Laki-laki jelang 30an itu pernah bertutur pada muridnya, 9 tahun usianya,
“Nak, suatu malam saya pernah bermimpi, saya sedang mencari ikan di danau yang luas, ikannya begitu melimpah. Saya mencoba mencari dan memancing ikan sebanyak-banyaknya, saya pun menggunakan jaring yang besar dan kuat, agar dapat menghasilkan ikan yang banyak dan melimpah
Namun, anehnya, dari sekian banyak ikan yang melimpah itu, ternyata sulit sekali untuk menjaring ikan-ikan tersebut, untuk mendapatkan satu ekor ikan butuh waktu lama, kegigihan yang luar biasa, serta kesabaran yang ekstra
Ternyata setelah tiga tahun saya duduk menunggu hasil tangkapan ikan, hanya satu yang berhasil saya dapatkan, ikan tersebut tampak berkualitas baik, berbeda dengan ikan-ikan yang lain.. saya pun pulang, saya merasa lelah, rasanya sudah merasa cukup hanya dengan satu ikan tersebut..
Tahukah kamu, nak? Maksud dari cerita saya? Satu ikan tersebut adalah kamu, ya kamu, dari sekian banyak murid-murid saya yang saya bina, ternyata hanya satu yang berhasil saya didik hingga selesai menuntaskan tugasnya..
Sepanjang 3 tahun saya bersabar, duduk bersama kalian dari mulai keadaan kalian yang tidak bisa membaca alqur’an hingga saat ini, saya berusaha untuk teguh, tidak goyah, tidak jenuh, saya hanya punya cita-cita agar kalian bisa menyelesaikan tugasnya, selesai 30 juz, hanya itu cita-cita saya, tidak yang lain. Ternyata Allah Ta’ala takdirkan, hanya satu yang tuntas, hanya kamu, ya hanya kamu..
Jejaring yang saya gunakan begitu kuat dan besar, berbagai cara saya tempuh agar kalian semua berhasil terangkat menuju kedudukan dan keutamaan yang tinggi itu, derajat Ahlul Qur’an.. 4 kali sehari saya duduk bersama kalian, hingga lantai marmer dingin itu menjadi saksi, serta atap kayu itu menjadi bukti, agar kelak saya di hadapan Allah bisa berapologi; Ya Allah, Allahumma fasyhad..
Saat ini, 3 tahun sudah waktu berlalu, saya merasa cukup sudah, saatnya saya berpindah tempat, kembali ke kampung halaman, menunaikan hak masyarakat atas saya yang belum sempat saya tunaikan
Nak, kamulah ikan itu, ikan yang berhasil saya angkat menuju derajat itu, maka manfaatkanlah, bersyukurlah, bergunalah untuk orang banyak, jagalah kedudukan dan keutamaan itu, jangan kau terperosok ke dalam jurang nista, karena nikmat itu begitu tiada tara. Jangan kau menangis dengan kepergianku, usiamu masih panjang, belajarlah dari banyak guru, siapapun, kapanpun, dan dimanapun, dan sesungguhnya kehidupan yang panjang ini, adalah guru hakikimu..”
Mengenang seorang guru yang begitu berjasa (1994-1997), Jazakamullah khairan ya ustadz dimanapun anda berada..
“Nak, suatu malam saya pernah bermimpi, saya sedang mencari ikan di danau yang luas, ikannya begitu melimpah. Saya mencoba mencari dan memancing ikan sebanyak-banyaknya, saya pun menggunakan jaring yang besar dan kuat, agar dapat menghasilkan ikan yang banyak dan melimpah
Namun, anehnya, dari sekian banyak ikan yang melimpah itu, ternyata sulit sekali untuk menjaring ikan-ikan tersebut, untuk mendapatkan satu ekor ikan butuh waktu lama, kegigihan yang luar biasa, serta kesabaran yang ekstra
Ternyata setelah tiga tahun saya duduk menunggu hasil tangkapan ikan, hanya satu yang berhasil saya dapatkan, ikan tersebut tampak berkualitas baik, berbeda dengan ikan-ikan yang lain.. saya pun pulang, saya merasa lelah, rasanya sudah merasa cukup hanya dengan satu ikan tersebut..
Tahukah kamu, nak? Maksud dari cerita saya? Satu ikan tersebut adalah kamu, ya kamu, dari sekian banyak murid-murid saya yang saya bina, ternyata hanya satu yang berhasil saya didik hingga selesai menuntaskan tugasnya..
Sepanjang 3 tahun saya bersabar, duduk bersama kalian dari mulai keadaan kalian yang tidak bisa membaca alqur’an hingga saat ini, saya berusaha untuk teguh, tidak goyah, tidak jenuh, saya hanya punya cita-cita agar kalian bisa menyelesaikan tugasnya, selesai 30 juz, hanya itu cita-cita saya, tidak yang lain. Ternyata Allah Ta’ala takdirkan, hanya satu yang tuntas, hanya kamu, ya hanya kamu..
Jejaring yang saya gunakan begitu kuat dan besar, berbagai cara saya tempuh agar kalian semua berhasil terangkat menuju kedudukan dan keutamaan yang tinggi itu, derajat Ahlul Qur’an.. 4 kali sehari saya duduk bersama kalian, hingga lantai marmer dingin itu menjadi saksi, serta atap kayu itu menjadi bukti, agar kelak saya di hadapan Allah bisa berapologi; Ya Allah, Allahumma fasyhad..
Saat ini, 3 tahun sudah waktu berlalu, saya merasa cukup sudah, saatnya saya berpindah tempat, kembali ke kampung halaman, menunaikan hak masyarakat atas saya yang belum sempat saya tunaikan
Nak, kamulah ikan itu, ikan yang berhasil saya angkat menuju derajat itu, maka manfaatkanlah, bersyukurlah, bergunalah untuk orang banyak, jagalah kedudukan dan keutamaan itu, jangan kau terperosok ke dalam jurang nista, karena nikmat itu begitu tiada tara. Jangan kau menangis dengan kepergianku, usiamu masih panjang, belajarlah dari banyak guru, siapapun, kapanpun, dan dimanapun, dan sesungguhnya kehidupan yang panjang ini, adalah guru hakikimu..”
Mengenang seorang guru yang begitu berjasa (1994-1997), Jazakamullah khairan ya ustadz dimanapun anda berada..
subhanallah....merasakan ruh yg mengalir lwt cerita ini.. T_T
ReplyDeletesmg Allah memberkahi tiap ilmu yg kita dptkan.. sosok guru itu akan selalu ada dihadapan kita..
Masyaa Allah..
ReplyDeletebetapa bahagianya (pasti) sang guru itu...
dan setiap kita pasti akan menjadi guru.