Thursday, July 24, 2008

Tarbiyah, Menjaga kita dari Polusi*


Saya percaya tarbiyah harus dimulai sejak dini, sejak muda. Bahkan kalau bisa sejak kecil, karena tarbiyah berpengaruh sekali dalam pembentukan karakter seorang pemuda. Bagi dirinya pribadi, tarbiyah akan menentukan masa depan, menentukan kepribadiannya. Menentukan bagaimana dia melihat masa depannya, bagaimana dia melihat dien-nya, bagaimana dia menyikapi permasalahan umat dan bangsanya. Semuanya bermula dari proses tarbiyah sejak muda.

Orangtua berperan sebagai pelaksana tarbiyah bagi anaknya. Kita kan sejak kecil mendapat tarbiyah dari orangtua masing-masing. Kalau tarbiyah secara islamiyah, peran orangtua adalah mengenalkan nilai-nilai Islam sejak kecil dalam lingkungan keluarganya.
Bagaimana pun tarbiyah itu salah satu sarana untuk menjaga diri. Kita hidup di lingkungan yang sudah “terpolusi”, terpolusi nilai, budaya, pemikiran, dan sebagainya. Proses tarbiyah itulah yang paling tidak menjaga diri kita dan mengajarkan kita bagaimana menyikapi keadaan yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang kita yakini. Untuk menghadapi godaan-godaan itu kita mengenal muraqabatullah, merasakan pengawasan dari Allah SWT. Dengan tarbiyah kita mengenal cara membentengi diri. Kalau proses tarbiyah itu lepas atau putus, bisa jadi seseorang tidak mampu menghadapi godaan-godaan yang ada.

Setiap orang pasti pernah mengalami futur , termasuk saya. Itu bagian dari proses naik-turunnya keimanan seseorang. Iman naik ketika dia taat pada Allah dan iman turun ketika seseorang bermaksiat.
Setiap Muslim juga harus punya amalan-amalan minimal yang tidak boleh lepas. Misalnya saya, ketika menghadapi suasana dimana kondisi keimanan turun, saya tidak boleh meninggalkan amalan-amalan wajib. Karena di situlah titik terakhir kita agar tidak bermaksiat kepada Allah. Tentunya juga dengan banyak mengingat janji-janji Allah ketika kita dalam ketaatan, keimanan, dan kebaikan. Kita juga harus mengingat akibat-akibatnya, jangan sampai kita terjebak dalam futur yang berkepanjangan. Cara yang lain adalah dengan membaca biografi orang-orang besar, seperti para sahabat dan ulama.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan seseorang. Seperti kata Rasulullah, kalau kita bergaul dengan tukang minyak wangi kita akan mendapat wanginya, kalau kita bergaul dengan pandai besi kita akan dapat debunya. Anak muda yang sudah mengenal tarbiyah atau sedang dalam proses tarbiyah, ketika dihadapkan pada cobaan, misalnya cobaan dari orangtua, jangan sampai menganggap orangtua itu musuh dakwah. Orang tua juga objek dakwah, orang tua juga pendukung kita, maka perlu kita kenalkan dengan nilai-nilai kebenaran. Jangan sampai kita jadi aktivis dakwah, atau aktivis rohis, aktif di lembaga dakwah kampus, terkenal di mana-mana, tapi di keluarga sendiri, di kampung sendiri, tidak dikenal. Atau, malah dianggap memusuhi lingkungannya sendiri.

Tarbiyah bukan segala-galanya, tapi segala-galanya bisa bermula dari tarbiyah. Meskipun tidak menjadi jaminan bahwa dengan tarbiyah seseorang akan masuk surga, insya Allah dengan tarbiyah kita akan mengenal jalan menuju ke sana, jalan menuju kebaikan Allah SWT

*Dikutip dari wawancara di majalah annida no.9-XVII/annida-online.com