Yang Jadi Kenangan
September 2003, saya didaulat untuk mewakili sebuah lembaga tahfizh alqur’an ternama dikawasan Jakarta Selatan dalam sebuah musabaqah hifzhil qur’an yang diadakan oleh Lembaga Islam dari Arab Saudi di Jakarta. Dalam kesempatan itu, dengan izin Allah saya dapat memenangkan perlombaan dengan meraih juara 2 untuk cabang 20 Juz. Pada saat inilah nikmat dari Allah datang secara tak terduga, pihak lembaga tersebut sedang mencari penghafal qur’an terbaik untuk diberi kesempatan Umrah di Makkah sekaligus mengikuti pertemuan dengan para hafizh quran dari berbagai negara. Saat itu saya tak menyangka bahwa saya akan dipanggil oleh juri untuk dites dalam rangka Umrah itu, ternyata jelang hari terakhir sebelum penutupan musabaqah saya dipanggil oleh pihak juri untuk dicalonkan untuk berangkat Umrah dan diberitahu bahwa pemberitahuan kepastian saya akan berangkat sekitar awal Oktober. Singkat cerita, dengan izin Allah saya dapat berangkat Umrah gratis bersama satu orang teman dan satu orang Ustadz. Sesampainya kami disana, kami dikumpulkan dalam sebuah asrama tahfizh qur’an di kota Jeddah untuk tinggal bersama sekitar 100 orang para penghafal qur’an dari sekitar 20 negara didunia, mereka berasal Afrika, Asia, bahkan Eropa.
Hari-hari pertama kami gunakan untuk Umrah ke Masjidil Haram di Makkah. Saat itu belum semua peserta datang, sehingga kegiatan belum begitu padat. Saya tinggal sekamar dengan utusan dari Srilanka yang berjumlah 3 orang dan dari Albania yang berjumlah 3 orang juga. Memang setiap negara diperkenankan mengutus minimal 3 orang.
Pada hari-hari berikutnya, para peserta mulai berdatangan dan asrama mulai penuh. Mulai saat inilah saya beberapa kali dibuat takjub dan menemukan orang-orang yang menurut saya sangat fenomenal, saat itu saya teringat pada sebuah hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam yang berbunyi: ”Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dan memuliakan mereka dengan kitab ini (Alqur’an) dan merendahkan derajat yang lain dengannya pula”, hadits ini terus terngiang di benak saya ketika itu. Betapa tidak, saya dibuat takjub ketika berjumpa dengan para penghafal qur’an ini. Teman saya sekamar yang berasal Srilanka, ternyata mereka masih berusia sangat muda sekali. Satu orang berusia 13 tahun, dan satunya lagi masih berusia 10 tahun, mereka tidak bisa berbahasa Arab sama sekali tetapi mereka sudah hafal qur’an di luar kepala dengan kualitas bacaan layaknya Imam Masjid Nabawi atau Imam Masjidil Haram. Suatu kali mereka berdua diminta tampil untuk tasmi’ (memperdengarkan) alqur’an di sebuah masjid dekat tempat kami tinggal, dan para jamaah yang notabene adalah warga Saudi terpana ketika mendengar bacaan mereka. Sungguh Allah telah memuliakan mereka.
Di saat yang lain, ketika masuk pekan kedua, datang tamu dari negara-negara bekas pecahan Uni Soviet yang notabene adalah negara-negara muslim. Ketika saya berjumpa dan berdialog dengan mereka, kembali saya dibuat takjub dan mengucap Subhanallah. Ada rombongan dari negara Tajikistan, mereka terdiri dari satu keluarga, seorang ayah dan 7 orang putranya, anak yang terkecil berusia 8 tahun dan yang terbesar 21 tahun, dan yang membuat mereka luar biasa adalah ternyata mereka semua telah hafal alqur’an! baik ayah maupun putra-putranya dan bacaan mereka pun sangat menyentuh hati. Betapa keluarga ini sungguh mulia, ya karena Allah memuliakan mereka dengan alqur’an. Ada lagi rombongan dari Pakistan, mereka terdiri dari anak-anak yang berusia belum lewat 10 tahun dan berjumlah sekitar 10 orang, diantara mereka ada seorang anak perempuan berusia 6 tahun, dan mereka semuanya telah hafal qur’an. Padahal mereka tidak bisa berbahasa Arab sama sekali, bahkan-mereka yang notabene masih anak-anak-masih suka bermain, bercanda, tapi tidak mengurangi kemuliaan mereka sebagai penghafal qur’an. Saat itu saya merasa malu, ternyata kualitas bacaan saya jauh dibawah kualitas bacaan mereka, dan malu sekaligus sedih karena saya sebagai orang Indonesia, iklim mencintai dan menghafal alqur’an sejak dini di Indonesia sangat jarang, padahal Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia, dan sudah merdeka 55 tahun lebih. Sementara mereka yang berasal dari negara-negara bekas Rusia, mereka mungkin merasakan kebebasan beragama baru satu dekade ini, sebelumnya mereka berada dibawah cengkraman komunis yang kejam dan tidak mengenal toleran terhadap kaum muslimin.
Pada pekan terakhir disana, saya berjumpa dengan peserta dari Mesir dan peserta dari Bosnia Herzegovina, mereka berusia kurang lebih seusia saya, mungkin antara 18-20 tahun. Ketika saya berdialog dengan peserta dari Mesir, saya mengira sebelumnya bahwa mungkin dia adalah mahasiswa bidang syariah atau yang berkaitan dengan alquran, ternyata dia adalah mahasiswa kedokteran di Al Azhar University, selain itu dia juga hafal qur’an dengan memiliki syahadah (semacam sertifikasi) bacaan 10 qiraat yang bersambung sanadnya hingga Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Dialog ini langsung membantah paradigma saya selama ini, bahwa biasanya orang-orang yang memiliki kedalaman ilmu dan kualitas dalam bidang alqur’an hanya orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan kampus yang mendalami agama. Setelah berdialog dengannya, saya bertemu dengan peserta lain yang berasal dari Bosnia, ternyata dia terbata-bata dalam bercakap-cakap dengan bahasa Arab, dan terlihat susah dalam mengucapkan makhraj dan lafaz yang benar dalam bahasa Arab, tetapi hal ini tidak menghalangi dia untuk menghafal alqur’an hingga selesai. Ketika berdialog dengannya saya teringat sebuah hadits ”Dan barangsiapa yang membaca alqur’an dan terbata-bata ketika membacanya, maka dia mendapatkan dua pahala”.
Di atas pesawat menuju negeri tercinta, saya merenung, betapa kemuliaan akan Allah berikan kepada orang-orang yang mencintai alqur’an, menghafalkannya, dan mengamalkannya. Dan akan mencabut kemuliaan dari orang-orang yang tidak mau memperhatikan alqur’an dan meninggalkannya. Kemuliaan yang Allah berikan pada orang-orang yang mencintai alqur’an bukanlah semata-mata kemuliaan dimata manusia, walaupun mungkin dimata manusia mereka adalah orang-orang yang mulia, tetapi juga jaminan kemuliaan disisi Allah. Saya berdoa semoga para pemuda dan remaja muslim Indonesia juga dapat memiliki motivasi untuk mencintai alqur’an, menghafalkannya dan mengamalkannya dalam keseharian, sehingga dunia ini akan diterangi dengan cahaya alqur’an karena pemimpin masa depannya adalah pemuda-pemuda hari ini yang mencintai alqur’an.
subhanallah, barakah.. barakah.. barakah...
ReplyDeleteamiiiin. smoga masih ada waktu utk saya memikirkan prioritas yg satu ini. astaghfirullah.... jzk bro
subhanallah.. jazakallah khairan katsira akhi atas sharing nya..
ReplyDeletesemoga kita termasuk kedalam golongan orang - orang yang dimuliakan Allah dengan Al-Qur'an
amin...! jazakalloh khoir sharingnya...
ReplyDelete