi cobaan-cobaan hidup yang beruntun, yang cukup menguji ketegaran, daya tahan, dan kesabaran saya dalam menghadapi kehidupan ini..

Semester itu, sebagaimana lazimnya perkuliahan di kampus kami, setiap mahasiswa semester IV, VI & VIII Fak. Syariah diwajibkan menulis semacam karya ilmiah, atau dalam istilah kami biasa disebut bahts. Rentang waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas itu cukup singkat, hanya 1 bulan lebih sedikit. Sistem yang berlaku disana adalah, kami para mahasiswa dipersilahkan memilih tema-tema yang telah ditentukan pihak Jurusan, tema-tema tersebut berkisar tentang pembahasan fiqih, ushul fiqh, tafsir, aqidah dsb, yang sesuai dengan kapasitas kami. Entah kenapa, Allah menggerakkan hati saya untuk memilih satu tema yang berkisar seputar pembahasan tafsir tematik..

Al-Ibtila’ wal Fitnah min Khilali Suratil ’Ankabut (Cobaan dan fitnah dalam tinjauan surat Al Ankabut), itulah judul yang saya pilih untuk bahts saya. Saat itu saya tidak tahu skenario apa yang Allah siapkan di kemudian hari dengan menggerakkan hati saya untuk memilih judul ini, saat itu saya hanya merasa, ini sesuai dengan minat dan kompetensi saya, yang memang ’muyul’ dengan kajian-kajian alqur’an..

Mulailah saya mengumpulkan bahan-bahan berupa kitab-kitab tafsir, baik klasik maupun modern, serta kajian-kajian tafsir yang bersifat tematik.. terus terang saja, pembahasan ini cukup sulit, mengingat masih jarang para pakar yang mengupas tafsir tematik dalam sudut pandang satu surat tertentu. Kesulitan bermula dari bagaimana menentukan Khuttah Bahts (kerangka ilmiah), hingga kesulitan mencari contoh model dari pembahasan tafsir tematik tersebut. Hingga teman-teman saya yang punya tema yang sama dengan saya berkelakar ”ini benar-benar ibtila’ sesuai dengan judulnya”. Bahan-bahan yang telah saya kumpulkan tersebut saya ”peras”, saya ringkas, saya tulis ulang dalam satu buku catatan khusus, dengan harapan beberapa pekan menjelang deadline pengumpulan, saya tinggal mengetik di komputer.

Akhirnya, setelah berjalan beberapa waktu, mulailah Allah menggulirkan skenarioNya dalam rangka menguji saya dalam proses penulisan bahts ini. Saat itu, beberapa hari menjelang deadline yang jatuh pada Senin, 5 Mei 2008, saya mulai menulis bahts saya di komputer, dalam bahasa Arab tentunya. Hari itu, Kamis 1 Mei 2008, saya sudah menyelesaikan kurang lebih 60% dari pembahasan. Hati ini agak lega, bisa agak bersantai, mengingat masih ada waktu untuk menyelesaikan sisanya. Siang hari, saya menyempatkan untuk datang ke persiapan acara teman-teman FIM VI (Forum Indonesia Muda), kebetulan saya diminta menjadi panitia acara tersebut yang berlangsung 2-4 Mei 2008. sore hari, saya pamit pulang, dengan harapan bisa kembali esok hari setelah melanjutkan penulisan bahts di rumah.

Tak dinyana, ternyata Allah punya kehendak yang jauh di luar rencana saya, hambaNya yang dhaif ini. Saat itu keluarga saya memang sedang dirundung musibah, kakak saya dan dua adik saya masuk RS karena Malaria, DB dan bronkhitis yang cukup parah. Saya tidak menyangka bahwa saya juga akan dipilih Allah untuk mengalami ibtila’ itu..

Malam itu, setelah saya sampai dirumah, saya kembali membuka file bahts saya di komputer. Saat itulah Allah meng-ibtila’- saya, seluruh isi file yang telah saya tulis itu berubah menjadi kode-kode/huruf-huruf mesin yang tak dikenal alias tidak terbaca sama sekali. Saya panik, karena itulah hasil jerih payah saya selama beberapa pekan, dan deadline tinggal beberapa hari lagi. Saya coba untuk tenang, saya tutup file itu dan saya coba buka di laptop lain, ternyata hasilnya sama, saya coba utak-atik di bagian font & language, ternyata tidak berpengaruh, artinya sama dengan file itu hilang. Saya beristighfar beberapa kali, nyaris menangis saya, mengingat menulis kembali tulisan sebanyak itu dalam bahasa Arab bukan hal yang mudah, sementara deadline tinggal 3 hari lagi. Akhirnya malam itu, saya putuskan untuk mengulang kembali penulisan dari awal, saya minta izin kepada kawan-kawan panitia FIM untuk tidak bisa menghadiri acara esok hari. Saat itu saya terfikir untuk meminta bantuan teman yang menguasai masalah ini, atau teman sesama mahasiswa LIPIA, tetapi akhirnya saya putuskan untuk mengulang kembali dari awal, karena mempertimbangkan file tersebut belum tentu bisa kembali dalam waktu singkat.

Saya pun berjuang kembali menulis dari awal, malam itu saya tidur hanya sebentar, jum’at pagi (2/5/08) saya melanjutkan kembali penulisan itu, hingga akhirnya pada siang jum’at itu saya telah menyelesaikan 60% dari pembahasan, sama dengan tulisan semula yang telah hilang. Tak disangka, sore hari itu, Allah kembali menguji saya yang semakin lemah ini, hasil penulisan saya yang sudah lumayan itu, kembali mengalami hal yang sama dengan hari sebelumnya, alias hilang semua, tidak terbaca! Allahu Akbar, Astaghfirullahal azhim, berkali-kali saya berisitighfar, nyaris frustasi, menangis, apa yang Allah kehendaki dari skenario ini..? saya coba tenang, menyabarkan diri, mungkin Allah punya kehendak lain untuk saya..akhirnya saya coba kontak beberapa teman, teman dari LIPIA menyarankan untuk kontak langsung dosen pembimbing untuk meminta rukhsah agar bisa diundur pengumpulan bahtsnya. Alhamdulillah ada seorang teman dekat yang mahir soal komputer mau membantu saya, melalui bantuannya dapat terselamatkan beberapa halaman dari bab pertama bahts tersebut, meskipun saya harus masih berjuang lagi, karena masih tersisa 3 bab belum ditulis.

Hari sabtu (3/5) saya kembali berjuang dengan sisa tenaga akibat terkuras hari sebelumnya, disamping akibat stress juga, saya terkena demam dan sakit kepala yang luar biasa. Akhirnya saya putuskan hari sabtu hingga malam ahad itu untuk istirahat, mengumpulkan tenaga kembali dan membenahi kembali mental dan hubungan dengan Sang Khalik..

Malam ahad itu, saya coba menelepon dosen pembimbing saya, DR Abdullah Al-Sabty, seorang syaikh yang cukup bijak..dengan harapan mendapat kemurahan dan rukhsah agar bisa mengumpulkan setelah hari senin (5/5), saya utarakan masalah saya, beliau hanya bisa menjawab, ”Laisa lii minal amri syai’, al amru biyadi rai’sil qism ya faris”, (maaf, saya tidak punya wewenang, wewenang di tangan Ketua Jurusan ya faris), beliau hanya bisa mendoakan, mudah2an dimudahkan Allah.. akhirnya malam itu saya istirahat total, merenung, memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah.

Ahad pagi, dalam keadaan belum fit benar, saya melanjutkan kembali perjuangan untuk menulis bahts, mengulang dari bab pertama yang belum sempurna benar, alhamdulillah Allah berkehendak masalah yang serupa tidak terulang pada hari itu. Saya cukup waspada dengan meng-copy hingga beberapa file. Alhamdulillah, akhirnya dengan izin Allah, setelah nyaris sehari semalam non-stop menulis dari ahad pagi hingga senin dini hari, saya bisa menyelesaikan penulisan bahts pada jam 4 pagi senin dini hari, tanpa tidur sama sekali dengan tubuh yang semakin penat dan tidak bisa diajak kompromi, pagi itu saya menyelesaikan 50 halaman dengan 4 bab secara sempurna, kajian tematik tafsir surat al ankabut.. Allahu Akbar walillahil hamd.. pagi itu saya masuk kuliah dalam keadaan lesu dan lelah kemudian menyerahkan hasil kerja keras dan jerih payah tersebut kepada dosen pembimbing.. kawan-kawan yang mendengar cerita saya hanya menggelengkan kepala, sebagian mengatakan, ”Allah benar-benar memberikan ibtila’ pada antum dengan (judul) ibtila’ ini akhi”..

Setelah peristiwa itu, saya mencoba merenung, melongok ke dalam, apa hikmah dibalik semua itu. saya berfikir, mungkin Allah menginginkan agar saya benar-benar bisa merasakan secara langsung dengan akal dan jiwa saya kajian tentang ibtila’ itu, agar saya bisa ”bersenyawa” dengan alqur’an dengan akal dan ruh saya, dan mungkin juga Allah menghendaki agar saya mendapatkan hasil yang baik dari kajian itu...

Benar saja, segala puji bagi Allah, beberapa pekan kemudian, dalam forum munaqasyah (presentasi & diskusi) dengan dosen pembimbing dan kawan-kawan yang satu tema dengan saya, dosen kami mengatakan tentang bahts saya, ”Hadza afdhalul buhuts allati ja’atnii..” (ini adalah bahts yang paling baik di antara bahts2 yang lain yang sampai ke saya)... saat itu saya teringat apa yang saya tulis dalam bahts tersebut, bahwasanya Allah berfirman,

أحسب الناس أن يتركوا أن يقولوا آمنا وهم لا يفتنون ؟ (العنكبوت: 2)

“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan begitu saja dengan mengatakan, “kami beriman”, sedangkan mereka tidak diuji ?”

Wallahu ‘alam…

210808

8 comments:

  1. Subhanallah..semoga ilmu selalu diberkahi..:)

    ReplyDelete
  2. wah...subhanallah..klo bahasa psikologinya, resiliensinya bang hanif ini sudah teruji skali...
    (resiliensi:daya tahan terhadap stres/kemampuan untuk bangkit lagi)

    ^_^

    ReplyDelete
  3. wedeh, subhanallah.. ati2 mas, terbang..

    tapi.. btw, yg teriak2 shock gara2 tulisannya ilang semua siapa y?

    hehe. peace Mas.

    ReplyDelete
  4. barokallah fi 'ilmikum..

    da'watakumussolih ya akhi..

    ReplyDelete
  5. Subhanallah... sy sampai kehabisan kata2, tpi kl dibanding dgn ini, yg saya hadapi itu tak ada apa-apanya (^_^)

    ReplyDelete